Model George C. Edward III 1980

15 Dari gambar tersebut, variabel-variabel kebijaksanaan bersangkutan dengan tujuan-tujuan yang telah digariskan dan sumber-sumber yang tersedia. Pusat perhatian pada badan-badan pelaksana meliputi baik organisasi formal maupun informal. Sedangkan komunikasi antar organisasi terkait berserta kegiatan-kegiatan pelaksanaannya mencakup antar hubungan dalam lingkungan sistem politik dengan kelompok-kelompok sasaran. Van Meter dan Van Horn dalam Samodra, 1994:19 menegaskan bahwa pada dasarnya kinerja dari implementasi kebijakan adalah penilaian atas tingkat ketercapaian standar dan sasaran kebijakan tersebut.

4. Model George C. Edward III 1980

Dalam buku Subarsono 2005:90, model implementasi Edward III memiliki empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi suatu kebijakan, yaitu faktor komunikasi, sumber daya, struktur birokasi, dan disposisi. Ukuran dan Tujuan Kebijakan Sumber-sumber Kebijakan Komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksanaan Ciri badan pelaksana Sikap para pelaksana P R E S T A S I K E R J A Lingkungan: Ekonomi, Sosial, Politik Universitas Sumatera Utara 16 1. Komunikasi Persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus diteruskan kepada personil yang tepat sebelum keputusan dan perintah-perintah tersebut dapat diikuti. Tentu saja, komunikasi harus akurat dan harus dimengerti dengan cermat. Secara umum Edward membahas tiga indikator penting dalam proses komunikasi kebijakan, yakni: a Transmisi, yaitu penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi masalah dalam penyaluran komunikasi, yaitu adanya salah pengertian yang disebabkan banyaknya tingkatan birokrasi yang harus dilalui dalam proses komunikasi, sehingga apa yang diharapkan terdistorsi di tengah jalan; b Kejelasan, yakni komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigumendua; c Konsistensi, yakni perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan. 2. Sumber Daya Sumber daya adalah faktor yang paling penting dalam implementasi kebijakan agar efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumber daya finansial. Tanpa adanya sumber daya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja. Universitas Sumatera Utara 17 Indikator-indikator yang digunakan untuk melihat sejauh mana sumberdaya mempengaruhi implementasi kebijakan adalah: a Staf. Sumber daya utama implementasi kebijakan adalah staf atau pegawai. Kegagalan sering terjadi dalam implementasi kebijakan, salah satunya disebabkan oleh stafpegawai yang tidak cukup memadai, mencukupi, ataupun tidak kompeten dalam bidangnya. b Informasi. Dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk, yakni pertama, informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan. Kedua, informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. c Fasilitas. Fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin mempunyai staf yang mencukupi, kapabel, dan kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung sarana dan prasarana maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil. 3. Disposisi Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, makan dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik pula seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sifat atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. Universitas Sumatera Utara 18 Faktor-faktor yang menjadi perhatian Edward III mengenai disposisi dalam implementasi kebijakan terdiri atas: a Pengangkatan birokrasi. Sikap pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personel yang ada tidak melaksanakan kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat yang lebih atas. Karena itu, pengangkatan dan pemilihan personel pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi pada kepentingan warga masyarakat; b Insentif merupakan salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah sikap para pelaksana kebijakan dengan memanipulasi insentif. Pada dasarnya orang bergerak berdasarkan kepentingan dirinya sendiri, maka memanipulasi insentif oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan menjadi faktor pendorong yang membuat pada pelaksana menjalankan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi atau organisasi. 4. Struktur Birokrasi Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya rincian tugas dan prosedur pelayanan yang telah disusun oleh organisasi. Rincian tugas dan prosedur pelayanan menjadi pedoman bagi implementor dalam bertindak. Selain itu struktur orgnisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Pada akhirnya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel. Universitas Sumatera Utara 19 Gambar. 2.2 Model Implementasi Kebijakan Publik George C. Edward III

