KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI TK NEGERI 2 YOGYAKARTA DAN TK LABORATORI PEDAGOGIA.
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI TK NEGERI 2 YOGYAKARTA DAN TK LABORATORI PEDAGOGIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Dhevian Reyza Winata NIM 12110241049
PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
(2)
i
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI TK NEGERI 2 YOGYAKARTA DAN TK LABORATORI PEDAGOGIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Dhevian Reyza Winata NIM 12110241049
PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
(3)
(4)
(5)
(6)
v MOTO
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.” (Aristoteles)
“Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya.”
(7)
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kenikmatan sehingga saya dapat menyelesaikan karya ini. Karya ini saya persembahkan untuk:
Orang tua tercinta, atas dukungan dan doanya selama ini Almamater Universitas Negeri Yogyakarta
(8)
vii
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI TK NEGERI 2 YOGYAKARTA DAN TK LABORATORI PEDAGOGIA
Oleh
Dhevian Reyza Winata NIM 12110241049
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Kompetensi Pedagogik Guru di TK Negeri 2 Yogyakarta dan TK Laboratori Pedagogia dan (2) Kendala Kompetensi Pedagogik Guru di TK Negeri 2 Yogyakarta dan TK Laboratori Pedagogia
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 2 kepala sekolah dan 4 guru. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumen. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan trianggulasi sumber dan trianggulasi teknik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Guru TK Negeri 2 Yogyakarta memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai, memiliki berbagai cara dalam menghadapi karakter anak, silabus dan rpp sudah tersusun beberapa bulan sebelum tahun ajaran baru dimulai, merencanakan media pembelajaran agar pembelajaran tidak monoton, memberikan reward supaya anak menjadi aktif dalam pembelajaran, menjadi koordinator dan pendamping dalam ekstrakurikuler, dan evaluasi dilihat dari perkembangan anak dari hari-kehari. Sedangkan guru TK Laboratori Pedagogia memiliki latar belakang pendidikan untuk pendidikan anak usia dini, mengobservasi karakteristik siswa sejak pertama masuk kelas, pengembangan kurikulum dilakukan dengan menyusun tema dan sub-tema yang dekat dengan anak, menggunakan model pembelajaran kelompok, memanfaatkan teman sebaya untuk membuat peserta didik aktif, bertanggung jawab terhadap anak didik dalam ekstrakurikuler, dan lebih menekankan untuk mendeskripsikan tingkat pencapaian perkembangan anak setiap hari (2) Kendala yang dialami guru TK Negeri 2 Yogyakarta dalam kompetensi pedagogik meliputi waktu yang kurang dalam pengembangan kurikulum, orangtua yang tidak bisa mengantar anak untuk ekstrakurikuler, dan rapor yang berupa narasi karena memakan banyak waktu. Sedangkan untuk TK Laboratori Pedagogia meliputi perubahan mood anak sebelum berangkat sekolah yang merubah karakteristik anak, orangtua yang menutupi karakter anak di rumah, tidak semua siswa bisa mengikuti lomba untuk menunjukan potensinya, dan penerapan model belajar kelompok yang disesuaikan dengan minat membuat hasil yang diperoleh siswa menjadi berbeda-beda.
(9)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Kompetensi Pedagogik Guru di TK Negeri 2 Yogyakarta dan TK Laboratori Pedagogia” dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terlaksana dengan baik dan berjalan dengan lancar berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, perhatian, dan pengarahan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini. Maka dari itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan Program Studi Kebijakan Pendidikan yang telah menyetujui skripsi ini.
3. Ibu Lusila Andriani Purwastuti, M.Hum. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan motivasi penulis dari awal sampai akhir kuliah.
4. Bapak Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Tri Hariyatni, S.Pd, M.Pd. selaku Kepala Sekolah TK Negeri 2 Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
(10)
(11)
x DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 7
C.Batasan Masalah ... 7
D.Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI A.Kompetensi Pedagogik Guru ... 10
1. Pengertian Kompetensi ... 10
2. Standar Kompetensi Guru ... 12
B.Taman Kanak-Kanak ... 37
1. Pengertian Taman Kanak-Kanak ... 37
(12)
xi
3. Guru Taman Kanak-Kanak ... 39
C.Penelitian yang Relevan ... 41
D.Kerangka Pikir ... 43
E. Pertanyaan Penelitian ... 45
BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan Penelitian ... 46
B.Setting Penelitian... ... 46
C.Subjek Penelitian ... 46
D.Teknik Pengumpulan Data ... 47
E. Instrumen Penelitian ... 48
F. Teknik Analisis Data ... 51
G.Teknik Keabsahan Data ... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 54
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 54
a. TK Negeri 2 Yogyakarta ... 54
1) Sejarah TK Negeri 2 Yogyakarta……… 54
2) Lokasi dan Keadaan TK Negeri 2 Yogyakarta ... 54
3) Profil Sekolah TK Negeri 2 Yogyakarta……….. 55
4) Visi dan Misi TK Negeri 2 Yogyakarta………... 56
5) Tujuan Pendidikan TK Negeri 2 Yogyakarta……… .. 56
6) Struktur Organisasi TK Negeri 2 Yogyakarta……… 57
7) Sumber Daya yang Dimiliki TK Negeri 2 Yogyakarta………… 58
a) Data Peserta Didik……… 58
b) Data Pendidik dan Tenaga Pendidik……… 59
c) Sarana dan Prasarana………... 59
b. TK Laboratori Pedagogia ... 60
1) Sejarah TK Laboratori Pedagogia. ... 60
(13)
xii
3) Profil Sekolah TK Laboratori Pedagogia ... 63
4) Visi dan Misi TK Laboratori Pedagogia... 64
5) Tujuan Pendidikan TK Laboratori Pedagogia ... 64
Struktur Organisasi TK Laboratori Pedagogia ... 65
7) Sumber Daya yang Dimiliki TK Laboratori Pedagogia ... 65
a) Data Peserta Didik ... 65
b) Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 66
c) Sarana dan Prasarana ... 67
2. Kompetensi Pedagogik... 68
a. TK Negeri 2 Yogyakarta ... 68
1)Pemahaman Wawasan dan Landasan Kependidikan ... 69
2)Pemahaman Tentang Peserta Didik ... 70
3)Melaksanakan atau Mengembangkan Kurikulum ... 72
4)Perancangan Pembelajaran ... 74
5)Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis ... 76
6)Pengembangan Potensi Peserta Didik ... 79
7)Penilaian dan Evaluasi Hasil Belajar ... 81
b. TK Laboratori Pedagogia ... 84
1)Pemahaman Wawasan dan Landasan Kependidikan ... 84
2)Pemahaman Tentang Peserta Didik ... 86
3)Melaksanakan atau Mengembangkan Kurikulum ... 88
4)Perancangan Pembelajaran ... 89
5)Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis ... 91
6)Pengembangan Potensi Peserta Didik ... 95
7)Penilaian dan Evaluasi Hasil Belajar ... 98
3. Kendala Kompetensi Pedagogik Guru ... 99
a. TK Negeri 2 Yogyakarta ... 99
b. TK Laboratori Pedagogia ... 102
(14)
xiii
1. Kompetensi Pedagogik Guru ... 105
a. TK Negeri 2 Yogyakarta ... 105
1)Pemahaman Wawasan dan Landasan Kependidikan ... 105
2)Pemahaman Tentang Peserta Didik ... 106
3)Melaksanakan atau Mengembangkan Kurikulum ... 108
4)Perancangan Pembelajaran ... 109
5)Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis ... 110
6)Pengembangan Potensi Peserta Didik ... 112
7)Penilaian dan Evaluasi Hasil Belajar ... 113
b. TK Laboratori Pedagogia ... 114
1)Pemahaman Wawasan dan Landasan Kependidikan ... 114
2)Pemahaman Tentang Peserta Didik ... 115
3)Melaksanakan atau Mengembangkan Kurikulum ... 116
4)Perancanaan Pembelajaran ... 117
5)Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis ... 118
6)Pengembangan Potensi Peserta Didik ... 120
7)Penilaian dan Evaluasi Hasil Belajar ... 121
2. Kendala Kompetensi Peserta Didik ... 122
a. TK Negeri 2 Yogyakarta ... 122
b. TK Laboratori Pedagogia ... 123
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 124
B.Saran ... 127
DAFTAR PUSTAKA ... 128
(15)
xiv
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Standar Kompetensi Guru ... 35
Tabel 2. Pedoman Wawancara ... 49
Tabel 3. Pedoman Observasi ... 50
Tabel 4. Pedoman Dokumentasi ... 51
Tabel 5. Data Peserta Didik Tahun 2015/2016 ... 58
Tabel 6. Sarana TK Negeri 2 Yogyakarta ... 59
Tabel 7. Data Siswa TK Laboratori Pedagogia Reguler ... 66
Tabel 8. Data Siswa TK Laboratori Pedagogia Full Day ... 66
Tabel 9. Data Tenaga Pendidik TK Laboratori Pedagogia ... 67
Tabel 10. Prasarana TK Laboratori Pedagogia ... 67
(16)
xv
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 44 Gambar 2. Struktur Organisasi TK Laboratori Pedagogia ... 65
(17)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 131
Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ... 132
Lampiran 3. Pedoman Wawancara ... 133
Lampiran 4. Catatan Lapangan ... 137
Lampiran 5. Contoh Transkip Wawancara Hasil Reduksi ... 146
Lampiran 6. Dokumen Penelitian ... 158
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian ... 185
(18)
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Persoalan dalam dunia pendidikan yang berkenaan dengan guru dan jabatan guru senantiasa menjadi salah satu pokok bahasan yang mendapat tempat tersendiri di tengah-tengah ilmu kependidikan yang begitu luas dan kompleks. Sehubungan dengan kemajuan pendidikan dan kebutuhan guru yang semakin meningkat, baik dalam mutu maupun jumlahnya, maka program pendidikan guru menjadi prioritas pertama dalam pembangunan pendidikan di negeri Indonesia ini.
