15 kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan sedangkan
berdasarkan kuantitas adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu. Ketepatan waktu adalah kesesuaian antara waktu yang dapat
dicapai untuk menyelesaikan kerja dengan waktu yang telah direncanakan.
2.1.2. Komitmen Organisasi
Komitmen setiap anggota dalam suatu organisasi merupakan hal yang penting agar organisasi tersebut tetap going concern apapun bentuk organisasinya
termasuk kantor akuntan publik. Komitmen mengindikasikan keinginan anggota untuk tetap loyal dan mengabdikan dirinya pada organisasi tempat ia bekerja.
Robbins 2001 menyatakan bahwa komitmen organisasi adalah keadaan dimana seorang individu memihak pada suatu organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan
keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut. Komitmen organisasi didefinisikan sebagai keadaan psikologis yang
mengikat seorang karyawan pada organisasinya sehingga mengurangi tingkat turnover Allen dan Meyer, 1990 dan sebagai pola pikir yang berbeda bentuknya
yang mengikat individu untuk melakukan suatu tindakan yang relevan dengan sasaran tertentu Meyer dan Herscovitch, 2001. Sementara Aranya et al. 1981
menyatakan komitmen profesional yang juga berlaku bagi komitmen organisasi sebagai :
1. Rasa percaya yang kuat dan penerimaan seseorang terhadap tujuan dan nilai- nilai organisasi,
2. Keinginan seseorang untuk melakukan usaha secara sungguh-sungguh demi organisasinya,
Universitas Sumatera Utara
16 3. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam suatu
organisasi. Dengan demikian, individu dengan komitmen yang tinggi pada pekerjaannya
akan berusaha melakukan yang terbaik untuk organisasinya yang akan berdampak pada keberhasilan atau kegagalan internal pekerjaannya Gifford, 2003. Ada dua
jenis komitmen, yaitu : 1. Attitudinal commitment
2. Behavioral commitment
Mowday et al. 1982 menguraikan perbedaan di antara keduanya. Attitudinal commitment merupakan pola pikir dimana individu memerhatikan keselarasan
tujuan dan nilai-nilai mereka dengan orang-orang dari organisasi yang mempekerjakan mereka. Sementara, behavioral commitment adalah proses
dimana perilaku individu di masa lalu dalam sebuah organisasi mengikat mereka kepada organisasinya. Baik attitudinal maupun behavioral commitment memiliki
beberapa aspek yang terkandung di dalamnya. Aspek attitudinal antara lain : 1. Diidentifikasikan dengan organisasinya
2. Partisipasi dan keterlibatan dalam peran organisasi 3. Kesetiaan kepada organisasinya
Demikian pula yang termasuk aspek behavioral adalah : 1. Usaha yang sangat besar
2. Kecenderungan untuk tetap berada dalam organisasinya.
Universitas Sumatera Utara
17 Sifat saling melengkapi antara attitudinal commitment dan behavioral
commitment tak terpisahkan dalam konseptualisasi model multidimensional komitmen organisasi Meyer dan Allen 1991.
Meyer dan Allen 1991 menyimpulkan bahwa komitmen mencerminkan keinginan, kebutuhan, dan kewajiban untuk mempertahankan keanggotaan dalam
sebuah organisasi. Hal ini mewujudkan tiga komponen model komitmen organisasi yang dikategorikan oleh Meyer dan Allen 1991 yaitu, komitmen
afektif affective commitment, komitmen kontinu continuance commitment, dan komitmen normative normative commitment.
1. Komitmen Afektif Affective Commitment Komitmen afektif didefinisikan sebagai keterikatan emosional,
identifikasi, dan keterlibatan yang dimiliki oleh seorang karyawan terhadap organisasinya Mowday et al., 1997; Meyer dan Allen, 1993. Porter et al.
1974 mencirikan komitmen afektif dalam tiga faktor, yaitu: 1 Kepercayaan dan penerimaan sasaran dan nilai organisasi
2 Keinginan untuk memusatkan usaha dalam pencapaian tujuan organisasi, dan
3 Keinginan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Individu memandang pekerjaannya sebagai bagian dari identitasnya dan
ingin berkontribusi untuk mencapai tujuan yang ditargetkan Smith dan Hall, 2008. Komitmen ini timbul ketika karyawan ingin menjadi bagian dari
organisasi karena adanya ikatan emosional atau psikologis terhadap
Universitas Sumatera Utara
18 organisasi di mana ia berada. Komitmen afektif ini juga timbul melalui
pengalaman profesional yang positif atau keahlian profesional yang berkembang Hall et al. 2005.
2. Komitmen Kontinu Continuance Commitment Komitmen ini merupakan komitmen yang dimiliki oleh individu yang
merasa bahwa mereka harus tetap berada dalam profesi di mana ia berada sekarang dengan pertimbangan akumulasi modal atau kurangnya alternatif
yang sebanding Smith dan Hall, 2008. Komitmen ini didasarkan pada teori Becker
yang menyatakan
bahwa orang-orang
berkomitmen pada
organisasinya karena modal terakumulasi dalam organisasi tersebut atau kurangnya alternatif yang sesuai Hall et al., 2005. Teori Becker juga
menjelaskan bahwa individu berinvestasi di organisasinya, dan komitmennya pada organisasi dan pekerjaannya berkaitan langsung dengan jumlah
investasinya. Komitmen kontinu ini merupakan penyebab mengapa orang tetap berada
di posisinya yaitu karena adanya biaya yang tinggi jika harus meninggalkan organisasi dan pekerjaannya. Kondisi pasar tenaga kerja yang tidak sesuai
dan adanya keahlian dan investasi yang tidak dapat dipindahtangankan seperti dana pensiun dan hubungan dengan rekan sekerja menyebabkan terjadinya
peningkatan komitmen kontinu continuance commitment. Singkatnya, komitmen ini ada ketika karyawan tetap bertahan pada
organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan-keuntungan lain atau karena tidak menemukan pekerjaan lain yang sesuai. Meyer dan Allen 1997
Universitas Sumatera Utara
19 menjelaskan bahwa karyawan yang bersama-sama memiliki komitmen
kontinu dengan atasannya membuat mereka sulit untuk meninggalkan organisasi tersebut.
3. Komitmen Normatif NormativeMandatory Commitment Komitmen ini menjelaskan keadaan auditor yang menyadari bahwa
mereka harus tetap berada dalam organisasi tersebut karena paksaan Smith dan Hall, 2008. Komitmen organisasi normatif ini timbul saat auditor benar-
benar ingin tetap menjadi bagian dari organisasi atau setelah menerima keuntungan mereka merasa harus membalansya take and give dan
merupakan hal yang timbal balik. Selain itu, juga timbul ketika auditor menerima keuntungan yang cukup besar dengan berada pada suatu posisi atau
dengan mengalami sejumlah tekanan dari keluarga atau rekan-rekan kerja yang menekan mereka saat berada di posisi tersebut Hall et al., 2005.
Sederhananya, komitmen ini timbul dari nilai-nilai diri auditor. Auditor bertahan menjadi anggota suatu kantor akuntan publik karena memiliki
kesadaran bahwa komitmen terhadap KAP tempat ia bekerja merupakan hal yang sudah seharusnya dilakukan karena ia berkewajiban untuk itu.
2.1.3. Stres Peran Role Stress