12
f. Minat  interest,  yaitu  kecenderungan  seseorang  melakukan  sesuatu
perbuatan Kusnandar, 2007: 53. Sudjana Jejen Musfah,  2011:  29 membagi kompetensi  guru dalam tiga
bagian,  yaitu  “bidang  kognitif,  sikap,  dan  perilaku  performance.  Ketiga kompetensi  ini  tidak  berdiri  sendiri,  tetapi  saling  berhubungan  dan
mempengaruhi  satu  sama  lain.”  Dengan  demikian,  kompetensi  merupakan perpaduan  dari  penguasaan  pengetahuan,  keterampilan,  nilai,  dan  sikap  yang
direfleksikan  dalam  kebiasaan  berfikir  dan  bertindak  dalam  melaksanakan tugaspekerjaannya.  Kompetensi  dapat  juga  dikatakan  sebagai  gabungan  dari
kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi, dan harapan  yang  mendasari  karakteristik  seseorang  untuk  berunjuk  kerja  dalam
menjalankan  tugas  atau  pekerjaan  guna  mencapai  standar  kualifikasi  dalam pekerjaan nyata Syaiful Sagala, 2009:23.
2. Standar Kompetensi Guru
Kompetensi merupakan
kebulatan penguasaan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja. Kepmendiknas
Nomor  045U2002  menyebutkan  bahwa  kompetensi  sebagai  seperangkat tindakan  cerdas  dan  penuh  tanggung  jawab  dalam  melaksanakan  tugas-tugas
sesuai dengan pekerjaan tertentu. Jadi kompetensi guru dapat dipahami sebagai tindakan  kebulatan  pengetahuan,  keterampilan,  dan  sikap  yang  berwujud
tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Masnur Muslich, 2007:12
13
Kompetensi  guru  merupakan  seperangkat  penguasaan  kemampuan  yang harus  ada  dalam  diri  guru  agar  dapat  mewujudkan  kinerja  secara  tepat  dan
efektif.  Kompetensi  guru  tersebut  meliputi:  pertama  kompetensi  pedagogik, kedua  kompetensi  kepribadian,  ketiga  kompetensi  profesional,  dan  keempat
kompetensi  sosial.  Berdasarkan  definisi  diatas,  dapat  disimpulkan  bahwa kompetensi  guru  merupakan  kemampuan  yang  dikuasai  oleh  seorang  guru
yang  terdiri  dari  pengetahuan,  ketrampilan,  dan  perilaku  yang  menunjukan kualitas  diri  yang  akan  diwujudkan  dalam  kinerjanya  dalam  melaksanakan
tugas keprofesionalannya dengan baik. Guru  diharapkan  dapat  menjalankan  tugasnya  secara  profesional  dengan
memiliki  dan  menguasai  keempat  kompetensi  tersebut.  Kompetensi  yang harus  dimiliki  pendidik  itu  sungguh  sangat  ideal  sebagaimana  tergambar
dalam  peraturan  pemerintah  No.19  Tahun  2005  tentang  Standar  Nasional Pendidikan,  guru  harus  memiliki  kualifikasi  akademik  dan  kompetensi
sebagai  agen  pembelajaran,  sehat  jasmani  dan  rohani,  serta  memiliki kemampuan  untuk  mewujudkan  tujuan  pendidikan  nasional.  Kualifikasi
akademik  merupakan  tingkat  pendidikan  minimal  yang  harus  dipenuhi  oleh seorang  pendidik  yang  dibuktikan  dengan  ijazah  danatau  sertifikat  keahlian
yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan kompetensi  sebagai  agen  pembelajaran  meliputi  4  kompetensi  yang  harus
dimiliki oleh guru.
14
a. Kompetensi Pedagogik
Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik murid di kelas dan  di  luar  kelas.  Guru  selalu  berhadapan  dengan  murid  yang
memerlukan  pengetahuan,  keterampilan,  dan  sikap  utama  untuk menghadapi  hidupnya  di  masa  depan.  Menurut  Badan  Standar  Nasional
Pendidikan  2006:88,  yang  dimaksud  dengan  kompetensi  pedagogik adalah :
Kemampuan  dalam  pengelolaan  peserta  didik  yang  meliputi:  1 pemahaman  wawasan atau landasan kependidikan;  2 pemahaman
tentang  peserta  didik;  3  pengembangan  kurikulumsilabus;  4 perancangan  pembelajaran;  5  pelaksanaan  pembelajaran  yang
mendidik  dan  dialogis;  6  evaluasi  hasil  belajar;  dan  7 pengembangan  peserta  didik  untuk  mengaktualisasikan  berbagai
potensi yang dimilikinya.
1 Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
Seorang guru harus memahami hakikat pendidikan dan konsep yang terkait  dengannya.  Diantarannya  yaitu  fungsi  dan  peran  lembaga
pendidikan, konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan  keluarga  dan  masyarakat  dalam  pendidikan,  pengaruh  timbal
balik  antara  sekolah,  keluarga,  dan  masyarakat,  sistem  pendidikan nasional, dan inovasi pendidikan.