Tidak semua orang bisa dikatakan sebagai guru atau pendidik, karena guru atau pendidik sudah memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap calon guru atau pendidik itu sendiri sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa untuk dapat menjadi seorang tenaga pendidik atau guru, yang bersangkutan harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Menjadi kebutuhan dunia pendidikan dewasa ini adalah guru yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan ketetapan pemerintah. berdasarkan Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik dan standar kompetensi. Standar kompetensi yang harus dimiliki guru selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan bab
(19)
2
VI pasal 28 yang terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Penjabaran lebih lanjut tentang indikator standar kompetensi guru diatur melalui Permendiknas No.16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru.
Guru dalam upaya membantu murid untuk mencapai tujuan, maka guru harus memaksimalkan peran sebagai guru yang berkompeten, diantaranya mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan.
Belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung secara edukatif. Kini setiap orang mulai beralih ke pandangan bahwa mengajar tidak sekedar menyampaikan ilmu, tapi berusaha membuat suatu situasi lingkungan yang memungkinkan murid untuk belajar. Suatu konsep baru tentang mengajar menyatakan bahwa mengajar merupakan pembinaan bagi siswa bagaimana belajar dan bagaimana berfikir serta menyelidiki.
Kehadiran guru dalam proses belajar-mengajar atau pembelajaran masih tetap memegang kendali atau peranan yang penting. Peranan guru dalam proses pembelajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, ataupun oleh perangkat komputer yang peling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan, dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dapat dicapai
(20)
3
dengan alat-alat modern tersebut. Disinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru, dari alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah masalah hidupnya.
Peran guru sangat penting dalam mengajar dan mendidik siswa, serta dalam memajukan dunia pendidikan. Mutu siswa dan pendidikan bergantung pada mutu guru. Karena itu, guru harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan standar nasional pendidikan, agar ia dapat menjalankan tugas dan perannya dengan baik dan berhasil.
Adapun kompetensi guru merupakan kemampuan dan kewenangan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab terkait dengan profesi keguruannya. Karena jabatan guru merupakan sebuah profesi, maka kompetensi guru sangat diperlukan dalam proses belajar-mengajar.
Dalam kaitannya dengan pendidikan, kompetensi guru menunjukan kepada suatu perbuatan yang bersifat rasional untuk mencapai suatu tujuan yang sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi ini diperoleh melalui proses pendidikan maupun pelatihan. Salah satu faktor yang peling menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran adalah seorang guru, seorang guru perlu memiliki kompetensi untuk mengorganisasi ide-ide yang dikembangkan di kalangan peserta didiknya sehingga dapat menggerakkan minat dan semangat belajar mereka.
Proses kegiatan belajar mengajar, interaksi antara guru dan anak didik merupakan kegiatan yang dominan. Dalam kegiatan itu, guru tidak hanya
(21)
4
mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga mentransfer nilai-nilai kepada anak didik sebagai subyek yang belajar. Kegiatan itu melibatkan komponen-komponen yang antara satu dengan yang lainnya saling menyesuaikan dan menunjang dalam pencapaian tujuan balajar bagi anak didik. Dengan demikian, dalam kegiatan interaksi belajar-mengajar metode bukanlah satu-satunya tetapi faktor anak didik, guru, alat, tujuan, dan lingkungan juga turut menentukan interaksi tersebut.
Dalam kaitannya dengan peserta didik pada usia dini, maka guru hendaknya memiliki pemahaman yang lebih baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik. Guru dituntut untuk memantau pertumbuhan fisik dan mengeksplorasi potensi yang dimiliki anak, karena pada usia ini kecerdasan mereka sedang berkembang dengan pesat atau biasa disebut dengan golden age.
Salah satu faktor rendahnya mutu pendidikan di negara kita adalah disebabkan oleh tenaga pendidik yang kurang berkompeten di bidangnya. Sehingga upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa masih sukar untuk diwujudkan dan pada akhirnya kebodohan akan berdampak pada kemiskinan. Untuk itu, maka guru sebagai komponen pendidikan harus menunjukan kualitasnya sebagai tenaga pendidik yang ahli dibidangnya.
Terlihat masih banyak guru yang belum memenuhi standar kompetensi sebagaimana diharapkan. Pertama, guru tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengelola peserta didik. Misalnya, banyak kasus guru memberikan hukuman yang berlebihan terhadap siswanya, bahkan sampai melukai. Kedua, kepribadian guru masih labil. Misalnya, guru menodai siswanya sendiri sehingga
(22)
5
guru semacam ini sulit dijadikan teladan oleh para siswa dan masyarakat. Ketiga, kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat masih rendah. Misalya, guru yang tidak mampu menulis karya tulis ilmiah sebagai bagian komunikasi dengan masyarakat, dan buruknya hubungan guru dan siswa serta masyarakat sehingga guru tidak mengetahui problem yang dihadapi muridnya, apalagi masyarakat sekitarnya. Keempat, penguasaan guru terhadap materi pembelajaran masih dangkal. Misalnya, guru kesulitan dalam menerapkan materi yang diajarkan dengan kehidupan siswanya sehari-hari. Beberapa contoh ini hanya sebagian kecil saja dari kelemahan yang dimiliki para guru kita, dikota maupun didesa.
Guru membutuhkan pelatihan kompetensi untuk menambah wawasan dan meningkatkan keterampilan mereka. Pelatihan itu akan lebih bermanfaat bagi guru jika guru memiliki semangat belajar seumur hidup. Semangat belajar harus melekat dalam diri setiap guru sehingga ia kaya ilmu dan terampil. Belajar seumur hidup amat penting bagi guru karena pendidikan guru belum bisa menjamin kompetensi mereka menjadi guru yang profesional. Guru yang selalu belajar akan berhasil menjadi pendidik, karena mendidik tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Mendidik merupakan perbuatan yang benar yang intinya membantu terdidik dalam mendewasakan dirinya. Bantuan ini mencakup kegiatan fisikal, mental, emosional, dan spiritual, dari alternatif pilihan paling benar dan paling mungkin dilakukan secara sadar, teratur, dan terus-menerus.
Fenomena yang sering terjadi, tenaga pendidik khususnya di tingkat TK belum memenuhi syarat sebagai guru yang berkompeten, khususnya kompetensi
(23)
6
pedagogik yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran. Misalnya guru belum mampu memanfaatkan teknologi pembelajaran atau belum mampu menyusun rancangan pembelajaran dan baik. Padahal guru tidak lagi bertindak hanya sebagai penyaji informasi tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, maupun pembimbing yang senantiasa berupaya memaksimalkan perkembangan potensi yang dimiliki peserta didik. Jika mutu guru rendah, maka mereka akan sulit atau kalah berkompetensi dengan guru yang lebih bermutu, sehingga berakibat hilangnya kesempatan untuk meningkatkan kompetensi mereka. Dalam buku Jejen Musfah (2011: 5) dijelaskan sekitar 77,85 persen, guru di sekolah dasar tidak layak menjadi guru karena pendidikannya tidak memenuhi syarat. Selain itu, penguasaan guru terhadap materi pelajaran yang diajarkan kepada para muridnya juga lemah. Di tingkat taman kanak-kanak (TK), berdasarkan data Kemendikbud tahun 2013/2014 hanya 38,09% guru yang layak mengajar di tingkat TK.