2.3 Badan Usaha Milik Negara BUMN

Dalam buku Ibrahim 1997:117, BUMN diartikan sebagai badan usaha yang dimiliki seluruhnya oleh negara dan yang tidak seluruhnya dimiliki negara tetapi status disamakan dengan BUMN dengan penggolongan sebagai berikut: a Usahanya bersifat tugas-tugas perintisan dan pembangunan prasarana tertentu; b Menghasilkan barang yang karena pertimbangan keamanan dan kerahasiaan harus dikuasai negara; c Didirikan atas pertimbangan untuk melaksanakan kebijaksanaan Pemerintah tertentu dan atau strategis; d Didirikan dengan tujuan untuk melindungi keselamatan dan Communication Bureaucratic Structure Resource Disposition Implementation Universitas Sumatera Utara 20 kesejahteraan masyarakat; e Didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku harus dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah; f Usaha bersifat komersial dan fungsinya dapat dilakukan oleh swasta. Dalam penelitian ditemukan BUMN melaksanakan multi fungsi, sebagai berikut: 1. Agen pembangunan, artinya bertugas untuk meningkatkan pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Orientasinya menyediakan barang dan jasa dengan harga yang terjangkau, karena barang dan jasa yang bersangkutan mempunyai sifat meningkatkan perekonomian secara keseluruhan. Misalnya pembangunan jalan, jembatan, irigasi, dan membuka daerah baru, sehingga peranannya, sebagai: a. Memberikan sumbangan untuk mengembangkan perekonomian negara disamping menambah pendapatan negara; b. Menjadi pioner dalam hal kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi; c. Melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan. 2. Pemerataan kemakmuran dan kesejahteraan, seperti bidang transportasi umum dan air bersih, listrik, telekomunikasi, minyak, dan gas. Komoditi tersebut menguasai hajat hidup orang banyak. Jika ingin meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara merata, barang dan jasa harus disediakan dengan harga yang cukup rendah atau gratis sama sekali, sehingga berperan sebagai: a. Memberikan kemanfaatan umum, baik berupa barang dan jasa kepada masyarakat banyak; Universitas Sumatera Utara 21 b. Melengkapi kegiatan swasta dan koperasi dalam hal penyediaan barang dan jasa, yang dibutuhkan oleh masyarakat. 3. Instrumen penjaga harga, BUMN dipertahankan dalam tingkat persaingan yang ketat dengan swasta, karena ingin dipakai sebagai instrumen penjaga harga. Jika pasar mengendur dan berkembang menuju bentuk monopolistik, maka BUMN bisa dipakai untuk menjual barang dengan harga murah, agar pesaing-pesaing dihambat dalam hal kenaikan harga. 4. Menghasilkan labakeuntungan sebagai sumber pendapatan pemerintah dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat banyak. 5. Benteng pertahanan persaingan ekonomi global. Semua potensi negara dapat digunakan pemerintah untuk mengimbangi impor dalam negeri. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN Pasal 1 ayat 1 merumuskan pengertian Badan Usaha Milik Negara sebagai badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Kekayaan negara yang dipisahkan tersebut, merupakan kekayaan negara yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN untuk dijadikan penyertaan modal kepada BUMN yang tidak lagi dikelola berdasarkan sistem APBN, melainkan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. Memperhatikan sifat dasar usaha BUMN, yakni memupuk keuntungan dan melaksanakan kemanfaatan umum, maka dalam Undang-Undang tersebut pelaksanaan fungsi BUMN berkaitan dengan bentuk dan karakteristik sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 22 1. Perusahaan Umum Perum Ciri-ciri pokok Perum berdasarkan Inpres No. 17 Tahun 1967 adalah: a. Makna usahanya adalah melayani kepentingan umum produksi, distribusi, dan konsumsi. Usaha dijalankan dengan prinsip efisiensi, efektivitas dan dalam bentuk pelayanan service; b. Bergerak di bidang jasa-jasa vital public utilities; c. Mempunyai nama dan kekayaan sendiri, bebas bergerak seperti perusahaan swasta, tetapi tidak diperkenankan mempunyai anak perusahaan atau menyertakan kekayaannya dalam permodalan perusahaan lain; d. Modal seluruhnya dimiliki negara dari kekayaan negara yang dipisahkan, dapat mempunyai dan memperoleh dana dari kredit dalam dan luar negeri atau dari obligasi; 2. Perusahaan Perseroan Persero Ciri-ciri Persero berdasarkan Inpres Nomor 17 Tahun 1967 adalah: a. Makna usahanya untuk memupuk keuntungan, pelayanan dan pembinaan organisasi yang baik, efektif, dan dalam rangka pelayanan umum yang baik, memuaskan dan memperoleh laba; b. Tidak memiliki fasilitas negara; c. Peranan pemerintah adalah sebagai pemegang saham. Intensitas terhadap perusahaan tergantung besarnya jumlah saham modal sesuai dengan perjanjian antara pemerintah dengan pemilik lainnya; d. Modal seluruhnya atau sebagian minimal 51 merupakan milik negara dari negara dari kekayaan negara yang dipisahkan. Universitas Sumatera Utara 23 Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa Persero bertujuan untuk memupuk keuntungan dan sepenuhnya tunduk pada ketentuan Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sedangkan Perusahaan umum Perum dibentuk oleh pemerintah untuk melaksanakan usaha sebagai implementasi kewajiban pemerintah guna menyediakan barang dan jasa tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Selanjutnya terhadap Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Jawatan dalam waktu 2 dua tahun terhitung sejak undang-undang Badan Usaha Milik Negara berlaku, harus telah diubah bentuknya menjadi Perum atau Persero sebagaimana diatur dalam Pasal 93 Bab X tentang Ketentuan Peralihan Undang-Undang tersebut.