Pemahaman  yang  benar  tentang  konsep  pendidikan  tersebut  akan membuat  guru  sadar    posisi  strategisnya  di  tengah  masyarakat  dan
15
perannya yang besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa. Karena itu, mereka juga sadar bagaimana harus bersikap di sekolah dan masyarakat,
dan  bagaimana  cara  memenuhi  kualifikasi  statusnya  yaitu  sebagai  guru profesional. Joseph Fischer dalam buku Jejen Musfah 2011:31 menulis,
Pendidikan  adalah  penanaman  pengetahuan,  ketrampilan,  nilai,  dan perilaku melalui prosedur yang standar.
2 Pemahaman tentang peserta didik
Guru  harus  mengenal  dan  memahami  siswa  dengan  baik, memahami  tahap  perkembangan  yang  telah  dicapainya,  kemampuannya,
keunggulan  dan  kekuragannya,  hambatan  yang  dihadapi  serta  faktor dominan yang mempengaruhinya. Sukmadinata, 2006:197. Untuk dapat
melakukan  hal  tersebut,  guru  perlu  memahami  perkebangan  anak  dan bagaimana
hal itu
berpengaruh. Belajar
dapat mengarahkan
perkembangan anak ke arah yang positif. Di sini tugas guru bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang baik dan buruk, indah dan tidak indah,
benar  dan  salah,  tetapi  berupaya  agar  siswa  mampu  mengaplikasikan pengetahuannya  dalam  keseharian  hidupnya  di  tengah  keluarga  dan
masyarakat. Sugihartono  2007:  164  juga  menjelaskan  “guru  dalam  proses
pembelajaran  menghadapi  peserta  didik  yang  beraneka  ragam karakteristiknya,  dan  diantara  mereka  banyak  persamaan  dan
perbedaannya”.  Perbedaan  peserta  didik  berkaitan  dengan  kapasitas
16
intelektual, moral, dan latar belakang kehidupan keluargannya. Perbedaan karakteristik tersebut dapat mendukung maupu menghambat peserta didik
dalam  proses  pembelajaran.  Sehingga  guru  perlu  memberikan  tindakan terhadap  perilaku  peserta  didik  yang  dapat  menghabat  kegiatan  proses
belajar  mengajar  di  kelas.  Menurut  Nanang  Priatna  dan  Tito  Sukanto 2013:  37  mengemukakan  bahwa  tindakan  guru  dalam  memperdalam
karakteristik peserta didik sebagai berikut: a
Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya.
b Guru  memastikan  bahwa  semua  peserta  didik  mendapatkan
kesempatan  yang  sama  untuk  berpartisipasi  aktif  dalam kegiatan pembelajaran.
c Guru  dapat  mengatur  kelas  untuk  memberikan  kesempatan
belajar  yang  sama  pada  semua  peserta  didik  dengan  kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda.
d Guru  mencoba  mengetahui  penyebab  penyimpangan  perilaku
peserta  didik  untuk  mencegah  agar  perilaku  tersebut  tidak merugikan peserta didik lainnya.
e Guru  membantu  mengembangkan  potensi  dan  mengatasi
kekurangan peserta didik. f
Guru  memperhatikan  peserta  didik  dengan  kelemahan  fisik tertentu agar dapat  mengikuti  aktivitas pembelajaran, sehingga
peserta  didik  tersebut  tidak  termajinalkan  tersisihkan,  diolok- olok, minder, dan sebagainya.
3 Pengembangan kurikulumsilabus
Setiap  guru  mengggunakan  buku  sebagai  bahan  ajar.  Buku  belajar banyak  tersedia,  demikian  juga  buku  penunjang.  Guru  dapat
mengadaptasi  materi  yang  akan  diajarkan  dari  buku-buku  yang  telah distandarisasi  oleh  Depdiknas,  tepatnya  Badan  Standarisasi  Nasional
Pendidikan  BSNP.  Singkatnya,  guru  tidak  perlu  repot  menulis  buku
17
sesuai  dengn  bidang  studinya.  Meskipun  demikian,  guru  harus memperhatikan  proses  pengembangan  kurikulum,  yang  menurut  Miller
dan Seller 1985:12 mencakup tiga hal: 1.
Menyusun  tujuan  umum  TU  dan  tujuan  khusus  TK. Biasanya  merefleksikan  posisi  kurikulum  secara  keseluruhan.
Posisi  transmisi  menekankan  TK  yang  spesifik  dan  kadang- kadang  dinyatakan  dalam  istilah  perilaku.  Daftar  TK  dalam
posisi  ini  bisa  jadi  sangat  luas.  Dalam  posisi  transaksi,  TK diharapkan  fokus  pada  konsep  atau  keterampilan  intelektual
yang kompleks. 2.
Mengidentifikasi  materi  yang  tepat.  Pengembang  kurikulum harus  memutuskan  materi  apa  yang  tepat  untuk  kurikulum  dan
mengidentifikasi kriteria untuk pemilihannya. Kriteria apa yang digunakan akan menunjukkan orientasi kurikulum.
3. Memilih strategi belajar. Strategi belajar mengajar dapat dipilih
menurut beberapa kriteria, yaitu: orientasi, tingkat kompleksitas, keahlian guru, dan minat siswa.
