19 menjelaskan bahwa karyawan yang bersama-sama memiliki komitmen
kontinu dengan atasannya membuat mereka sulit untuk meninggalkan organisasi tersebut.
3. Komitmen Normatif NormativeMandatory Commitment Komitmen ini menjelaskan keadaan auditor yang menyadari bahwa
mereka harus tetap berada dalam organisasi tersebut karena paksaan Smith dan Hall, 2008. Komitmen organisasi normatif ini timbul saat auditor benar-
benar ingin tetap menjadi bagian dari organisasi atau setelah menerima keuntungan mereka merasa harus membalansya take and give dan
merupakan hal yang timbal balik. Selain itu, juga timbul ketika auditor menerima keuntungan yang cukup besar dengan berada pada suatu posisi atau
dengan mengalami sejumlah tekanan dari keluarga atau rekan-rekan kerja yang menekan mereka saat berada di posisi tersebut Hall et al., 2005.
Sederhananya, komitmen ini timbul dari nilai-nilai diri auditor. Auditor bertahan menjadi anggota suatu kantor akuntan publik karena memiliki
kesadaran bahwa komitmen terhadap KAP tempat ia bekerja merupakan hal yang sudah seharusnya dilakukan karena ia berkewajiban untuk itu.
2.1.3. Stres Peran Role Stress
Stres bersifat personal. Setiap orang memiliki tingkat toleransi yang berbeda-beda terhadap tekanan tertentu. Sehingga, untuk tekanan yang sama
tidak selalu menghasilkan stres. Stres merupakan respon psikologis yang dihadapi seseorang ketika berada dalam situasi di luar kendalinya. Stres
Universitas Sumatera Utara
20 penting untuk pertumbuhan, perubahan, perkembangan, dan kinerja auditor
baik di rumah maupun di tempat kerja Quick dan Quick, 1984:1 tetapi bagaimana auditor tersebut akan merespon stressor tergantung pada berbagai
faktor individual. Stres kerja sering timbul dalam situasi ketika seeorang tidak dapat memenuhi kebutuhan kerja yang bersangkutan French dan
Caplan, 1972. Artinya, orang akan mengalami stres ketika mereka tidak dapat mengendalikan pekerjaannya atau ketika tuntutan kerja melebihi
kemampuan yang mereka miliki. Stres tidak selalu dianggap sebagai hal yang buruk karena ada stres yang berdampak baik tetapi ada juga yang
berdampak buruk. Stres yang buruk distress merupakan hasil dari situasi seperti
kehilangan pekerjaan. Sementara, stres yang baik eustress dapat berupa situasi yang akhirnya akan mengondisikan kegembiraan misalnya stres yang
dialami ketika seseorang ingin mendapatkan promosi kerja mendorong seseorang untuk bekerja dengan lebih baik untuk mencapainya Larson,
2004. Namun, salah mengatur stres yang dimiliki organisasi berdampak pada stres dan ketegangan individual yang mengganggu baik individu itu
sendiri maupun organisasinya. Stres berpengaruh baik pada fisik maupun proses mental yang keduanya akan memengaruhi bagaimana seseorang
berperilaku di bawah tekanan yang berat dan memengaruhi tingkatan di mana ia bisa melanjutkan perannya, di rumah dan di tempat kerja, secara efektif dan
efisien Towner, 2002:26.
Universitas Sumatera Utara
21 Stres yang terjadi di lingkungan tempat kerja dan disebabkan oleh hal-hal
yang berhubungan dengan pekerjaan disebut stres kerja. Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diterima oleh seseorang sebagai akibat dari
fungsi peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi tersebut Eko Sasono, 2004:123. Fogarty et al. 2000:32 menegaskan bahwa tekanan
peran terbagi atas tiga, yaitu konflik peran, ketidakjelasan peran, dan kelebihan peran.
Stres peran bersifat berbahaya karena membuat auditor tidak memiliki kepastian akan tujuan-tujuan dan harapan-harapannya dalam organisasi.
Sopiah 2008 menerangkan stres karena peran atau tugas termasuk kondisi dimana auditor mengalami kesulitan dalam memahami apa yang menjadi
tugasnya dan merasa perannya terlalu berat atau memainkan peran yang banyak pada tempat mereka bekerja. Pemicu stres memiliki empat penyebab
utama, yaitu: a. Konflik Peran Role Conflict
Ketika di antara rekan sekerja bersaing menghadapi berbagai tuntutan maka terjadi konflik peran ini. Ada beberapa jenis konflik peran dalam
setting organisasional, antara lain : a Inter-role conflict, terjadi ketika seseorang memiliki dua peran yang
masing-masing berlawanan dalam suatu organisasi. b Intra-role conflict, terjadi saat seseorang menerima pesan
berlawanan dari orang yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
22 c Person-role conflict, terjadi saat kewajiban-kewajiban dalam
pekerjaan dan nilai-nilai organisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai pribadi.
b. Ketidakjelasan Peran Role Ambiguity Stressor ini terjadi dan dialami oleh para karyawan saat mereka merasa
bimbang tentang tugas-tugas mereka, harapan kinerja, tingkat kewenangan, dan kondisi kerja yang lain. Hal ini cenderung terjadi saat orang memasuki
situasi yang baru, seperti menjadi anggota suatu organisasi atau mengambil suatu tugas pekerjaan yang asing karena bimbang dengan harapan sosial dan
tugas-tugasnya. c. Beban Kerja workload
Beban kerja adalah pemicu stres yang berhubungan dengan peran atau tugas lain yang terjadi karena pegawai merasa beban kerjanya banyak. Hal
ini dapat terjadi karena para karyawan merasa beban kerjanya banyak. Hal ini dapat terjadi misalnya karena perusahaan mengurangi tenaga kerjanya dan
melakukan restrukturisasi pekerjaan, membebani pegawai yang ada dengan tugas yang banyak dan waktu serta sumber daya yang sedikit untuk
menyelesaikannya. d. Karakteristik Tugas Task Characteristics
Beberapa tugas yang potensial memicu stres adalah ketika membuat keputusan, memantau perlengkapan, atau saling bertukar informasi.
Pengendalian yang kurang, aktivitas dalam pekerjaan yang terlalu banyak, dan lingkungan kerja juga termasuk dalam kategori stressor ini.
Universitas Sumatera Utara
23 Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa stres peran
adalah stres yang disebabkan oleh tuntutan peran yang dilakoni oleh seseorang ketika kemampuannya kurang memadai untuk memenuhi tuntutan
fungsi peran tersebut. Ada beberapa jenis stres peran yang diketahui. Namun, penelitian ini hanya menggunakan konflik peran dan ketidakjelasan
peran sebagai variabel moderating.
2.1.4. Konflik Peran Role Conflict