2.4 Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Good Corporate Governance Sampai saat ini para ahli tetap menghadapi kesulitan dalam mendefinisikan Good Corporate Governance GCG yang dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan. Menurut Tumbul dalam Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 10, No. 2, hlm. 130, GCG dapat didekati dengan berbagai disiplin ilmu antara lain ilmu makroekonomi, teori organisasi, teori informasi, akuntansi, keuangan, manajemen, psikologi, sosiologi dan politik. Menurut Susana Iriyani masih dalam Jurnal tersebut, secara umum tata kelola perusahaan corporate governance adalah rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan. Tata kelola perusahaan juga mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan stakeholder yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam tata kelola perusahaan adalah pemegang saham, manajemen, dan dewan direksi. Pemangku kepentingan Universitas Sumatera Utara 24 lainnya termasuk karyawan, pemasok, pelanggan, bank dan kreditur lain, regulator, lingkungan, serta masyarakat. Defenisi GCG menurut Bank Dunia adalah aturan, standar dan organisasi di bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, direktur dan manajer serta perincian dan penjabaran tugas dan wewenang serta pertanggungjawaban kepada pemegang saham. Tujuan utama GCG adalah untuk menciptakan sistem pengendalian keseimbangan check and balances untuk mencegah penyalahgunaan dari sumber daya perusahaan dan tetap mendorong terjadinya pertumbuhan perusahaan. Syakhroza 2003 mendefenisikan GCG sebagai suatu mekanisme tata kelola organisasi secara baik dalam melakukan pengelolaan sumberdaya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis ataupun produktif dengan prinsip-prinsip terbuka, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independen, dan adil dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Tata kelola organisasi secara baik apakah dilihat dalam konteks mekanisme internal organisasi ataupun mekanisme eksternal organisasi. Mekanisme internal lebih fokus kepada bagaimana pimpinan suatu organisasi mengatur jalannya organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip diatas sedangkan mekanisme eksternal lebih menekankan kepada bagaimana interaksi organisasi dengan pihak eksternal berjalan secara harmoni tanpa mengabaikan pencapaian tujuan organisasi. Menurut Sulistyanto dalam YPPMI SC:2002 GCG secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah value added untuk semua pemangku kepentingan. Ada dua hal yang Sulistyanto tekankan dalam konsep ini diantaranya: a pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar akurat dan tepat pada waktunya; b Universitas Sumatera Utara 25 Kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan disclosure secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan pemangku kepentingan dari perusahaan. Mengacu pada beberapa pendapat mengenai defenisi GCG diatas, dapat disimpulkan bahwa good corporate governance merupakan sistem yang mengendalikan dan mengkoordinasikan berbagai partisipan dalam menjalankan bisnis perusahaan sehingga jalannya bisnis perusahaan tersebut dapat memfasilitasi perusahaan untuk: a Menunjukkan akuntabilitas dan tanggung jawab; b Menjamin adanya keseimbangan di antara berbagai kepentingan dari pemangku Kepentingan memberikan perlakuan yang adil bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk menghargai hak dari pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar akurat dan tepat pada waktunya; c Melakukan pengungkapan dan transparan dalam setiap informasi seperti informasi tentang kinerja perusahaan, kepemilikan, maupun pemangku kepentingan, termasuk juga transparan dalam membuat suatu keputusan.

2.4.1 Prinsip-Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik Good Corporate