4 Perancangan pembelajaran
Menurut Neagie, dalam buku Jejen Musfah 2011:36 “Guru efektif mengatur kelas mereka dengan prosedur dan mereka menyiapkannya. Di
hari  pertama  masuk  kelas,  mereka  telah  memikirkan  apa  yang  mereka ingin  siswa  lakukan  dan  bagaimana  hal
itu  harus  dilakukan.”  Jika  guru
18
memberitahu  siswa  sejak  awal  bagaimana  guru  mengharapkan  mereka bersikap dan belajar di kelas, guru menegaskan otoritasnya, maka mereka
akan serius dalam belajar. Ilmu  pengetahuan  dalam  kaitannya  dengan  proses  pendidikan,
sangat  tergantung  pada  guru  dan  bagaimana  mereka  menggunakan berbagai  metode  yang  tepat  dan  baik.  Oleh  karena  itu,  guru  wajib
mengetahui manfaat dari metode yang digunakan. 5
Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis Pada anak dan remaja, inisiatif belajar harus muncul dari para guru
karena  mereka  pada  umumnya  belum  memahami  pentingnya  belajar. Maka  guru  harus  mampu  menyiapkan  pembelajaran  yang  bisa  menarik
rasa ingin tahu siswa,  yaitu pembelajaran  yang menarik, menantang, dan tidak  monoton,  baik  dari  sisi  kemasan  maupun  isi  atau  materinya.
Menurut Mulyasa, dalam buku Jejen Musfah 2011:37: “Secara pedagogis kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran
perlu  mendapat  perhatian,  karena  pendidikan  di  Indonesia dinyatakan kurang berhasil, dinilai kering dari aspek pedagogis, dan
sekolah  tampak  lebih  mekanis  sehingga  peserta  didik  cenderung kerdil karena tidak memiliki dunianya sendiri.”
Mengajar  adalah  proses  dua  arah,  yaitu  di  mana  siswa  dapat
klarifikasi  hal-hal  yang  belum  dipahaminya  dari  apa  saja  yang  sedang disampaikan  guru  dalam  kelas.  Jika  mengajar  merupakan  proses  satu
arah, kita akan belajar dengan baik dan memuaskan dari buku dan video, dan kehadiran guru tidak akan dibutuhkan lagi.
19
6 Evaluasi hasil belajar
Kesuksesan  seorang  guru  sebagai  pendidik  profesional  tergantung pada  pemahamannya  terhadap  penilaian  pendidikan  dan  kemampuannya
bekerja  efektif  dalam  penilaian.  “Penilaian  adalah  proses  pengumpulan dan  pengolahan  informasi  untuk  mengukur  hasil  belajar  peserta  didik.”
BSNP, 2006: 4. Penilaian hasil pembelajaran mencakup aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif sesuai karakteristik mata pelajaran.
Menurut Stiggin dalam buku Jejen Musfah 2011:40-41, penilaian merupakan bagian penting dari proses pembelajaran, terdapat lima alasan
diantaranya yaitu: a penilaian kelas menegaskan pada siswa tentang hasil yang kita inginkan atau sasaran  yang telah ditetapkan; b penilaian kelas
menyediakan dasar informasi untuk siswa, orangtua, guru, pimpinan, dan pembuat  kebijakan;  c  penilaian  kelas  memberikan  motivasi  bagi  siswa
untuk  meningkatkan  prestasi;  d  penilaian  kelas  menyaring  siswa  di dalam atau di luar program, meberi mereka akses pada pelayanan khusus
yang  mereka  butuhkan;  e  menyediakan  dasar  evaluasi  bagi  guru  dan pimpinan.
7 Pengembangan  peserta  didik  untuk  mengaktualisasikan  berbagai
kompetensi yang dimilikinya Belajar
merupakan proses
dimana pengetahuan,
konsep, keterampilan,  dan  perilaku  diperoleh,  dipahami,  diterapkan,  dan
dikembangkan.  Anak-anak  mengetahui  perasaan  mereka  melalui
20
rekannya dan belajar. Maka belajar merupakan proses kognitif, sosial, dan perilaku.  Pengajaran  memiliki  dua  fokus,  yaitu  perilaku  siswa  yang
berhubungan  dengan  tugas  kurikulum,  juga  membantu  perkembangan kepercayaan siswa sebagai pelajar.
Pendidik  harus  memiliki  kualifikasi  dan  kompetensi  sebagai  agen pembelajaran learning  agent. Yang dimaksud  dengan pendidik sebagai
agen  pembelajaran  ialah  “peran  pendidik  antara  lain  sebagai  fasilitator, motivator,  pemacu,  dan  pemberi  inspirasi  belajar  bagi  peserta  didik.”
