Nilai-Nilai Moral yang sebaiknya diajarkan di Sekolah

19 Kohlerberg Cheppy Haricahyono, 1995: 274-277, menyatakan bahwa anak SD usia 7-10 tahun berada pada tahap perkembangan moral prakonvensional. Pada tahap ini anak belum memahami bahwa moral sebagai kesepakatan tradisi sosial. Orientasi moral anak masih bersifat individualistis, egosentris dan konkrit. Pada usia 10-12 tahun anak mulai memasuki tahap akhir masa kanak-kanak dan termasuk dalam tahap konvensional. Pada tahap konvensional anak memperlihatkan perbuatan yang dapat dinilai oleh orang lain. Anak mulai menyadari kewajiban untuk menaati norma – norma yang ada. Telah dijelaskan oleh Piaget dan Kohlberg terkait tahap perkembangan moral siswa SD. Anak SD yang memiliki rentang usia 7-12 tahun mulai menyadari keberadaan dirinya di dalam lingkungan masyarakat yang memiliki aturan-aturan sosial tertentu. Pada awalnya anak melakukan suatu hal berdasarkan pada orientasi hukuman dan perintah. Hingga berlanjut pada kesadaran akan kewajiban untuk mematuhi aturan-aturan sosial yang ada. Pada usia SD ini, anak sudah mulai memiliki pertimbangan moral yang berasal dari dalam dirinya sendiri.

2. Peran guru dalam penanaman moral di sekolah

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menumbuhkan kepedulian siswanya tentang nilai-nilai moral adalah dengan menunjukkan bahwa guru tersebut benar-benar peduli. Guru dapat menunjukkannya dengan sikap atas reaksi terhadap penyimpangan nilai- 20 nilai moral yang terjadi. Ketika para guru menanggapi dengan serius pelanggaran moral yang dilakukan oleh siswanya, hal ini pun akan membuat siswa menganggap pelanggaran tersebut secara serius. Berbicara secara langsung dan jelas kepada siswa tentang suatu permasalahan, misalnya tentang kecurangan akan membantu mereka mengerti tentang apa itu kejujuran dan mengapa kejujuran itu penting. Lickona 2013: 123, berpendapat bahwa nilai moral tidak akan menjadi nilai yang penting bagi para pemuda jika hal tersebut juga tidak dianggap penting oleh orang dewasa. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kesadaran moral dalam diri siswa. Berdasar pendekatan komprehensif, Dharma Kesuma, dkk 2011: 81, mengemukakan bahwa seorang guru dituntut untuk : a. Bertindak sebagai pemerduli care giver, pemberi kepedulian, perawat, model dan mentor, memperlakukan siswa dengan cinta dan penghargaan, menjadi contoh baik, mendukung perilaku prososial dan mengkoreksi tindakan-tindakan yang menyakiti. b. Menciptakan sebuah komunitas moral di kelas, membantu para siswa untuk saling kenal, menghargai dan peduli antara siswa yang satu dengan yang lainnya dan merasakan keanggotaan yang berharga dalam kelompok.