Mutu pendidikan belum seperti yang diharapkan. Menurut Sukmadinata (Jejen Musfah, 2011: 4), “Selain masih kurangnya sarana dan fasilitas belajar, adalah faktor guru. Pertama, guru belum bekerja dengan sungguh-sungguh. Kedua, kemampuan pengelolaan pembelajaran guru masih kurang.” Menurut Sanusi (Jejen Musfah 2011: 4), “Guru belum dapat diandalkan dalam berbagai aspek kinerjanya yang standar, karena ia belum memiliki: keahlian dalam isi dari bidang studi, pedagogis, didaktik, dan metodik, keahlian pribadi dan sosial, khususnya berdisiplin dan bermotivasi, kerja tim antara sesama guru, dan tenaga kependidikan yang lain.”
(24)
7
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis berupaya untuk mengkaji lebih dalam terhadap permasaahan tersebut dan dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Kompetensi Pedagogik Guru Di TK Negeri 2 Yogyakarta Dan TK Laboratori Pedagogia ˮ.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Masih ada guru yang belum memenuhi kualifikasi sebagai guru yang berkompetensi
2. Kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat masih rendah 3. Masih ada guru yang memiliki kepribadian yang labil
4. Guru belum menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri
5. Guru belum menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi
6. Guru belum mampu memanfaatkan teknologi pembelajaran atau belum mampu menyusun rancangan pembelajaran dengan baik
7. Guru kurang menguasai dan melaksanakan kompetensi pedagogik sesuai tuntutan dalam Undang-undang guru dan dosen Nomor 14 tahun 2005. C.Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, penelitian ini akan dibatasi pada kompetensi pedagogik guru TK Negeri 2 Yogyakarta dan TK Laboratori Pedagogia.
(25)
8 D.Rumusan Masalah
1. Bagaimana kompetensi pedagogik guru di TK Negeri 2 Yogyakarta dan TK Laboratori Pedagogia?
2. Apa saja kendala yang dialami guru TK Negeri 2 Yogyakarta dan TK Laboratori Pedagogia dalam pengembangan kompetensi pedagogik? E.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru TK Negeri 2 Yogyakarta dan TK Laboratori Pedagogia.
2. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dialami guru TK Negeri 2 Yogyakarta dan TK Laboratori Pedagogia dalam pengembangan kompetensi pedagogik
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas atau menambah khasanah keilmuan terutama bagi perkembangan Studi Kebijakan Pendidikan, khususnya pada perkembangan ilmu pendidikan
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi dan pertimbangan kepada dinas pendidikan dan kebudayaan mengenai tingkat kompetensi pedagogik guru TK Negeri 2 Yogyakarta dan TK Laboratori Pedagogia. Dengan adanya informasi
(26)
9
tersebut, maka diharapkan dapat digunakan untuk menyusun alternatif untuk membuat dan menetapkan suatu kebijakan yang berkaitan dengan upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru
b. Mengetahui perbedaan kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru TK swasta dan TK negeri di kota Yogyakarta.
c. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat atau dinas pendidikan untuk memberikan pelatihan atau diklat untuk dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru.
d. Memberikan wawasan bagi peneliti berikutnya dan dapat dijadikan salah satu referensi untuk penelitian di bidang yang sama
(27)
10
BAB II KAJIAN TEORI A.Kompetensi Pedagogik Guru
1. Pengertian Kompetensi
Echols dan Shadily ( Jejen Musfah, 2011: 27) mengatakan kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar. Pengertian lainnya tentang kompetensi merujuk pada hasil kerja (out out), I ndividu maupun kelompok. Kompetensi berarti kemampuan mewujudkan sesuatu sesuai dengan tugas yang diberikan kepada seseorang. Tuxworth (Jejen Musfah, 2011: 28) mengutip pendapat Burke,dkk. Tentang kompetensi:
“Competency statements describe outcomes expected from the performance of professionally related functions, or those knowledge, skills, and attitudes thought to be essential to the performance of those functions”;
Kompetensi tidak hanya terkait dengan kesuksesan seseorang dalam menjalankan tugasnya, tetapi apakah ia juga berhasil bekerja sama dalam sebuah tim, sehingga tujuan lembaganya tercapai sesuai harapan. Kenezevich dalam buku Jejen Musfah (2011:28) berpendapat bahwa, “ kompetensi adalah kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi.” Tugas individu dalam sebuah
(28)
11
lembaga jelas berbeda dengan pencapaian tujuan lembaga, meskipun ia pasti sangat berkaitan. Tujuan lembaga hanya akan tercapai ketika individu dalam lembaga itu bekerja sebagai tim sesuai standar yang ditetapkan.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 045/U/2002, menyatakan kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Dalam UU No.14 Tahun 2005, dijabarkan bahwa kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.
Aspek atau ranah yang ada dalam konsep kompetensi, yakni:
a. Pengetahuan (knowledge) yakni sebagai kesadaran dalam bidang kognitif. b. Pemahaman (understanding) kedalam kognitif dan afektif yang dimiliki
oleh individu.
c. Kemampuan (skill) yakni sesuatu yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
d. Nilai, yakni suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokrasi, dan lain-lain).
e. Sikap, yakni perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.
(29)
12
f. Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang melakukan sesuatu perbuatan (Kusnandar, 2007: 53).
Sudjana (Jejen Musfah, 2011: 29) membagi kompetensi guru dalam tiga bagian, yaitu “bidang kognitif, sikap, dan perilaku (performance). Ketiga kompetensi ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain.” Dengan demikian, kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya. Kompetensi dapat juga dikatakan sebagai gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi, dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan guna mencapai standar kualifikasi dalam pekerjaan nyata (Syaiful Sagala, 2009:23).
2. Standar Kompetensi Guru
Kompetensi merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja. Kepmendiknas Nomor 045/U/2002 menyebutkan bahwa kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Jadi kompetensi guru dapat dipahami sebagai tindakan kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. (Masnur Muslich, 2007:12)
(30)
13
Kompetensi guru merupakan seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerja secara tepat dan efektif. Kompetensi guru tersebut meliputi: pertama kompetensi pedagogik, kedua kompetensi kepribadian, ketiga kompetensi profesional, dan keempat kompetensi sosial. Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan yang dikuasai oleh seorang guru yang terdiri dari pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang menunjukan kualitas diri yang akan diwujudkan dalam kinerjanya dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya dengan baik.
Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki dan menguasai keempat kompetensi tersebut. Kompetensi yang harus dimiliki pendidik itu sungguh sangat ideal sebagaimana tergambar dalam peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, guru harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik merupakan tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan kompetensi sebagai agen pembelajaran meliputi 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.
(31)
14 a. Kompetensi Pedagogik
Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik murid di kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap utama untuk menghadapi hidupnya di masa depan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:88), yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah :
Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (2) pemahaman tentang peserta didik; (3) pengembangan kurikulum/silabus; (4) perancangan pembelajaran; (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (6) evaluasi hasil belajar; dan (7) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
Seorang guru harus memahami hakikat pendidikan dan konsep yang terkait dengannya. Diantarannya yaitu fungsi dan peran lembaga pendidikan, konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, sistem pendidikan nasional, dan inovasi pendidikan.
Pemahaman yang benar tentang konsep pendidikan tersebut akan membuat guru sadar posisi strategisnya di tengah masyarakat dan
(32)
15
perannya yang besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa. Karena itu, mereka juga sadar bagaimana harus bersikap di sekolah dan masyarakat, dan bagaimana cara memenuhi kualifikasi statusnya yaitu sebagai guru profesional. Joseph Fischer dalam buku Jejen Musfah (2011:31) menulis, Pendidikan adalah penanaman pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan perilaku melalui prosedur yang standar.
2) Pemahaman tentang peserta didik
Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuannya, keunggulan dan kekuragannya, hambatan yang dihadapi serta faktor dominan yang mempengaruhinya. (Sukmadinata, 2006:197). Untuk dapat melakukan hal tersebut, guru perlu memahami perkebangan anak dan bagaimana hal itu berpengaruh. Belajar dapat mengarahkan perkembangan anak ke arah yang positif. Di sini tugas guru bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang baik dan buruk, indah dan tidak indah, benar dan salah, tetapi berupaya agar siswa mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam keseharian hidupnya di tengah keluarga dan masyarakat.