BSNP, 2006: 87 Kegiatan  ekstrakurikuler  merupakan  kegiatan  tambahan  di  suatu
lembaga  pendidikan,  yang  dilaksanakan  di  luar  kegiatan  kurikuler. Ekstrakurikuler  bertujuan  untuk  mengembangkan  berbagai  potensi  yang
dimiliki peserta didik, serta bakat yang terpendam. Selain pengembangan bakat,  ekstrakurikuler  juga  dapat  membentuk  watak  dan  kepribadian
peserta  didik  dengan  pembiasaan  dan  menanamkan  sikap  disiplin, kebersihan, cinta lingkungan, dan lain-lainnya yang erat kaitannya dengan
pembentukan pribadi peserta didik. Selain  sumber  di  atas,  berdasarkan  Peraturan  Menteri  Pendidikan
Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi guru Marselus R Payong, 2011: 50 menetapkan 10 kompetensi pedagogik inti yang
harus dimiliki oleh guru, yang diantaranya adalah:.
21
1. Menguasai  karakteristik  peserta  didik  dari  aspek  fisik,  moral,  sosial,
kultural, emosional, dan intelektual Benjamin  Bloom  menyatakan  setidak-tidaknya  ada  dua  karakteristik
individual  siswa  yang  harus  diperhatikan  dalam  memberikan  layanan pendidikan  yang  optimal  yakni  karakteristik  kognitif  dan  karakteristik
afektif. Kedua karakteristik ini sangat berpengaruh terhadap pembelajaran dan hasil belajarnya.
Karakteristik  kognitif  terkait  dengan  kemampuan  intelektual  siswa dan  faktor-faktor  yang  mempengaruhinya.  Perkembangan  intelektual
manusia  telah  diteliti  oleh  para  ahli  psikologi  kognitif.  Salah  satu  ahli psikologi  kognitif  yang  pandangannya  sangat  berpengaruh  terhadap
pemahaman  manusia  tentang  perkembangan  kognitif  usia  anak  dan remaja  adalah  Jean  Piaget.  Jean  piaget  membagi  perkembangan  kognitif
manusia atas empat tahap yakni tahap sensori motorik 0-2 tahun, tahap pra operasional 2-7 tahun, tahap operasi konkret 7-11 tahun, dan tahap
operasi formal 11-15 tahun. Anak-anak usia sekolah berada pada tahap operasi  konkret  dan  operasi  formal.  Ciri  kemampuan  intelektual  pada
tahap  operasi  konkret  adalah  kemampuannya  untuk  memahami  sesuatu melalui  instrumen-instrumen  benda-benda  konkret.  Karena  kemampuan
berpikir mereka masih terbatas pada representasi konkret maka anak-anak pada usia ini harus membutuhkan banyak bantuan berupa media atau alat
peraga  untuk  menjelaskan  konsep-konsep  yang  abstrak  sementara  bagi
22
remaja  yang  sebagian  besar  sudah  berada  pada  tahap  operasi  formal,  di mana  kemampuan  berpikir  abstrak  sudah  berkembang  maka  tugas  guru
adalah  mengembangkan  kreativitas  berfikir  dan  mencipta  melalui metode-metode seperti penemuan, pemecahan masalah, dsb.
Sementara  itu  karakteristik  afektif  berkaitan  dengan  aspek-aspek seperti  minat,  motivasi,  konsep  diri,  dan  sikap  terhadap  sekolah,  mata
pelajaran,  guru,  dan  teman  sebaya  juga  ikut  berpengaruh  sebagai prakondisi  terciptanya  proses  pembelajaran  yang  efektif.  Guru  perlu
memahami  karakteristik  siswa  semacam  ini  agar  bisa  merancang  dan menciptakan pembelajaran yang menggugah siswa.
2. Menguasai  Teori  Belajar  dan  Prinsip-Prinsip  Pembelajaran  yang
Mendidik Secara  umum  ada  tiga  teori  belajar  yang  masih  berpengaruh  sampai
saat ini yakni teori-teori behaviorisme, teori-teori kognitivisme, dan teori- teori  humanistik-konstruktivis.  Ketiga  teori  ini  meletakkan  dasar  bagi
berbagai model pembelajaran yang ada saat ini. Teori  behaviorisme  adalah  teori  awal  dalam  pembelajaran  yang
menekankan pentingnya stimulus-stimulus dari luar untuk mempengaruhi siswa  bisa  belajar.  Asumsinya  bahwa  siswa  adalah  subjek  pasif  yang
hanya  bisa  belajar  kalau  ada  rangsangan  tertentu  dari  luar.  Guru  adalah pusat  dan  siswa  adalah  periferial  atau  pelengkap  dalam  belajar.  Bagi
kaum behavioris, belajar harus bisa diamati melalui perilaku konkretnya.
