Standar Kompetensi Guru Kompetensi Pedagogik Guru

12 f. Minat interest, yaitu kecenderungan seseorang melakukan sesuatu perbuatan Kusnandar, 2007: 53. Sudjana Jejen Musfah, 2011: 29 membagi kompetensi guru dalam tiga bagian, yaitu “bidang kognitif, sikap, dan perilaku performance. Ketiga kompetensi ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain.” Dengan demikian, kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan tugaspekerjaannya. Kompetensi dapat juga dikatakan sebagai gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi, dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan guna mencapai standar kualifikasi dalam pekerjaan nyata Syaiful Sagala, 2009:23.

2. Standar Kompetensi Guru

Kompetensi merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja. Kepmendiknas Nomor 045U2002 menyebutkan bahwa kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Jadi kompetensi guru dapat dipahami sebagai tindakan kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Masnur Muslich, 2007:12 13 Kompetensi guru merupakan seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerja secara tepat dan efektif. Kompetensi guru tersebut meliputi: pertama kompetensi pedagogik, kedua kompetensi kepribadian, ketiga kompetensi profesional, dan keempat kompetensi sosial. Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan yang dikuasai oleh seorang guru yang terdiri dari pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang menunjukan kualitas diri yang akan diwujudkan dalam kinerjanya dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya dengan baik. Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki dan menguasai keempat kompetensi tersebut. Kompetensi yang harus dimiliki pendidik itu sungguh sangat ideal sebagaimana tergambar dalam peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, guru harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik merupakan tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah danatau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan kompetensi sebagai agen pembelajaran meliputi 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. 14 a. Kompetensi Pedagogik Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik murid di kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap utama untuk menghadapi hidupnya di masa depan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan 2006:88, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah : Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: 1 pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; 2 pemahaman tentang peserta didik; 3 pengembangan kurikulumsilabus; 4 perancangan pembelajaran; 5 pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; 6 evaluasi hasil belajar; dan 7 pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 1 Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan Seorang guru harus memahami hakikat pendidikan dan konsep yang terkait dengannya. Diantarannya yaitu fungsi dan peran lembaga pendidikan, konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, sistem pendidikan nasional, dan inovasi pendidikan. Pemahaman yang benar tentang konsep pendidikan tersebut akan membuat guru sadar posisi strategisnya di tengah masyarakat dan 15 perannya yang besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa. Karena itu, mereka juga sadar bagaimana harus bersikap di sekolah dan masyarakat, dan bagaimana cara memenuhi kualifikasi statusnya yaitu sebagai guru profesional. Joseph Fischer dalam buku Jejen Musfah 2011:31 menulis, Pendidikan adalah penanaman pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan perilaku melalui prosedur yang standar. 