Sugihartono (2007: 164) juga menjelaskan “guru dalam proses pembelajaran menghadapi peserta didik yang beraneka ragam karakteristiknya, dan diantara mereka banyak persamaan dan perbedaannya”. Perbedaan peserta didik berkaitan dengan kapasitas
(33)
16
intelektual, moral, dan latar belakang kehidupan keluargannya. Perbedaan karakteristik tersebut dapat mendukung maupu menghambat peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga guru perlu memberikan tindakan terhadap perilaku peserta didik yang dapat menghabat kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Menurut Nanang Priatna dan Tito Sukanto (2013: 37) mengemukakan bahwa tindakan guru dalam memperdalam karakteristik peserta didik sebagai berikut:
a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya.
b) Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
c) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda.
d) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya.
e) Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik.
f) Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termajinalkan (tersisihkan, diolok-olok, minder, dan sebagainya).
3) Pengembangan kurikulum/silabus
Setiap guru mengggunakan buku sebagai bahan ajar. Buku belajar banyak tersedia, demikian juga buku penunjang. Guru dapat mengadaptasi materi yang akan diajarkan dari buku-buku yang telah distandarisasi oleh Depdiknas, tepatnya Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Singkatnya, guru tidak perlu repot menulis buku
(34)
17
sesuai dengn bidang studinya. Meskipun demikian, guru harus memperhatikan proses pengembangan kurikulum, yang menurut Miller dan Seller (1985:12) mencakup tiga hal:
1. Menyusun tujuan umum (TU) dan tujuan khusus (TK). Biasanya merefleksikan posisi kurikulum secara keseluruhan. Posisi transmisi menekankan TK yang spesifik dan kadang-kadang dinyatakan dalam istilah perilaku. Daftar TK dalam posisi ini bisa jadi sangat luas. Dalam posisi transaksi, TK diharapkan fokus pada konsep atau keterampilan intelektual yang kompleks.
2. Mengidentifikasi materi yang tepat. Pengembang kurikulum harus memutuskan materi apa yang tepat untuk kurikulum dan mengidentifikasi kriteria untuk pemilihannya. Kriteria apa yang digunakan akan menunjukkan orientasi kurikulum.
3. Memilih strategi belajar. Strategi belajar mengajar dapat dipilih menurut beberapa kriteria, yaitu: orientasi, tingkat kompleksitas, keahlian guru, dan minat siswa.
4) Perancangan pembelajaran
Menurut Neagie, dalam buku Jejen Musfah (2011:36) “Guru efektif mengatur kelas mereka dengan prosedur dan mereka menyiapkannya. Di hari pertama masuk kelas, mereka telah memikirkan apa yang mereka ingin siswa lakukan dan bagaimana hal itu harus dilakukan.” Jika guru
(35)
18
memberitahu siswa sejak awal bagaimana guru mengharapkan mereka bersikap dan belajar di kelas, guru menegaskan otoritasnya, maka mereka akan serius dalam belajar.
Ilmu pengetahuan dalam kaitannya dengan proses pendidikan, sangat tergantung pada guru dan bagaimana mereka menggunakan berbagai metode yang tepat dan baik. Oleh karena itu, guru wajib mengetahui manfaat dari metode yang digunakan.
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Pada anak dan remaja, inisiatif belajar harus muncul dari para guru karena mereka pada umumnya belum memahami pentingnya belajar. Maka guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang bisa menarik rasa ingin tahu siswa, yaitu pembelajaran yang menarik, menantang, dan tidak monoton, baik dari sisi kemasan maupun isi atau materinya. Menurut Mulyasa, dalam buku Jejen Musfah (2011:37):
“Secara pedagogis kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian, karena pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang berhasil, dinilai kering dari aspek pedagogis, dan sekolah tampak lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil karena tidak memiliki dunianya sendiri.”
Mengajar adalah proses dua arah, yaitu di mana siswa dapat klarifikasi hal-hal yang belum dipahaminya dari apa saja yang sedang disampaikan guru dalam kelas. Jika mengajar merupakan proses satu arah, kita akan belajar dengan baik dan memuaskan dari buku dan video, dan kehadiran guru tidak akan dibutuhkan lagi.
(36)
19 6) Evaluasi hasil belajar
Kesuksesan seorang guru sebagai pendidik profesional tergantung pada pemahamannya terhadap penilaian pendidikan dan kemampuannya bekerja efektif dalam penilaian. “Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur hasil belajar peserta didik.” (BSNP, 2006: 4). Penilaian hasil pembelajaran mencakup aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif sesuai karakteristik mata pelajaran.
Menurut Stiggin dalam buku Jejen Musfah (2011:40-41), penilaian merupakan bagian penting dari proses pembelajaran, terdapat lima alasan diantaranya yaitu: a) penilaian kelas menegaskan pada siswa tentang hasil yang kita inginkan atau sasaran yang telah ditetapkan; b) penilaian kelas menyediakan dasar informasi untuk siswa, orangtua, guru, pimpinan, dan pembuat kebijakan; c) penilaian kelas memberikan motivasi bagi siswa untuk meningkatkan prestasi; d) penilaian kelas menyaring siswa di dalam atau di luar program, meberi mereka akses pada pelayanan khusus yang mereka butuhkan; e) menyediakan dasar evaluasi bagi guru dan pimpinan.
7) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya
Belajar merupakan proses dimana pengetahuan, konsep, keterampilan, dan perilaku diperoleh, dipahami, diterapkan, dan dikembangkan. Anak-anak mengetahui perasaan mereka melalui
(37)
20
rekannya dan belajar. Maka belajar merupakan proses kognitif, sosial, dan perilaku. Pengajaran memiliki dua fokus, yaitu perilaku siswa yang berhubungan dengan tugas kurikulum, juga membantu perkembangan kepercayaan siswa sebagai pelajar.
Pendidik harus memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai agen pembelajaran (learning agent). Yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran ialah “peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.” (BSNP, 2006: 87)
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan di suatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan di luar kegiatan kurikuler. Ekstrakurikuler bertujuan untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik, serta bakat yang terpendam. Selain pengembangan bakat, ekstrakurikuler juga dapat membentuk watak dan kepribadian peserta didik dengan pembiasaan dan menanamkan sikap disiplin, kebersihan, cinta lingkungan, dan lain-lainnya yang erat kaitannya dengan pembentukan pribadi peserta didik.
Selain sumber di atas, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi guru (Marselus R Payong, 2011: 50) menetapkan 10 kompetensi pedagogik inti yang harus dimiliki oleh guru, yang diantaranya adalah:.
(38)
21
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual
Benjamin Bloom menyatakan setidak-tidaknya ada dua karakteristik individual siswa yang harus diperhatikan dalam memberikan layanan pendidikan yang optimal yakni karakteristik kognitif dan karakteristik afektif. Kedua karakteristik ini sangat berpengaruh terhadap pembelajaran dan hasil belajarnya.
Karakteristik kognitif terkait dengan kemampuan intelektual siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Perkembangan intelektual manusia telah diteliti oleh para ahli psikologi kognitif. Salah satu ahli psikologi kognitif yang pandangannya sangat berpengaruh terhadap pemahaman manusia tentang perkembangan kognitif usia anak dan remaja adalah Jean Piaget. Jean piaget membagi perkembangan kognitif manusia atas empat tahap yakni tahap sensori motorik (0-2 tahun), tahap pra operasional (2-7 tahun), tahap operasi konkret (7-11 tahun), dan tahap operasi formal (11-15 tahun). Anak-anak usia sekolah berada pada tahap operasi konkret dan operasi formal. Ciri kemampuan intelektual pada tahap operasi konkret adalah kemampuannya untuk memahami sesuatu melalui instrumen-instrumen benda-benda konkret. Karena kemampuan berpikir mereka masih terbatas pada representasi konkret maka anak-anak pada usia ini harus membutuhkan banyak bantuan berupa media atau alat peraga untuk menjelaskan konsep-konsep yang abstrak sementara bagi
(39)
22
remaja yang sebagian besar sudah berada pada tahap operasi formal, di mana kemampuan berpikir abstrak sudah berkembang maka tugas guru adalah mengembangkan kreativitas berfikir dan mencipta melalui metode-metode seperti penemuan, pemecahan masalah, dsb.