23
Teori-teori  kognitif  pada  kontinum  lain  mengatakan  bahwa  belajar merupakan proses pengolahan informasi yang tidak dapat diamati. Proses
itu  terjadi  dalam  benak  seseorang  ketika  memperoleh  informasi  atau rangsangan  dari  luar  melalui  panc  inderanya.  Informasi  yang  diterima
kemudian  diolah,  disaring,  diproses,  dan  jika  bermakna  maka  akan disimpan didalam unit penyimpanan baik sementara short-term memory
maupun permanen long-term memory. Informasi yang telah disimpan di dalam  unit  penyimpanan  itu  kemudian  dapat  ditarik  kembali  dan
digunakan sesuai kebutuhan. Teori  humanistik-konstruktivis  justru  berbeda  pandangan  secara
radikal dengan kedua teori diatas. Perbedaan yang paling menonjol adalah perubahan  pandangan  tentang  siswapeserta  didik  yang  sebelumnya
dianggap  sebagai  subjek  yang  pa  sif  menjadi  subjek  yang  aktif. Pendukung  teori  kontruktivis  berpendapat  bahwa  siswa  adalah  subjek
yang aktif
menciptakan pengetahuannya
sendiri, berdasarkan
pengalaman-pengalamannya dengan lingkungan. Karena itu pengetahuan bukanlah  kumpulan  fakta  atau  konsep-konsep  yang  dicekokkan  kepada
siswa,  tetapi  lebih  merupakan  suatu  rekonstruksi  terhadap  pengalaman yang didapat.
3. Mengembangkan Kurikulum
Guru  bukan  hanya  pelaksana  kurikulum  tetapi  juga  pengembang kurikulum  di  tingkat  satuan  pendidikan.  Kurikulum  tingkat  satuan
24
pendidikan  KTSP  telah  memberikan  peluang  bagi  para  guru  untuk mengembangkan  silabus  dan  rencana  pelaksanaan  pembelajaran  RPP
secara  mandiri  baik  individual  maupun  dalam  wadah  seperti  kelompok kerja guru KKG dan musyawarah guru mata pelajaran MGMP. Salah
satu  otonomi  profesional  guru  terletak  pada  kemampuannya  untuk mengembangkan  kurikulum  suesuai  dengan  kebutuhan  dan  karakteristik
peserta didik yang dilayaninya. Badan  Standar  Nasional  Pendidikan  BSNP  telah  menetapkan
standar  isi  semua  mata  pelajaran  di  jenjang  pendidikan  dasar  dan menengah yang diatur dalam Permendiknas No.22 tahun 2006. Standar isi
ini  terdiri  dari  standar  kompetensi  dan  kompetensi  dasar  yang  harus dicapai oleh para siswa setelah mengikuti pembelajaran. Tugas para guru
adalah mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ini ke dalam  silabus  dan  rencana  pelaksanaan  pembelajaran  RPP.  Selain  itu
para  guru  diberikan  kewenangan  untuk  mengembangkan  bahan  ajar  dan berbagai  perangkat  pembelajaran  untuk  menunjang  proses  pembelajaran
yang maksimal. 4.
Melaksanakan Pembelajaran yang Mendidik Pembelajaran  yang  mendidik  bermakna  pembelajaran  yang  tidak
hanya  mengarungi  perubahan  perilaku  pada  aspek-aspek  kemampuan tertentu saja, tetapi pada semua aspek kemampuan pribadi manusia secara
menyeluruh.  Sebagaimana  yang  telah  ditawarkan  oleh  UNESCO,
25
pembelajaran yang mendidik hendaknya berpijak pada empat pilar yakni: learning  to  know,  learning  to  do,learninig  to  be,  dan  learning  to  live
together. Belajar untuk  mengetahui segala sesuatu, mentransfer berbagai ilmu  dan pengetahuan  adalah penting, tetapi  bukan satu-satunya. Karena
itu  harus  dilengkapi  dengan  belajar  untuk  bisa  menjadi  terampil  dalam melakukan  segala  sesuatu,  belajar  untuk  menjadi  diri  sendiri,  belajar
untuk bisa hidup, dan beradaptasi dengan orang lain. Pembelajaran mendidik adalah pembelajaran yang memotivasi siswa
untuk  belajar,  tidak  hanya  pembelajaran  yang  mentransfer  pengetahuan dan  keterampilan.  Karena  itu  kemasan  pembelajaran  yang  dibuat  guru
hendaknya  memperhatikan  prinsip-prinsip  motivasional  yang  baik, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan siswa untuk belajar.
5. Memanfaatkan Teknologi Informasi untuk Pembelajaran
Dalam  era  ini  informasi  telah  menjadi  satu  kesatuan  utama  yang mempengaruhi  dan  menentukan  segala  aspek    kehidupan  manusia
sekaligus mempengaruhi kualitas budaya dari suatu negara. Guru di abad ini  berhadapan  dengan  kenyataan,  bahwa  para  siswa  yang  hadir  di
sekolah  telah  memiliki  kekayaan  informasi  yang  mereka  peroleh  di  luar sekolah.  Anak-anak  sudah  terbiasa  dengan  kemasan  informasi  yang
menghibur,  menyenangkan  bahkan  penuh  dengan  hura-hura  sehingga tantangan  terberat  bagi  guru  di  abad  informasi  ini  adalah,  bagaimana
26
mengemas  pembelajaran  semenarik  kemasan  yang  biasa  dinikmati  anak- anak di media televisi, radio, internet, dsb.