2 Pemahaman tentang peserta didik Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuannya, keunggulan dan kekuragannya, hambatan yang dihadapi serta faktor dominan yang mempengaruhinya. Sukmadinata, 2006:197. Untuk dapat melakukan hal tersebut, guru perlu memahami perkebangan anak dan bagaimana hal itu berpengaruh. Belajar dapat mengarahkan perkembangan anak ke arah yang positif. Di sini tugas guru bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang baik dan buruk, indah dan tidak indah, benar dan salah, tetapi berupaya agar siswa mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam keseharian hidupnya di tengah keluarga dan masyarakat. Sugihartono 2007: 164 juga menjelaskan “guru dalam proses pembelajaran menghadapi peserta didik yang beraneka ragam karakteristiknya, dan diantara mereka banyak persamaan dan perbedaannya”. Perbedaan peserta didik berkaitan dengan kapasitas 16 intelektual, moral, dan latar belakang kehidupan keluargannya. Perbedaan karakteristik tersebut dapat mendukung maupu menghambat peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga guru perlu memberikan tindakan terhadap perilaku peserta didik yang dapat menghabat kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Menurut Nanang Priatna dan Tito Sukanto 2013: 37 mengemukakan bahwa tindakan guru dalam memperdalam karakteristik peserta didik sebagai berikut: a Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya. b Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. c Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda. d Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya. e Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik. f Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termajinalkan tersisihkan, diolok- olok, minder, dan sebagainya. 3 Pengembangan kurikulumsilabus Setiap guru mengggunakan buku sebagai bahan ajar. Buku belajar banyak tersedia, demikian juga buku penunjang. Guru dapat mengadaptasi materi yang akan diajarkan dari buku-buku yang telah distandarisasi oleh Depdiknas, tepatnya Badan Standarisasi Nasional Pendidikan BSNP. Singkatnya, guru tidak perlu repot menulis buku 17 sesuai dengn bidang studinya. Meskipun demikian, guru harus memperhatikan proses pengembangan kurikulum, yang menurut Miller dan Seller 1985:12 mencakup tiga hal: 1. Menyusun tujuan umum TU dan tujuan khusus TK. Biasanya merefleksikan posisi kurikulum secara keseluruhan. Posisi transmisi menekankan TK yang spesifik dan kadang- kadang dinyatakan dalam istilah perilaku. Daftar TK dalam posisi ini bisa jadi sangat luas. Dalam posisi transaksi, TK diharapkan fokus pada konsep atau keterampilan intelektual yang kompleks. 2. Mengidentifikasi materi yang tepat. Pengembang kurikulum harus memutuskan materi apa yang tepat untuk kurikulum dan mengidentifikasi kriteria untuk pemilihannya. Kriteria apa yang digunakan akan menunjukkan orientasi kurikulum. 3. Memilih strategi belajar. Strategi belajar mengajar dapat dipilih menurut beberapa kriteria, yaitu: orientasi, tingkat kompleksitas, keahlian guru, dan minat siswa. 4 Perancangan pembelajaran Menurut Neagie, dalam buku Jejen Musfah 2011:36 “Guru efektif mengatur kelas mereka dengan prosedur dan mereka menyiapkannya. Di hari pertama masuk kelas, mereka telah memikirkan apa yang mereka ingin siswa lakukan dan bagaimana hal itu harus dilakukan.” Jika guru 18 memberitahu siswa sejak awal bagaimana guru mengharapkan mereka bersikap dan belajar di kelas, guru menegaskan otoritasnya, maka mereka akan serius dalam belajar. Ilmu pengetahuan dalam kaitannya dengan proses pendidikan, sangat tergantung pada guru dan bagaimana mereka menggunakan berbagai metode yang tepat dan baik. Oleh karena itu, guru wajib mengetahui manfaat dari metode yang digunakan. 5 Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis Pada anak dan remaja, inisiatif belajar harus muncul dari para guru karena mereka pada umumnya belum memahami pentingnya belajar. Maka guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang bisa menarik rasa ingin tahu siswa, yaitu pembelajaran yang menarik, menantang, dan tidak monoton, baik dari sisi kemasan maupun isi atau materinya. Menurut Mulyasa, dalam buku Jejen Musfah 2011:37: “Secara pedagogis kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian, karena pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang berhasil, dinilai kering dari aspek pedagogis, dan sekolah tampak lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil karena tidak memiliki dunianya sendiri.” Mengajar adalah proses dua arah, yaitu di mana siswa dapat klarifikasi hal-hal yang belum dipahaminya dari apa saja yang sedang disampaikan guru dalam kelas. Jika mengajar merupakan proses satu arah, kita akan belajar dengan baik dan memuaskan dari buku dan video, dan kehadiran guru tidak akan dibutuhkan lagi. 19 6 Evaluasi