Sementara itu karakteristik afektif berkaitan dengan aspek-aspek seperti minat, motivasi, konsep diri, dan sikap (terhadap sekolah, mata pelajaran, guru, dan teman sebaya) juga ikut berpengaruh sebagai prakondisi terciptanya proses pembelajaran yang efektif. Guru perlu memahami karakteristik siswa semacam ini agar bisa merancang dan menciptakan pembelajaran yang menggugah siswa.
2. Menguasai Teori Belajar dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Secara umum ada tiga teori belajar yang masih berpengaruh sampai saat ini yakni teori behaviorisme, teori kognitivisme, dan teori-teori humanistik-konstruktivis. Ketiga teori-teori ini meletakkan dasar bagi berbagai model pembelajaran yang ada saat ini.
Teori behaviorisme adalah teori awal dalam pembelajaran yang menekankan pentingnya stimulus-stimulus dari luar untuk mempengaruhi siswa bisa belajar. Asumsinya bahwa siswa adalah subjek pasif yang hanya bisa belajar kalau ada rangsangan tertentu dari luar. Guru adalah pusat dan siswa adalah periferial atau pelengkap dalam belajar. Bagi kaum behavioris, belajar harus bisa diamati melalui perilaku konkretnya.
(40)
23
Teori-teori kognitif pada kontinum lain mengatakan bahwa belajar merupakan proses pengolahan informasi yang tidak dapat diamati. Proses itu terjadi dalam benak seseorang ketika memperoleh informasi atau rangsangan dari luar melalui panc inderanya. Informasi yang diterima kemudian diolah, disaring, diproses, dan jika bermakna maka akan disimpan didalam unit penyimpanan baik sementara (short-term memory) maupun permanen (long-term memory). Informasi yang telah disimpan di dalam unit penyimpanan itu kemudian dapat ditarik kembali dan digunakan sesuai kebutuhan.
Teori humanistik-konstruktivis justru berbeda pandangan secara radikal dengan kedua teori diatas. Perbedaan yang paling menonjol adalah perubahan pandangan tentang siswa/peserta didik yang sebelumnya dianggap sebagai subjek yang pa sif menjadi subjek yang aktif. Pendukung teori kontruktivis berpendapat bahwa siswa adalah subjek yang aktif menciptakan pengetahuannya sendiri, berdasarkan pengalaman-pengalamannya dengan lingkungan. Karena itu pengetahuan bukanlah kumpulan fakta atau konsep-konsep yang dicekokkan kepada siswa, tetapi lebih merupakan suatu rekonstruksi terhadap pengalaman yang didapat.
3. Mengembangkan Kurikulum
Guru bukan hanya pelaksana kurikulum tetapi juga pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Kurikulum tingkat satuan
(41)
24
pendidikan (KTSP) telah memberikan peluang bagi para guru untuk mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara mandiri baik individual maupun dalam wadah seperti kelompok kerja guru (KKG) dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Salah satu otonomi profesional guru terletak pada kemampuannya untuk mengembangkan kurikulum suesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dilayaninya.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menetapkan standar isi semua mata pelajaran di jenjang pendidikan dasar dan menengah yang diatur dalam Permendiknas No.22 tahun 2006. Standar isi ini terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh para siswa setelah mengikuti pembelajaran. Tugas para guru adalah mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ini ke dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Selain itu para guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan bahan ajar dan berbagai perangkat pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran yang maksimal.
4. Melaksanakan Pembelajaran yang Mendidik
Pembelajaran yang mendidik bermakna pembelajaran yang tidak hanya mengarungi perubahan perilaku pada aspek-aspek kemampuan tertentu saja, tetapi pada semua aspek kemampuan pribadi manusia secara menyeluruh. Sebagaimana yang telah ditawarkan oleh UNESCO,
(42)
25
pembelajaran yang mendidik hendaknya berpijak pada empat pilar yakni: learning to know, learning to do,learninig to be, dan learning to live together. Belajar untuk mengetahui segala sesuatu, mentransfer berbagai ilmu dan pengetahuan adalah penting, tetapi bukan satu-satunya. Karena itu harus dilengkapi dengan belajar untuk bisa menjadi terampil dalam melakukan segala sesuatu, belajar untuk menjadi diri sendiri, belajar untuk bisa hidup, dan beradaptasi dengan orang lain.
Pembelajaran mendidik adalah pembelajaran yang memotivasi siswa untuk belajar, tidak hanya pembelajaran yang mentransfer pengetahuan dan keterampilan. Karena itu kemasan pembelajaran yang dibuat guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip motivasional yang baik, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan siswa untuk belajar.
5. Memanfaatkan Teknologi Informasi untuk Pembelajaran
Dalam era ini informasi telah menjadi satu kesatuan utama yang mempengaruhi dan menentukan segala aspek kehidupan manusia sekaligus mempengaruhi kualitas budaya dari suatu negara. Guru di abad ini berhadapan dengan kenyataan, bahwa para siswa yang hadir di sekolah telah memiliki kekayaan informasi yang mereka peroleh di luar sekolah. Anak-anak sudah terbiasa dengan kemasan informasi yang menghibur, menyenangkan bahkan penuh dengan hura-hura sehingga tantangan terberat bagi guru di abad informasi ini adalah, bagaimana
(43)
26
mengemas pembelajaran semenarik kemasan yang biasa dinikmati anak-anak di media (televisi, radio, internet, dsb).
Satu survei yang dilakukan oleh The National Center for Education Statistics (NCES) dari Departemen Pendidikan Amerika Serikat pada tahun 1999 yang tertulis dalam buku Marselus R Payong menunjukkan bahwa komputer dan teknologi informasi telah menjadi kebutuhan yang mendesak bagi para guru, administrator, dan praktisi pendidikan di Amerika sehingga dibutuhkan kemampuan untuk menguasai teknologi ini. Para guru melaporkan bahwa mereka selalu menggunakan komputer untuk menyiapkan pelajaran, mengerjakan tugas-tugas administratif seperti perekaman dan pengolahan nilai hasil belajar. Mereka juga telah memanfaatkan internet untuk mencari materi atau bahan ajar, mengakses informasi-informasi terbaru tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memanfaatkannya dalam pembelajaran.
Dengan semakin luasnya penetrasi teknologi informasi dan komputer dalam berbagai segi kehidupan manusia termasuk dalam latar pembelajaran, maka para guru juga dituntut untuk melek terhadap teknologi informasi dan dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Guru harus bisa memanfaatkan teknologi komputer ini untuk memudahkan pembelajaran secara menarik, sehingga dapat menggugah minat dan motivasi siswa dalam belajar. Selain itu, komputer dan internet juga dapat digunakan sebagai saran
(44)
27
untuk menjelajah informasi terbaru guna memperkaya bahan ajarnya atau wawasan pengetahuan yang dimilikinya.
6. Membantu Peserta Didik Mengaktualisasikan Potensinya
Kemampuan guru lain adalah membantu peserta didik mengaktualisasikan segenap potensinya. Siswa sebagai individu memiliki berbagai bakat dan kemampuan yang beragam. Karena itu, tugas guru adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa agar berbagai potensi dan kemampuan yang beragam itu dapat dikembangkan secara optimal. Salah satu wahana untuk mengembangkan kemampuan, potensi, bakat atau minat siswa adalah melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Guru tidak hanya menjadi fasilitator belajar di ruang kelas, tetapi juga harus menjadi fasilitator belajar di luar ruang kelas pada situasi-situasi non pembelajaran.
Para guru dapat melibatkan diri menjadi pembina kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler secara spesifik sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Guru yang berbakat olahraga dapat menjadi pembina olahraga siswa. Guru yang berbakat kesenian dapat menjadi pembina kesenian siswa. Kegiatan-kegiatan pengembangan minat, bakat dan potensi siswa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan termasuk dalam kegiatan pengembangan diri yang setara dengan dua jam pelajaran per minggu.
Selain dikemas dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan pengembangan minat, bakat dan potensi siswa dapat juga diintegrasikan
(45)
28
dalam pembelajaran melalui penciptaan pengalaman-pengalaman belajar tertentu. Kegiatan pembelajaran yang bernuansa PAIKEM di satu sisi membantu siswa mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya, tetapi di sisi lain dapat juga membantu siswa mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya secara maksimal.