Satu  survei  yang  dilakukan  oleh  The  National  Center  for  Education Statistics  NCES  dari  Departemen  Pendidikan  Amerika  Serikat  pada
tahun  1999  yang  tertulis  dalam  buku  Marselus  R  Payong  menunjukkan bahwa  komputer  dan  teknologi  informasi  telah  menjadi  kebutuhan  yang
mendesak  bagi  para  guru,  administrator,  dan  praktisi  pendidikan  di Amerika  sehingga  dibutuhkan  kemampuan  untuk  menguasai  teknologi
ini.  Para  guru  melaporkan  bahwa  mereka  selalu  menggunakan  komputer untuk  menyiapkan  pelajaran,  mengerjakan  tugas-tugas  administratif
seperti  perekaman  dan  pengolahan  nilai  hasil  belajar.  Mereka  juga  telah memanfaatkan internet untuk mencari materi atau bahan ajar, mengakses
informasi-informasi terbaru tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memanfaatkannya dalam pembelajaran.
Dengan semakin luasnya penetrasi teknologi informasi dan komputer dalam  berbagai  segi  kehidupan  manusia  termasuk  dalam  latar
pembelajaran,  maka  para  guru  juga  dituntut  untuk  melek  terhadap teknologi  informasi  dan  dapat  memanfaatkan  teknologi  informasi  dan
komunikasi  dalam  pembelajaran.  Guru  harus  bisa  memanfaatkan teknologi komputer ini untuk memudahkan pembelajaran secara menarik,
sehingga  dapat  menggugah  minat  dan  motivasi  siswa  dalam  belajar. Selain  itu,  komputer  dan  internet  juga  dapat  digunakan  sebagai  saran
27
untuk menjelajah informasi terbaru guna memperkaya bahan ajarnya atau wawasan pengetahuan yang dimilikinya.
6. Membantu Peserta Didik Mengaktualisasikan Potensinya
Kemampuan guru
lain adalah
membantu peserta
didik mengaktualisasikan segenap potensinya. Siswa sebagai individu memiliki
berbagai  bakat  dan  kemampuan  yang  beragam.  Karena  itu,  tugas  guru adalah  menciptakan  kondisi  sedemikian  rupa  agar  berbagai  potensi  dan
kemampuan yang beragam itu dapat dikembangkan secara optimal. Salah satu  wahana  untuk  mengembangkan  kemampuan,  potensi,  bakat  atau
minat siswa adalah melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Guru tidak hanya menjadi fasilitator belajar di ruang kelas, tetapi juga harus menjadi
fasilitator  belajar  di  luar  ruang  kelas  pada  situasi-situasi  non pembelajaran.
Para  guru  dapat  melibatkan  diri  menjadi  pembina  kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler  secara  spesifik  sesuai  dengan  bakat  dan  kemampuannya.
Guru  yang  berbakat  olahraga  dapat  menjadi  pembina  olahraga  siswa. Guru  yang  berbakat  kesenian  dapat  menjadi  pembina  kesenian  siswa.
Kegiatan-kegiatan  pengembangan  minat,  bakat  dan  potensi  siswa  dalam Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan  termasuk  dalam  kegiatan
pengembangan diri yang setara dengan dua jam pelajaran per minggu. Selain  dikemas  dalam  kegiatan-kegiatan  ekstrakurikuler,  kegiatan
pengembangan  minat,  bakat  dan  potensi  siswa  dapat  juga  diintegrasikan
28
dalam  pembelajaran  melalui  penciptaan  pengalaman-pengalaman  belajar tertentu.  Kegiatan  pembelajaran  yang  bernuansa  PAIKEM  di  satu  sisi
membantu  siswa  mengembangkan  pengetahuan  dan  keterampilannya, tetapi  di  sisi  lain  dapat  juga  membantu  siswa  mengembangkan  potensi-
potensi yang dimilikinya secara maksimal. 7.
Berkomunikasi secara Efektif, Empatik, dan Santun dengan Siswa Komunikasi  yang  efektif  adalah  komunikasi  yang  mengena,  atau
komunikasi  yang  menyebabkan  pesan-pesan  yang  disampaikan  dapat diterima  dan  dipahami  dengan  sempurna.  Karena  itu  berkomunikasi
secara  efektif  mengandung  pengertian  adanya  interaksi  yang  bermakna yang  menimbulkan  saling  pengertian,  dan  saling  pemahaman  di  antara
guru dan siswa. Komunikasi  secara  empatik  adalah  komunikasi  yang  menggugah
dimana semua pihak  yang terlibat  dalam proses komunikasi  dapat  saling menyelami isi hati, maksud, tujuan dari masing-masing pihak. Guru dapat
berkomunikasi  secara  empatik  dengan  siswa  jika  ia  mampu  memahami dengan
baik kebutuhan-kebutuhan
siswanya, sehingga
dapat menyesuaikan pelayanannya secara tepat.