hasil belajar Kesuksesan seorang guru sebagai pendidik profesional tergantung pada pemahamannya terhadap penilaian pendidikan dan kemampuannya bekerja efektif dalam penilaian. “Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur hasil belajar peserta didik.” BSNP, 2006: 4. Penilaian hasil pembelajaran mencakup aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif sesuai karakteristik mata pelajaran. Menurut Stiggin dalam buku Jejen Musfah 2011:40-41, penilaian merupakan bagian penting dari proses pembelajaran, terdapat lima alasan diantaranya yaitu: a penilaian kelas menegaskan pada siswa tentang hasil yang kita inginkan atau sasaran yang telah ditetapkan; b penilaian kelas menyediakan dasar informasi untuk siswa, orangtua, guru, pimpinan, dan pembuat kebijakan; c penilaian kelas memberikan motivasi bagi siswa untuk meningkatkan prestasi; d penilaian kelas menyaring siswa di dalam atau di luar program, meberi mereka akses pada pelayanan khusus yang mereka butuhkan; e menyediakan dasar evaluasi bagi guru dan pimpinan. 7 Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya Belajar merupakan proses dimana pengetahuan, konsep, keterampilan, dan perilaku diperoleh, dipahami, diterapkan, dan dikembangkan. Anak-anak mengetahui perasaan mereka melalui 20 rekannya dan belajar. Maka belajar merupakan proses kognitif, sosial, dan perilaku. Pengajaran memiliki dua fokus, yaitu perilaku siswa yang berhubungan dengan tugas kurikulum, juga membantu perkembangan kepercayaan siswa sebagai pelajar. Pendidik harus memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai agen pembelajaran learning agent. Yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran ialah “peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.” BSNP, 2006: 87 Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan di suatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan di luar kegiatan kurikuler. Ekstrakurikuler bertujuan untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik, serta bakat yang terpendam. Selain pengembangan bakat, ekstrakurikuler juga dapat membentuk watak dan kepribadian peserta didik dengan pembiasaan dan menanamkan sikap disiplin, kebersihan, cinta lingkungan, dan lain-lainnya yang erat kaitannya dengan pembentukan pribadi peserta didik. Selain sumber di atas, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi guru Marselus R Payong, 2011: 50 menetapkan 10 kompetensi pedagogik inti yang harus dimiliki oleh guru, yang diantaranya adalah:. 21 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual Benjamin Bloom menyatakan setidak-tidaknya ada dua karakteristik individual siswa yang harus diperhatikan dalam memberikan layanan pendidikan yang optimal yakni karakteristik kognitif dan karakteristik afektif. Kedua karakteristik ini sangat berpengaruh terhadap pembelajaran dan hasil belajarnya. Karakteristik kognitif terkait dengan kemampuan intelektual siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Perkembangan intelektual manusia telah diteliti oleh para ahli psikologi kognitif. Salah satu ahli psikologi kognitif yang pandangannya sangat berpengaruh terhadap pemahaman manusia tentang perkembangan kognitif usia anak dan remaja adalah Jean Piaget. Jean piaget membagi perkembangan kognitif manusia atas empat tahap yakni tahap sensori motorik 0-2 tahun, tahap pra operasional 2-7 tahun, tahap operasi konkret 7-11 tahun, dan tahap operasi formal 11-15 tahun. Anak-anak usia sekolah berada pada tahap operasi konkret dan operasi formal. Ciri kemampuan intelektual pada tahap operasi konkret adalah kemampuannya untuk memahami sesuatu melalui instrumen-instrumen benda-benda konkret. Karena kemampuan berpikir mereka masih terbatas pada representasi konkret maka anak-anak pada usia ini harus membutuhkan banyak bantuan berupa media atau alat peraga untuk menjelaskan konsep-konsep yang abstrak sementara bagi 22 remaja yang sebagian besar sudah berada pada tahap operasi formal, di mana kemampuan berpikir abstrak sudah berkembang maka tugas guru adalah mengembangkan kreativitas berfikir dan mencipta melalui metode-metode seperti penemuan, pemecahan masalah, dsb. Sementara itu karakteristik afektif berkaitan dengan aspek-aspek seperti minat, motivasi, konsep diri, dan sikap terhadap sekolah, mata pelajaran, guru, dan teman sebaya juga ikut berpengaruh sebagai prakondisi terciptanya proses pembelajaran yang efektif. Guru perlu memahami karakteristik siswa semacam ini agar bisa merancang dan menciptakan pembelajaran yang menggugah siswa. 