7. Berkomunikasi secara Efektif, Empatik, dan Santun dengan Siswa
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang mengena, atau komunikasi yang menyebabkan pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan sempurna. Karena itu berkomunikasi secara efektif mengandung pengertian adanya interaksi yang bermakna yang menimbulkan saling pengertian, dan saling pemahaman di antara guru dan siswa.
Komunikasi secara empatik adalah komunikasi yang menggugah dimana semua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi dapat saling menyelami isi hati, maksud, tujuan dari masing-masing pihak. Guru dapat berkomunikasi secara empatik dengan siswa jika ia mampu memahami dengan baik kebutuhan-kebutuhan siswanya, sehingga dapat menyesuaikan pelayanannya secara tepat.
Dalam berkomunikasi secara efektif dengan para siswa, guru hendaknya memperhatikan beberapa hambatan komunikasi berikut ini: 1) memerintah, mengkomando, mengatur; 2) memperingatkan, mengancam; 3) mengkhotbahi, memberi keharusan; 4) menasihati, menawarkan
(46)
29
pemecahan dan saran berlebihan; 5) menggurui, menceramahi; 6) menghakimi, mengkritik, menyalahkan; 7) membentak, memberikan stereotip atau label; 8) mendiagnosis, menafsirkan atau menganalisis secara keliru; 9) menginterogasi, mendesak; 10) menarik diri, sinis, mengganggu.
Guru harus menggunakan pendekatan-pendekatan komunikasi yang lebih manusiawi dalam berinteraksi denag para siswa karena siswa adalah partnernya. Dalam kaitan dengan itu maka guru harus mengembangkan sikap yang positif terhadap siswa, memperlakukan mereka sebagai subjek yang sedang berkembang dengan segala keunikannya, dan membantu mereka dalam merealisasikan segenap potensi yang dimilikinya melalui interaksi pedagogis yang bermakna.
8. Menilai Proses dan Hasil Pembelajaran
Salah satu tugas utama guru dalam pembelajaran adalah menilai proses dan hasil pembelajaran. Guru harus bisa mengembangkan alat penilaian yang tepat dan sahih untuk dapat mengukur kemajuan belajar dan hasil belajar siswa secara komprehensif. Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran tidak hanya mencakup apek atau ranah tertentu, tetapi harus dapat mengungkap kemampuan utuh dalam ketiga ranah secara komprehensif (ranah kognitif, afektif dan psikomotorik).
Penilaian proses harus dilakukan secara berkesinambungan, sehingga diharapkan dapat membantu guru untuk melakukan perbaikan-perbaikan
(47)
30
pembelajaran yang lebih optimal. Di sisi lain penilaian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja belajarnya. Penilaian harus dilakukan secara adil, transparan, komprehensif, imparsial, dan akuntabel dengan menggunakan alat atau teknik penilaian yang valid dan reliabel.
Untuk melakukan penilaian yang baik, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1) Penilaian hendaknya dilakukan secara objektif yakni menilai apa yang seharusnya dinilai serta terfokus pada kompetensi atau tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 2) Penilaian hendaknya dilakukan secara menyeluruh dan komprehensif, yakni mencakup semua aspek kemampuan atau kompetensi siswa (kognitif, afektif, dan perilaku). 3) Penilaian hendaknya menggunakan alat-alat ukur yang tepat dengan pertimbangkan validitas dan realibitasnya. 4) Penilaian hendaknya bersifat mendidik artinya menjadi alat motivasi bagi siswa untuk belajar. Siswa harus tertantang untuk melakukan refleksi dan memperbaiki kinerja belajarnya melalui hasil penilaian yang diperoleh. 5) Penilaian hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dan memperhatikan perkembangan siswa dari waktu ke waktu.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
(48)
31
Hasil-hasil penilaian kemudian dapat dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan, mendiagnosis kelemahan-kelemahan atau kesulitan yang dialami siswa, untuk menjadi bahan refleksi bagi guru.
10. Melakukkan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran Guru sebagai seorang profesional harus memiliki kemampuan untuk merefleksikan praktiknya dan melakukan perbaikan-perbaikan secara berkelanjutan. Salah satu medium untuk melakukan refleksi adalah dengan mencatat secara teratur pengalaman-pengalaman pembelajarannya seusai pembelajaran. Catatan-catatan ini berisi kasus atau pengalaman yang unik yang dialami guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan pengalaman yang selalu dicatat dan direfleksikan secara terus menerus, hal tersebut dapat melatih guru untuk mengembangkan kemampuan menulisnya, dan jika refleksi dibuat secara sistematik dapat menjadi gembaran bagi guru untuk selanjutnya melakukan penelitian-penelitian.
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan wibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Dijelaskan dalam Permendiknas No.16 Tahun 2007, kemampuan dalam standar kompetensi kepribadian guru mencakup lima kompetensi inti, yaitu:
(49)
32
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. c. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Pendidikan Nasional. Kompetensi profesional sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan terkait penguasaan terhadap struktur keilmuan dari mata pelajaran yang diasuh secara luas dan mendalam, sehingga dapat membantu guru membimbing siswa untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan secara optimal. Secara lebih spesifik menurut Permendiknas No.16/2007, standar kompetensi ini dijabarkan ke dalam lima kompetensi inti yakni:
(50)
33
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. Menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara efektif 4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidikan sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini nampak dalam kemampuannya untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain secara efektif. Menurut Permendiknas No.16/2007, kemampuan dalam standar kompetensi ini mencakup empat kompetensi utama yakni:
1. Bersikap inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
(51)
34
3. Beradaptasi dengan baik di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Dari keempat bidang kompetensi yang harus dimiliki oleh guru di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kompetensi mutlak yang harus dimiliki oleh guru. Guru yang memiliki kompetensi pedagogik akan menghindarkan pembelajaran bersifat monoton, tidak disukai siswa dan membuat siswa kehilangan minat serta konsentrasi belajarnya. Hal ini karena kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Apabila ada guru yang tidak memahami karakter peserta didik, tidak dapat menjelaskan materi pelajaran dengan baik, tidak mampu memberi evaluasi terhadap apa yang sudah diajarkan, dan tidak dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik maka guru yang bersangkutan belum memiliki kompetensi pedagogik secara memadai.
(52)
35
Standar Kompetensi Guru Tabel 1. Standar Kompetensi Guru
Kompetensi Kompetensi Inti Guru
a. Kompetensi Pedagogik
1. Pemahaman Wawasan dan Landasan Kependidikan 2. Pemahaman Tentang Peserta
Didik
3. Pengembangan Kurikulum/Silabus 4. Perancangan Pembelajaran
5. Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis
6. Evaluasi Hasil Belajar
7. Pengembangan Potensi Peserta Didik
b. Kompetensi Kepribadian
1. Bertidak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat 3. Menampilkan diri sebagai pribadi
yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa
4. Menunjukkan etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri
5. Menjunjung kode etik profesi guru
(53)
36
Kompetensi Kompetensi Inti Guru
c. Kompetensi Profesional
1. Menguasai materi, struktur, dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran
2. Menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
3. Mengembangkan materi pembelajaran secara efektif 4. Mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif 5. Memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk mengembangkan diri
d. Kompetensi Sosial
1. Bersikap inklusif dan bertindak objektif serta tidak bertindak diskriminatif karena jenis kelamin, agama, ras, dan status social ekonomi
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan semua pendidik, orang tua, dan masyarakat 3. Beradaptasi dengan baik di tempat
bertugas di seluruh wilayah
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain
(54)
37 B.Taman Kanak-kanak
1. Pengertian Taman Kanak-kanak
Pendidikan yang diberikan kepada anak sejak usia dini dapat membantu anak untuk menyiapkan diri memasuki jenjang pendidikan dasar, lembaga pendidikan anak usia dini pada jalur formal dapat berbentuk Taman Kanak-kanak atau yang sederajat. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru pada pasal 1 ayat 11 mendefinisikan Taman Kanak-kanak (TK) “ adalah salah satu bentuk satuan Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun”. Anak yang sudah berusia tujuh tahun sudah dapat mengikuti pendidikan dasar di sekolah dasar (SD), maka dari itu sebelum masuk SD alangkah baik jika anak di masukkan ke TK untuk memperoleh pengetahuan umum sebagai bekal masuk ke pendidikan dasar.