Dalam  berkomunikasi  secara  efektif  dengan  para  siswa,  guru hendaknya memperhatikan beberapa hambatan komunikasi berikut ini: 1
memerintah, mengkomando, mengatur; 2 memperingatkan, mengancam; 3  mengkhotbahi,  memberi  keharusan;  4  menasihati,  menawarkan
29
pemecahan  dan  saran  berlebihan;  5  menggurui,  menceramahi;  6 menghakimi,  mengkritik,  menyalahkan;  7  membentak,  memberikan
stereotip  atau  label;  8  mendiagnosis,  menafsirkan  atau  menganalisis secara  keliru;  9  menginterogasi,  mendesak;  10  menarik  diri,  sinis,
mengganggu. Guru  harus  menggunakan  pendekatan-pendekatan  komunikasi  yang
lebih manusiawi dalam berinteraksi denag para siswa karena siswa adalah partnernya.  Dalam  kaitan  dengan  itu  maka  guru  harus  mengembangkan
sikap yang positif terhadap siswa, memperlakukan mereka sebagai subjek yang  sedang  berkembang  dengan  segala  keunikannya,  dan  membantu
mereka  dalam  merealisasikan  segenap  potensi  yang  dimilikinya  melalui interaksi pedagogis yang bermakna.
8. Menilai Proses dan Hasil Pembelajaran
Salah  satu  tugas  utama  guru  dalam  pembelajaran  adalah  menilai proses  dan  hasil  pembelajaran.  Guru  harus  bisa  mengembangkan  alat
penilaian  yang  tepat  dan  sahih  untuk  dapat  mengukur  kemajuan  belajar dan  hasil  belajar  siswa  secara  komprehensif.  Penilaian  terhadap  proses
dan  hasil  pembelajaran  tidak  hanya  mencakup  apek  atau  ranah  tertentu, tetapi  harus  dapat  mengungkap  kemampuan  utuh  dalam  ketiga  ranah
secara komprehensif ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian proses harus dilakukan secara berkesinambungan, sehingga
diharapkan  dapat  membantu  guru  untuk  melakukan  perbaikan-perbaikan
30
pembelajaran  yang  lebih  optimal.  Di  sisi  lain  penilaian  ini  diharapkan dapat  membantu  siswa  untuk  memperbaiki  atau  meningkatkan  kinerja
belajarnya.  Penilaian  harus  dilakukan  secara  adil,  transparan, komprehensif,  imparsial,  dan  akuntabel  dengan  menggunakan  alat  atau
teknik penilaian yang valid dan reliabel. Untuk  melakukan  penilaian  yang  baik,  guru  perlu  memperhatikan
prinsip-prinsip berikut: 1 Penilaian hendaknya dilakukan secara objektif yakni menilai apa yang seharusnya dinilai serta terfokus pada kompetensi
atau  tujuan-tujuan  pembelajaran  yang  telah  ditetapkan.  2  Penilaian hendaknya  dilakukan  secara  menyeluruh  dan  komprehensif,  yakni
mencakup  semua  aspek  kemampuan  atau  kompetensi  siswa  kognitif, afektif, dan perilaku. 3 Penilaian hendaknya menggunakan alat-alat ukur
yang tepat dengan pertimbangkan validitas dan realibitasnya. 4 Penilaian hendaknya  bersifat  mendidik  artinya  menjadi  alat  motivasi  bagi  siswa
untuk  belajar.  Siswa  harus  tertantang  untuk  melakukan  refleksi  dan memperbaiki kinerja belajarnya melalui hasil penilaian yang diperoleh. 5
Penilaian hendaknya
dilakukan secara
berkesinambungan dan
memperhatikan perkembangan siswa dari waktu ke waktu. 9.
Memanfaatkan  hasil  penilaian  dan  evaluasi  untuk  kepentingan pembelajaran
31
Hasil-hasil penilaian kemudian dapat dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan,  mendiagnosis  kelemahan-kelemahan  atau  kesulitan  yang
dialami siswa, untuk menjadi bahan refleksi bagi guru. 10.
Melakukkan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran Guru sebagai  seorang profesional harus memiliki kemampuan untuk
merefleksikan  praktiknya  dan  melakukan  perbaikan-perbaikan  secara berkelanjutan.  Salah  satu  medium  untuk  melakukan  refleksi  adalah
dengan mencatat secara teratur pengalaman-pengalaman pembelajarannya seusai  pembelajaran.  Catatan-catatan  ini  berisi  kasus  atau  pengalaman
yang  unik  yang  dialami  guru  dan  siswa  dalam  proses  pembelajaran. Dengan  pengalaman  yang  selalu  dicatat  dan  direfleksikan  secara  terus
menerus,  hal  tersebut  dapat  melatih  guru  untuk  mengembangkan kemampuan  menulisnya,  dan  jika  refleksi  dibuat  secara  sistematik  dapat
menjadi  gembaran  bagi  guru  untuk  selanjutnya  melakukan  penelitian- penelitian.
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi  kepribadian  adalah  kemampuan  yang  mantap,  stabil, dewasa,  arif,  dan  wibawa,  menjadi  teladan  bagi  peserta  didik,  dan
berakhlak  mulia.  Dijelaskan  dalam  Permendiknas  No.16  Tahun  2007, kemampuan  dalam  standar  kompetensi  kepribadian  guru  mencakup  lima
kompetensi inti, yaitu:
32
1. Bertindak  sesuai  dengan  norma  agama,  hukum,  sosial,  dan
kebudayaan nasional Indonesia. 2.
Menampilkan  diri  sebagai  pribadi  yang  jujur,  berakhlak  mulia,  dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat
3. Menampilkan  diri  sebagai  pribadi  yang  mantap,  stabil,  dewasa,  arif,
dan berwibawa 4.