2. Menguasai Teori Belajar dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran yang Mendidik Secara umum ada tiga teori belajar yang masih berpengaruh sampai saat ini yakni teori-teori behaviorisme, teori-teori kognitivisme, dan teori- teori humanistik-konstruktivis. Ketiga teori ini meletakkan dasar bagi berbagai model pembelajaran yang ada saat ini. Teori behaviorisme adalah teori awal dalam pembelajaran yang menekankan pentingnya stimulus-stimulus dari luar untuk mempengaruhi siswa bisa belajar. Asumsinya bahwa siswa adalah subjek pasif yang hanya bisa belajar kalau ada rangsangan tertentu dari luar. Guru adalah pusat dan siswa adalah periferial atau pelengkap dalam belajar. Bagi kaum behavioris, belajar harus bisa diamati melalui perilaku konkretnya. 23 Teori-teori kognitif pada kontinum lain mengatakan bahwa belajar merupakan proses pengolahan informasi yang tidak dapat diamati. Proses itu terjadi dalam benak seseorang ketika memperoleh informasi atau rangsangan dari luar melalui panc inderanya. Informasi yang diterima kemudian diolah, disaring, diproses, dan jika bermakna maka akan disimpan didalam unit penyimpanan baik sementara short-term memory maupun permanen long-term memory. Informasi yang telah disimpan di dalam unit penyimpanan itu kemudian dapat ditarik kembali dan digunakan sesuai kebutuhan. Teori humanistik-konstruktivis justru berbeda pandangan secara radikal dengan kedua teori diatas. Perbedaan yang paling menonjol adalah perubahan pandangan tentang siswapeserta didik yang sebelumnya dianggap sebagai subjek yang pa sif menjadi subjek yang aktif. Pendukung teori kontruktivis berpendapat bahwa siswa adalah subjek yang aktif menciptakan pengetahuannya sendiri, berdasarkan pengalaman-pengalamannya dengan lingkungan. Karena itu pengetahuan bukanlah kumpulan fakta atau konsep-konsep yang dicekokkan kepada siswa, tetapi lebih merupakan suatu rekonstruksi terhadap pengalaman yang didapat. 3. Mengembangkan Kurikulum Guru bukan hanya pelaksana kurikulum tetapi juga pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Kurikulum tingkat satuan 24 pendidikan KTSP telah memberikan peluang bagi para guru untuk mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP secara mandiri baik individual maupun dalam wadah seperti kelompok kerja guru KKG dan musyawarah guru mata pelajaran MGMP. Salah satu otonomi profesional guru terletak pada kemampuannya untuk mengembangkan kurikulum suesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dilayaninya. Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP telah menetapkan standar isi semua mata pelajaran di jenjang pendidikan dasar dan menengah yang diatur dalam Permendiknas No.22 tahun 2006. Standar isi ini terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh para siswa setelah mengikuti pembelajaran. Tugas para guru adalah mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ini ke dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP. Selain itu para guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan bahan ajar dan berbagai perangkat pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran yang maksimal. 4. Melaksanakan Pembelajaran yang Mendidik Pembelajaran yang mendidik bermakna pembelajaran yang tidak hanya mengarungi perubahan perilaku pada aspek-aspek kemampuan tertentu saja, tetapi pada semua aspek kemampuan pribadi manusia secara menyeluruh. Sebagaimana yang telah ditawarkan oleh UNESCO, 25 pembelajaran yang mendidik hendaknya berpijak pada empat pilar yakni: learning to know, learning to do,learninig to be, dan learning to live together. Belajar untuk mengetahui segala sesuatu, mentransfer berbagai ilmu dan pengetahuan adalah penting, tetapi bukan satu-satunya. Karena itu harus dilengkapi dengan belajar untuk bisa menjadi terampil dalam melakukan segala sesuatu, belajar untuk menjadi diri sendiri, belajar untuk bisa hidup, dan beradaptasi dengan orang lain. Pembelajaran mendidik adalah pembelajaran yang memotivasi siswa untuk belajar, tidak hanya pembelajaran yang mentransfer pengetahuan dan keterampilan. Karena itu kemasan pembelajaran yang dibuat guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip motivasional yang baik, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan siswa untuk belajar. 