Menurut Dwi Yulianti (2010:2) “Taman Kanak-kanak bukan merupakan sekolah, tetapi tempat yang menyenangkan bagi anak usia Taman Kanak-kanak.” Di TK anak-anak diajarkan berbagai macam pengetahuan dasar, seperti mengenal nama-nama hewan dan tumbuhan, mengenal anggota badan, dan diajarkan berbagai macam lagu yang sifatnya edukatif. Jadi, peserta didik dapat bermain sembari belajar dengan dibimbing oleh guru.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Taman Kanak-kanak merupakan tempat menyenangkan yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia 4 (empat)
(55)
38
sampai 6 (enam) tahun yang bertujuan menyiapkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan dasar. Konsep pembelajaran di Taman Kanak-kanak umumnya berbentuk belajar sambil bermain, sehingga peserta didik tidak merasa bosan ketika belajar di sekolah dan materi lebih cepat ditangkap oleh peserta didik.
2. Tujuan Taman Kanak-kanak
Taman Kanak-kanak merupakan salah satu lembaga pendidikan prasekolah yang mempunyai tujuan untuk membentuk sikap dan mental anak sejak dini. Tujuan penyelenggaraan pendidikan prasekolah disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No.137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini Pasal 4 “Standar PAUD bertujuan menjamin mutu pendidikan anak usia dini dalam rangka memberikan landasan untuk: (a) melakukan stimulan pendidikan dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan anak; (b) mengoptimalkan perkembangan anak secara holistic dan integratif; dan (c) mempersiapkan pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan anak.”
Depdiknas (2007:71) menyebutkan tujuan Taman Kanak-kanak yaitu membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.
(56)
39
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan taman kanak-kanak yaitu untuk membentuk anak-anak yang berkualitas, anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.
3. Guru Taman Kanak-kanak
Tenaga pendidik merupakan pengajar yang berada di sekolah untuk membantu peserta didik melaksanakan pembelajaran di kelas, atau lebih kerap disebut guru. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru, mendefinisikan guru adalah “pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahunn 2009 bahwa perencanaan program dilakukan oleh pendidik yang mencakup tujuan, isi, dan rencana pengelolaan program yang disusun dalam Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH). Pelaksanaan program berisi proses kegiatan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan yang dirancang berdasarkan pengelompokkan usia anak, dengan mempertimbangkan karakteristik perkembangan anak dan jenis layanan PAUD yang diberikan.
(57)
40
Yuliani Nurani (2011:10) mengidentifikasi guru sebagai: (1) orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru atau diteladani; (2) orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing anak. Guru merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran, sebab guru berperan sebagai mentor atau fasilitator yang membantu anak berpikir untuk membentuk pengetahuan dengan berbagai metode yang bervariasi.
Seorang guru mempunyai peranan penting dalam mendidik siswanya, seperti yang disebutkan oleh Jasa Ungguh (2009: 79), peran guru yaitu:
a. Membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk belajar mengenal diri dan lingkungannya dengan cara yang menyenangkan (mainan, seni, dan keindahan)
b. Membimbing dan membantu siswa meningkatkan kemampuan komunikasi verbal (dalam bentuk perbuatan dan tingkah laku) dan nonverbal (mengarah pada penggunaan bahasa lisan yang baik dan benar) kepada teman teman, guru, keluarga, maupun orang tua
c. Memperkenalkan nama-nama benda disekelilingya kepada peserta didik
d. Memberikan dasar-dasar pengetahuan tentang agama dan akhlak mulia e. Membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan fisik, intelektual, psikologis dan sosialnya.
Jadi peran dan tugas guru di TK tidak hanya mengajar atau memberikan materi saja, melainkan juga ikut mengarahkan dan mengenalkan berbagai kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Di TK anak belajar banyak tentang pengetahuan, kebiasaan, dan perilaku, sehingga seseorang guru harus bisa mengawasi kegiatan peserta didik saat berada di sekolah sebagai pengganti orang tua. Seorang guru Taman
(58)
Kanak-41
kanak pada umumnya mengampu 10-12 peserta didik, hal tersebut dimaksudkan agar setiap peserta didik lebih terkontrol kemampuan belajarnya dan terawasi kegiatannya selama di sekolah.
C.Penelitian Relevan
1. Penelitian dari Yuda Pratama berjudul “Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar di Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kompetensi pedagogik guru pendidikan jasmani. Metode Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru pendidikan jasmani olahraga di Sekolah Dasar Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap sebagian besar mempunyai kompetensi pedagogik yang baik sesuai dengan indikator-indikator yang ada dalam kompetensi pedagogik. Dilihat dari evaluasi hasil belajar, guru sudah memberikan penilaian terhadap hasil belajar siswa dan untuk pengembangan peserta didik, guru sudah melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler guna mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti ingin melihat bagaimana kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru. Perbedaan dalam penelitian ini adalah hanya berfokus terhadap kompetensi pedagogik dan tidak melihat kendala yang dihadapi oleh guru dalam pengembangan kompetensi pedagogik.
(59)
42
2. Penelitian dari Firman dengan judul “Kompetensi Pedagogik Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMA Negeri di Kabupaten Purworejo”. Pada penelitian ini, peneliti berusaha untuk mendeskripsikan kompetensi pedagogik yang dimiliki guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMA Negeri di Kabupaten Purworejo. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan: 1) Guru telah memahami karakteristik peserta didik dengan baik, 2) Guru telah mengembangkan kurikulum mata pelajaran pendidikan Kewarganegaraan, 3) Guru telah menyusun rancangan pembelajaran dengan baik dan lengkap serta melaksanakan pembelajaran yang mendidik, 4) Guru belum memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara maksimal, 5) Guru telah berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, 6) Guru belum melaksanakan evaluasi secara maksimal, terutama evaluasi pada aspek afektif, 7) Guru telah memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, akan tetapi guru belum melaksanakan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara maksimal. Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu kurangnya waktu pembelajaran untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah, serta kurangnya penguasaan teknologi informasi dan komunikasi oleh guru
(60)
43
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti ingin melihat bagaimana kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru dan kendala yang dialami guru.
D.Kerangka Pikir Penelitian
Kompetensi guru merupakan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang guru. Kompetensi dasar seorang guru salah satunya adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, sehingga kompetensi ini berkaitan langsung terhadap pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari pemahaman guru terhadap peserta didik, kemampuan merencanakan program pembelajaran, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian atau evaluasi, serta pengembangan potensi peserta didik.
Menjadi kebutuhan dunia pendidikan adalah guru yang memiliki kompetensi sesuai dengan ketetapan pemerintah. Berdasarkan UU No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik dan standar kompetensi. Standar kompetensi yang harus dimiliki guru selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan bab VI pasal 28 yang terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Penjabaran lebih lanjut
(61)
44
tentang indikator standar kompetensi guru diatur melalui Permendiknas No.16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru.
Untuk mengetahui kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran maka perlu diadakannya suatu penelitian. Penelitian ini diharapkan mampu mengetahui kemampuan atau kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru Taman Kanak-kanak Negeri 2 Yogyakarta dan Taman Kanak-kanak Laboratorium Pedagogia.
Gambar 1. Kerangka Berfikir UU No.14 Tahun
2005
Badan Standar Nasional Pendidikan
Kualifikasi Akademik
S-1/ D-IV
Kompetensi Guru
Pedagogik Kepribadian Sosial Profesional
Kendala Pengembangan Kompetensi Pedagogik
(62)
45 E.Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana cara mengenal karakteristik siswa?
2. Bagaimana pemahaman wawasan dan landasan kependidikan guru? 3. Bagaimana guru melaksanakan kurikulum yang ada?
4. Bagaimana guru merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran? 5. Bagaimana cara guru mengembangkan potensi peserta didik?
6. Dengan cara apa guru melakukan penilaian dan evaluasi pada saat pembelajaran dan sesudah pembelajaran?
(63)
46 BAB III
METODE PENELITIAN
A.Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Bodgan dan Taylor (Moleong, 2005: 4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh)
B.Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah kota Yogyakarta. Tepatnya di Taman Kanak-kanak Negeri 2 Yogyakarta dan Taman Kanak-kanak Laboratori Pedagogia. Setting penelitian ini dipilih berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tentang sekolah TK terbaik yang ada di kota Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2016. C.Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan benda, hal atau orang tempat data atau variable penelitian melekat dan dipermasalahkan. Subjek penelitian memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan penelitian karena pada subjek peneiltian diperoleh data tentang variabel yang akan diteliti dan diamati oleh peneliti. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 2 Kepala Sekolah dan 4 Guru.