Menunjukkan  etos  kerja,  tanggung  jawab  yang  tinggi,  rasa  bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
c. Kompetensi Profesional
Kompetensi  profesional  adalah  kemampuan  penguasaan  materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru untuk
membimbing  peserta  didik  memenuhi  standar  kompetensi  yang ditetapkan  dalam  Standar  Pendidikan  Nasional.  Kompetensi  profesional
sebagaimana  yang  diamanatkan  oleh  Peraturan  Pemerintah  No.19  tahun 2005  tentang  Standar  Nasional  Pendidikan  terkait  penguasaan  terhadap
struktur  keilmuan  dari  mata  pelajaran  yang  diasuh  secara  luas  dan mendalam,  sehingga  dapat  membantu  guru  membimbing  siswa  untuk
menguasai  pengetahuan  atau  keterampilan  secara  optimal.  Secara  lebih spesifik  menurut  Permendiknas  No.162007,  standar  kompetensi  ini
dijabarkan ke dalam lima kompetensi inti yakni:
33
1. Menguasai  materi,  struktur,  konsep,  dan  pola  pikir  keilmuan  yang
mendukung mata pelajaran yang diampu. 2.
Menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara efektif
4. Mengembangkan  keprofesionalan  secara  berkelanjutan  dengan
melakukan tindakan reflektif 5.
Memanfaatkan  teknologi  informasi  dan  komunikasi  untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi  sosial  adalah  kemampuan  pendidikan  sebagai  bagian dari  masyarakat  untuk  berkomunikasi  dan  bergaul  secara  efektif  dengan
peserta  didik,  sesama  pendidik,  tenaga  kependidikan,  orang  tuawali peserta  didik,  dan  masyarakat  sekitar.  Kompetensi  ini  nampak  dalam
kemampuannya  untuk  berinteraksi  dan  berhubungan  dengan  orang  lain secara  efektif.  Menurut  Permendiknas  No.162007,  kemampuan  dalam
standar kompetensi ini mencakup empat kompetensi utama yakni: 1.
Bersikap  inklusif  dan  bertindak  objektif  serta  tidak  diskriminatif karena  pertimbangan  jenis  kelamin,  agama,  ras,  kondisi  fisik,  latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 2.
Berkomunikasi  secara  efektif,  empatik,  dan  santun  dengan  sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
34
3. Beradaptasi  dengan  baik  di  tempat  bertugas  di  seluruh  wilayah
Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. 4.
Berkomunikasi  dengan  komunitas  profesi  sendiri  dan  profesi  lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Dari  keempat  bidang  kompetensi  yang  harus  dimiliki  oleh  guru  di  atas, dapat  disimpulkan  bahwa  kompetensi  pedagogik  merupakan  kompetensi
mutlak  yang  harus  dimiliki  oleh  guru.  Guru  yang  memiliki  kompetensi pedagogik akan menghindarkan pembelajaran bersifat monoton, tidak disukai
siswa dan membuat siswa kehilangan minat serta konsentrasi belajarnya. Hal ini  karena  kompetensi  pedagogik  merupakan  kemampuan  yang  berkaitan
dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan  dialogis. Apabila ada guru yang tidak memahami karakter peserta didik,
tidak dapat menjelaskan materi pelajaran dengan baik, tidak mampu memberi evaluasi terhadap apa yang sudah diajarkan, dan tidak dapat mengembangkan
potensi yang dimiliki oleh peserta didik maka guru yang bersangkutan belum memiliki kompetensi pedagogik secara memadai.
35
Standar Kompetensi Guru Tabel 1. Standar Kompetensi Guru
Kompetensi Kompetensi Inti Guru
a. Kompetensi Pedagogik
1. Pemahaman Wawasan dan
Landasan Kependidikan 2.
Pemahaman Tentang Peserta Didik
3. Pengembangan KurikulumSilabus
4. Perancangan Pembelajaran
5. Pelaksanaan Pembelajaran yang
Mendidik dan Dialogis 6.
Evaluasi Hasil Belajar 7.
Pengembangan Potensi Peserta Didik
b. Kompetensi Kepribadian
1. Bertidak sesuai dengan norma
agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
2. Menampilkan diri sebagai pribadi
yang jujur dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat
3. Menampilkan diri sebagai pribadi
yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa
4. Menunjukkan etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri
5. Menjunjung kode etik profesi
guru
36
Kompetensi Kompetensi Inti Guru
c. Kompetensi Profesional
1. Menguasai materi, struktur, dan
pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran
2. Menguasai standar kompetensi, dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
3. Mengembangkan materi
pembelajaran secara efektif 4.
Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif 5.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri
d. Kompetensi Sosial
1. Bersikap inklusif dan bertindak
objektif serta tidak bertindak diskriminatif karena jenis kelamin,
agama, ras, dan status social ekonomi
2. Berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan semua pendidik, orang tua, dan masyarakat
3. Beradaptasi dengan baik di tempat
bertugas di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki keragaman
sosial budaya
4. Berkomunikasi dengan komunitas
profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk
lain
37
B. Taman Kanak-kanak