5. Memanfaatkan Teknologi Informasi untuk Pembelajaran Dalam era ini informasi telah menjadi satu kesatuan utama yang mempengaruhi dan menentukan segala aspek kehidupan manusia sekaligus mempengaruhi kualitas budaya dari suatu negara. Guru di abad ini berhadapan dengan kenyataan, bahwa para siswa yang hadir di sekolah telah memiliki kekayaan informasi yang mereka peroleh di luar sekolah. Anak-anak sudah terbiasa dengan kemasan informasi yang menghibur, menyenangkan bahkan penuh dengan hura-hura sehingga tantangan terberat bagi guru di abad informasi ini adalah, bagaimana 26 mengemas pembelajaran semenarik kemasan yang biasa dinikmati anak- anak di media televisi, radio, internet, dsb. Satu survei yang dilakukan oleh The National Center for Education Statistics NCES dari Departemen Pendidikan Amerika Serikat pada tahun 1999 yang tertulis dalam buku Marselus R Payong menunjukkan bahwa komputer dan teknologi informasi telah menjadi kebutuhan yang mendesak bagi para guru, administrator, dan praktisi pendidikan di Amerika sehingga dibutuhkan kemampuan untuk menguasai teknologi ini. Para guru melaporkan bahwa mereka selalu menggunakan komputer untuk menyiapkan pelajaran, mengerjakan tugas-tugas administratif seperti perekaman dan pengolahan nilai hasil belajar. Mereka juga telah memanfaatkan internet untuk mencari materi atau bahan ajar, mengakses informasi-informasi terbaru tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memanfaatkannya dalam pembelajaran. Dengan semakin luasnya penetrasi teknologi informasi dan komputer dalam berbagai segi kehidupan manusia termasuk dalam latar pembelajaran, maka para guru juga dituntut untuk melek terhadap teknologi informasi dan dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Guru harus bisa memanfaatkan teknologi komputer ini untuk memudahkan pembelajaran secara menarik, sehingga dapat menggugah minat dan motivasi siswa dalam belajar. Selain itu, komputer dan internet juga dapat digunakan sebagai saran 27 untuk menjelajah informasi terbaru guna memperkaya bahan ajarnya atau wawasan pengetahuan yang dimilikinya. 6. Membantu Peserta Didik Mengaktualisasikan Potensinya Kemampuan guru lain adalah membantu peserta didik mengaktualisasikan segenap potensinya. Siswa sebagai individu memiliki berbagai bakat dan kemampuan yang beragam. Karena itu, tugas guru adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa agar berbagai potensi dan kemampuan yang beragam itu dapat dikembangkan secara optimal. Salah satu wahana untuk mengembangkan kemampuan, potensi, bakat atau minat siswa adalah melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Guru tidak hanya menjadi fasilitator belajar di ruang kelas, tetapi juga harus menjadi fasilitator belajar di luar ruang kelas pada situasi-situasi non pembelajaran. Para guru dapat melibatkan diri menjadi pembina kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler secara spesifik sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Guru yang berbakat olahraga dapat menjadi pembina olahraga siswa. Guru yang berbakat kesenian dapat menjadi pembina kesenian siswa. Kegiatan-kegiatan pengembangan minat, bakat dan potensi siswa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan termasuk dalam kegiatan pengembangan diri yang setara dengan dua jam pelajaran per minggu. Selain dikemas dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan pengembangan minat, bakat dan potensi siswa dapat juga diintegrasikan 28 dalam pembelajaran melalui penciptaan pengalaman-pengalaman belajar tertentu. Kegiatan pembelajaran yang bernuansa PAIKEM di satu sisi membantu siswa mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya, tetapi di sisi lain dapat juga membantu siswa mengembangkan potensi- potensi yang dimilikinya secara maksimal. 