(64)
47 D.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan yaitu dengan cara wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan pada hampir semua penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2005: 186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. wawancara dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan subjek penelitian sehingga diperoleh data-data yang diperlukan. Dalam penelitian ini wawancara digunakan untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru dan kendala yang dialami dalam pengembangan kompetensi pedagogik guru di Taman Kanak-kanak Negeri 2 Yogyakarta dan Taman Kanak-kanak Laboratori Pedagogia.
b. Observasi
Obervasi merupakan metode pengumpulan data yang paling tua yang digunakan sepanjang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan lingkungan (site) yang diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta
(65)
48
makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang terlibat tersebut (Haris Herdiansyah, 2010). Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan langsung tentang keadaan TK, pembelajaran yang berlangsung guna mengetahui kompetensi pedagogik guru, dan faktor penghambat pengembangan kompetensi pedagogik guru di TK tersebut.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. (Arikunto, 2002: 135)
Dokumen yang dicari berupa dokumen-dokumen sekolah yang dijadikan obyek penelitian, selain itu metode ini dipergunakan untuk mengetahui dan mengungkap data latar belakang obyek seperti data guru, siswa, fasilitas, dan lain-lain.
E.Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dijelaskan oleh Sugiyono (2014: 222) bahwa peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas hasil temuannya.
(66)
49
Bentuk instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Berikut ini kisi-kisi dari penyusunan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi:
1. Pedoman Wawancara
Tabel 2. Pedoman Wawancara No Aspek Yang
Ditanyakan Indikator Sumber
1.
Kompetensi Pedagogik Guru
TK
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
1. Guru 2.Kepala
Sekolah 2. Pemahaman tentang peserta didik
3. Pengembangan kurikulum 4. Perancangan pembelajaran
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
6. Evaluasi hasil belajar
7. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya 2. Faktor penghambat/ kendala dalam penguasaan kompetensi pedagogik
1. Faktor Internal
1. Kepala Sekolah 2. Guru 2. Faktor Eksternal
(67)
50 2. Pedoman Observasi
Tabel 3. Pedoman Observasi No Aspek yang
diamati Indikator
Sumber
1. Kondisi Lingkungan
Letak dan alamat
Pengamatan Peneliti Sarana dan Prasarana
2.
Kegiatan Pembelajaran
Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
Pemahaman karakter peserta didik Perancangan pebelajaran
Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis/komunikasi dengan peserta didik
Pengembangan potensi peserta didik
(68)
51 3. Pedoman Dokumentasi
Tabel 4. Pedoman Dokumentasi
No. Aspek yang Dicari Indikator yang dicari Sumber
1 Taman Kanak-Kanak
1. Profil sekolah
Data sekolah 2. Visi misi
3. Data siswa
4. Data pendidik dan tenaga kependidikan 5. Sarana prasarana
sekolah
2 Materi 1. Silabus Guru
2. RPP
F. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono, (2009: 243) dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (trianggulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan model analisis interaktif yang terdiri dari empat komponen yang merupakan siklus yang berlangsung secara terus menerus. Berikut penjelasan mengenai keempat komponen tersebut:
1. Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.
(69)
52 2. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting dari hasil observasi, wawacara, dan dokumentasi. Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap permasalahan penelitian yaitu mengenai Kompetensi Pedagogik Guru TK.
3. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Hubermen (1984) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
4. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan diambil dari data yang telah terkumpul dengan berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan. Proses penarikan kesimpulan dilakukan dengan memaknai data yang telah terkumpul, kemudian dinyatakan dalam kalimat yang mudah dimengerti.
G.Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Terdapat tiga jenis trianggulasi yaitu, trianggulasi
(70)
53
sumber, trianggulasi teknik pengumpulan data, dan trianggulasi waktu (Sugiyono, 2009: 273-274).
1. Triangulasi Sumber
Triangggulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. 2. Triangulasi Teknik
Trianggulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner.
3. Triangulasi Waktu
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.
Keabsahan data dalam penelitian yang dilakukan akan menggunakan penggabungan antara trianggulasi sumber dan trianggulasi teknik. Data yang diperoleh dari berbagai sumber melalui wawancara kemudian dicek kesesuaiannya dengan data yang diperoleh melalui observasi dan dokumentasi.
(71)
54 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. TK Negeri 2 Yogyakarta
1) Sejarah TK Negeri 2 Yogyakarta
TK Negeri 2 Yogyakarta dikenal dengan nama TK Kapas karena letakya di jalan Kapas. Semula TK ini adalah TK swasta yang didirikan oleh warga Baciro pada tahun 1951. TK ini dipergunakan untuk tempat praktek siswa-siswa sekolah guru taman kanak-kanak (SGTK). Selanjutya sekolah guru taman kanak-kanak (lebur) maka TK ini dipergunakan untuk praktek siswa-siswi sekolah Pendidikan Guru Negeri 2 Yogyakarta (SPG Negeri 2 Yogyakarta).
Karena prestasinya maka pada tahun 1972 ditetapkan sebagai TK teladan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Baru pada tahun 1985 TK ini mendapat surat keputusan penegrian dari mendikbud RI dengan nama TK Negeri 2 Yogyakarta karena dulu untuk praktek siswa-siswi SPG Negeri 2 Yogyakarta, sehingga di Kota Yogyakarta tidak ada TK Negeri 1
2) Lokasi dan Keadaan TK Negeri 2 Yogyakarta
TK Negeri 2 Yogyakarta terletak di Jl. Kapas No 2, Desa/Kelurahan Semaki, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Luas lahan TK
(72)
55
Negeri 2 Yogyakarta adalah 1040 m² dengan luas bangunan sekolah adalah 720 m². Kondisi lingkungan sekolah cukup ramai karena terletak berdekatan dengan Kampus UNY Mandala dan Kampus UAD tepatnya TK ini berada di belakang Kampus UNY Mandala dan berhadapan dengan Kampus 1 UAD. Kondisi fisik sekolah dapat dikatakan baik dan bersih. Hal ini dapat dilihat dari segi bangunan depan yang sudah tampak modern dan fasilitas yang ada di halaman tertata rapi. Bangunan TK Negeri 2 Yogyakarta memiliki 2 lantai. Berbagai fasilitas juga sudah memadai dan terawat dengan baik. Kelas yang digunakan dalam proses belajar mengajar berjumlah 9 kelas terdiri dari kelas A1, A2, A3, A4, B1, B2, B3, B4, B5.
3) Profil Sekolah TK Negeri 2 Yogyakarta
Nomer Statistik Sekolah : 001046014002 Nomer Pokok Sekolah Nasional : 20409306
Nama Sekolah : TK Negeri 2 Yogyakarta
Jalan : Jl. Kapas No.2
Kelurahan : Semaki
Kecamatan : Umbulharjo
Kota : Yogyakarta
Provinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta
Kode Pos : 55166
(73)
56
Email : [email protected] Rombongan Belajar : 9 Kelas
Jumlah Siswa : 157 anak Ijin Pendirian : 0595/0/1985 Tahun Beroperasi : 1951
Luas Tanah : 1040 m²
Luas Bangunan : 720 m² 4) Visi dan Misi TK Negeri 2 Yogyakarta
Visi Sekolah :
“Terwujudnya Generasi Kreatif, Mandiri, Berkarakter, Cinta Lingkungan dan Berbudaya”
Misi Sekolah :
1. Mewujudkan peserta didik yang bermartabat dan kreatif 2. Memberi kebebasan peserta didik dalam berkreasi 3. Mewujudkan sikap mandiri dan tanggung jawab 4. Mewujudkan generasi yang berkarakter dan berbudaya 5) Tujuan Pendidikan TK Negeri 2 Yogyakarta
1. Membangun landasan bagi perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
191 Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
Model Pembelajaran sentra. Peserta didik duduk membentuk lingkaran
Kegiatan ekstrakurikuler membaca iqro dengan guru dari luar sekolah
Sudut pembangunan yang ada di TK Negeri 2 Yogyakarta
Sentra musik yang ada di TK Negeri 2 Yogyakarta
(6)
192 Peneliti sedang melakukan wawancara
dengan Ibu Mujilah selaku guru TK Negeri 2 Yogyakarta
Guru melakukan pembelajaran dengan janur sebagai media pembelajaran
Kedekatan yang terjalin antara peserta didik dengan guru di TK Laboratori Pedagogia
Guru TK Laboratori Pedagogia mendampingi dan mengamati pekerjaan