7. Berkomunikasi secara Efektif, Empatik, dan Santun dengan Siswa Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang mengena, atau komunikasi yang menyebabkan pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan sempurna. Karena itu berkomunikasi secara efektif mengandung pengertian adanya interaksi yang bermakna yang menimbulkan saling pengertian, dan saling pemahaman di antara guru dan siswa. Komunikasi secara empatik adalah komunikasi yang menggugah dimana semua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi dapat saling menyelami isi hati, maksud, tujuan dari masing-masing pihak. Guru dapat berkomunikasi secara empatik dengan siswa jika ia mampu memahami dengan baik kebutuhan-kebutuhan siswanya, sehingga dapat menyesuaikan pelayanannya secara tepat. Dalam berkomunikasi secara efektif dengan para siswa, guru hendaknya memperhatikan beberapa hambatan komunikasi berikut ini: 1 memerintah, mengkomando, mengatur; 2 memperingatkan, mengancam; 3 mengkhotbahi, memberi keharusan; 4 menasihati, menawarkan 29 pemecahan dan saran berlebihan; 5 menggurui, menceramahi; 6 menghakimi, mengkritik, menyalahkan; 7 membentak, memberikan stereotip atau label; 8 mendiagnosis, menafsirkan atau menganalisis secara keliru; 9 menginterogasi, mendesak; 10 menarik diri, sinis, mengganggu. Guru harus menggunakan pendekatan-pendekatan komunikasi yang lebih manusiawi dalam berinteraksi denag para siswa karena siswa adalah partnernya. Dalam kaitan dengan itu maka guru harus mengembangkan sikap yang positif terhadap siswa, memperlakukan mereka sebagai subjek yang sedang berkembang dengan segala keunikannya, dan membantu mereka dalam merealisasikan segenap potensi yang dimilikinya melalui interaksi pedagogis yang bermakna. 8. Menilai Proses dan Hasil Pembelajaran Salah satu tugas utama guru dalam pembelajaran adalah menilai proses dan hasil pembelajaran. Guru harus bisa mengembangkan alat penilaian yang tepat dan sahih untuk dapat mengukur kemajuan belajar dan hasil belajar siswa secara komprehensif. Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran tidak hanya mencakup apek atau ranah tertentu, tetapi harus dapat mengungkap kemampuan utuh dalam ketiga ranah secara komprehensif ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian proses harus dilakukan secara berkesinambungan, sehingga diharapkan dapat membantu guru untuk melakukan perbaikan-perbaikan 30 pembelajaran yang lebih optimal. Di sisi lain penilaian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja belajarnya. Penilaian harus dilakukan secara adil, transparan, komprehensif, imparsial, dan akuntabel dengan menggunakan alat atau teknik penilaian yang valid dan reliabel. Untuk melakukan penilaian yang baik, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1 Penilaian hendaknya dilakukan secara objektif yakni menilai apa yang seharusnya dinilai serta terfokus pada kompetensi atau tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 2 Penilaian hendaknya dilakukan secara menyeluruh dan komprehensif, yakni mencakup semua aspek kemampuan atau kompetensi siswa kognitif, afektif, dan perilaku. 3 Penilaian hendaknya menggunakan alat-alat ukur yang tepat dengan pertimbangkan validitas dan realibitasnya. 4 Penilaian hendaknya bersifat mendidik artinya menjadi alat motivasi bagi siswa untuk belajar. Siswa harus tertantang untuk melakukan refleksi dan memperbaiki kinerja belajarnya melalui hasil penilaian yang diperoleh. 5 Penilaian hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dan memperhatikan perkembangan siswa dari waktu ke waktu. 9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran 31 Hasil-hasil penilaian kemudian dapat dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan, mendiagnosis kelemahan-kelemahan atau kesulitan yang dialami siswa, untuk menjadi bahan refleksi bagi guru. 10. Melakukkan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran Guru sebagai seorang profesional harus memiliki kemampuan untuk merefleksikan praktiknya dan melakukan perbaikan-perbaikan secara berkelanjutan. Salah satu medium untuk melakukan refleksi adalah dengan mencatat secara teratur pengalaman-pengalaman pembelajarannya seusai pembelajaran. Catatan-catatan ini berisi kasus atau pengalaman yang unik yang dialami guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan pengalaman yang selalu dicatat dan direfleksikan secara terus menerus, hal tersebut dapat melatih guru untuk mengembangkan kemampuan menulisnya, dan jika refleksi dibuat secara sistematik dapat menjadi gembaran bagi guru untuk selanjutnya melakukan penelitian- penelitian. b. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan wibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Dijelaskan dalam Permendiknas No.16 Tahun 2007, kemampuan dalam standar kompetensi kepribadian guru mencakup lima kompetensi inti, yaitu: 32 1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. 2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat 3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa 4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. 5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. c. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Pendidikan Nasional. Kompetensi profesional sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan terkait penguasaan terhadap struktur keilmuan dari mata pelajaran yang diasuh secara luas dan mendalam, sehingga dapat membantu guru membimbing siswa untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan secara optimal. Secara lebih spesifik menurut Permendiknas No.162007, standar kompetensi ini dijabarkan ke dalam lima kompetensi inti yakni: 33 1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2. Menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu 3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara efektif 4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. d. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidikan sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tuawali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini nampak dalam kemampuannya untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain secara efektif. Menurut Permendiknas No.162007, kemampuan dalam standar kompetensi ini mencakup empat kompetensi utama yakni: 1. Bersikap inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. 34 3. Beradaptasi dengan baik di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. 4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Dari keempat bidang kompetensi yang harus dimiliki oleh guru di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kompetensi mutlak yang harus dimiliki oleh guru. Guru yang memiliki kompetensi pedagogik akan menghindarkan pembelajaran bersifat monoton, tidak disukai siswa dan membuat siswa kehilangan minat serta konsentrasi belajarnya. Hal ini karena kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Apabila ada guru yang tidak memahami karakter peserta didik, tidak dapat menjelaskan materi pelajaran dengan baik, tidak mampu memberi evaluasi terhadap apa yang sudah diajarkan, dan tidak dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik maka guru yang bersangkutan belum memiliki kompetensi pedagogik secara memadai. 35 Standar Kompetensi Guru Tabel 1. Standar Kompetensi Guru Kompetensi Kompetensi Inti Guru a. Kompetensi Pedagogik 1. Pemahaman Wawasan dan Landasan Kependidikan 2. Pemahaman Tentang Peserta Didik 3. Pengembangan KurikulumSilabus 4. Perancangan Pembelajaran 5. Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis 6. Evaluasi Hasil Belajar 7. Pengembangan Potensi Peserta Didik b. Kompetensi Kepribadian 1. Bertidak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional 2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat 3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa 4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri 5. Menjunjung kode etik profesi guru 36 Kompetensi Kompetensi Inti Guru c. Kompetensi Profesional 1. Menguasai materi, struktur, dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran 2. Menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu 3. Mengembangkan materi pembelajaran secara efektif 4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri d. Kompetensi Sosial 1. Bersikap inklusif dan bertindak objektif serta tidak bertindak diskriminatif karena jenis kelamin, agama, ras, dan status social ekonomi 2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan semua pendidik, orang tua, dan masyarakat 3. Beradaptasi dengan baik di tempat bertugas di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya 4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain 37

B. Taman Kanak-kanak