Saran Pengujian dengan Perkembangan Keserasian Pengeluaran Daerah

99 simpulan bahwa rata-rata perkembangan kemampuan keuangan daerah dengan PDRB tinggi tidak berbeda bila dibandingkan rata-rata perkembangan kemampuan keuangan daerah dengan PDRB rendah. Pengujian hipotesis dengan metoda perkembangan rasio kemandirian keuangan daerah menunjukkan tidak terdapat perbedaan perkembangan kemampuan keuangan daerah secara signifikan antara daerah dengan PD RB tinggi dan daerah dengan PDRB rendah. Pengujian hipotesis dengan metoda perkembangan kemampuan rutin daerah menunjukkan tidak terdapat perbedaan perkembangan kemampuan keuangan daerah secara signifikan antara daerah dengan PDRB tinggi dan daerah dengan PDRB rendah. Pengujian dengan metoda perkembangan keserasian pengeluaran daerah menunjukkan tidak terdapat perbedaan perkembangan kemampuan keuangan daerah antara daerah dengan PDRB tinggi dan daerah dengan PDRB rendah.

2. Keterbatasan

Terdapat beberapa hal yang perlu dicermati yang merupakan keterbatasan dalam penelitian ini. Hal-hal yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut: a. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan keuangan daerah dalam penelitian ini menggunakan tiga rasio. Sehingga belum sepenuhnya mengakomodasi semua ukuran kemampuan keuangan daerah. b. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Dimana pada data tersebut terdapat beberapa nilai yang sifatnya masih sementara, terutama pada perioda akhir penelitian. Sehingga penggunaan data-data tersebut belum sepenuhnya memperlihatkan kenyataan yang sebenarnya.

3. Saran

Berdasarkan pada hasil simpulan dan pembahasan serta dengan memperhatikan berbagai keterbatasan dalam penelitian ini, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut: a. Bagi kalangan peneliti dan akademisi diharapkan melakukan penelitian yang sama dengan melakukan beberapa hal yakni: 1 Penggunaan rasio kemampuan keuangan daerah yang menjadi alat ukur daerah dengan PDRB tinggi dan rendah hendaknya lebih mampu mengukur kemampuan keuangan daerah yang sebenarnya. 2 Data yang dianalisis merupakan data final akhir, bukan data sementara, sehingga data tersebut merupakan nilai yang benar-benar terjadi pada satu perioda. Selain data tersebut nantinya sangat reliabel, juga hasil penelitian tidak terdapat keraguan. b. Bagi pemerintah daerah selaku pembuat kebijakan legislatif diharapkan meningkatkan kemampuan keuangan daerahnya, terutama pada unsur Pendapatan Asli Daerah melalui beberapa kebijakan yang lebih memberdayakan masyarakat, sehingga ketergantungan terhadap pendapatan 100 dari pihak eksternal seperti Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus secara berangsur-angsur dapat dikurangi. c. Bagi pemerintah daerah selaku pelaksana kebijakan eksekutif, hendaknya dalam melaksanakan kebijakan yang telah ditentukan tidak hanya memperhatikan anggaran, tetapi lebih kepada efisiensi, sehingga perkembangan kemampuan keuangan antar perioda menunjukkan perkembangan ke arah yang positif surplus. RE F E RE NSI Adi, P. H. 2007. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah Studi pada Kabupaten dan Kota se Jawa-Bali. Simposium Nasional Ak untansi IX . Padang. Brata, A. G. 2004. Komposisi Penerimaan Sektor Publik dan Perttumbuhan Ekonomi Regional. Mak alah. Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Helfert, E. 2000. Tek nik A nalisa Keuangan . Jakarta: Erlangga. Gaspersz, V. dan Foenay, E . 2003. Kinerja Pendapatan Ekonomi Rakyat dan Produktivitas Tenaga Kerja Di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal E k onomi Rak yat. Th. II - No. 8 - Nopember 2003. Halim, A. 2002. Ak untansi Sek tor Publik . Jakarta: Salemba E mpat. Haryati, S. 2006. Perbandingan Kinerja Keuangan Daerah Sebelum dan Sesudah Kebijakan Otonomi Daerah Kabupaten Sleman. Tesis. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Indriantoro, N Bambang S. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk A k untansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE Universitas Gadjah Mada. Kuncoro, M. 1997. E k onomi Pembangunan: Teori, Masalah-Masalah dan Kebijak an . Yogyakarta : UPP YKPN. Kuncoro, M. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi, Perek onomian, Strategi dan Peluang . Penerbit Erlangga Mardiasmo. 2002. A k untansi Sek tor Publik . Yogyakarta: Andi. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah . Yogyakarta: Andi Ibrahim, M. J. 1991. Prospek Otonomi Daerah . Semarang: Dahara Prize. Munawir, S. 1995. A nalisa L aporan Keuangan . Yogyakarta: Liberty. Nataluddin.2001. Potensi dana perimbangan pada pemerintahan daerah di Propinsi Jambi, Manajemen Keuangan Daerah . Yogyakarta : UPP YKPN. Nirzawan. 2001. Tinjauan umum terhadap sistem pengelolaan Keuangan Daerah di Bengkulu Utara, Manajemen Keuangan Daerah . Yogyakarta : UPP YKPN. Samiadji, B. T. 2007. Metoda Menilai Daerah tertinggal [On line]. Diunduh dari http:www.mailarchive.comreferensi yahoogroups.commsg01026.html 101 Setiaji, W. Adi, P. H. 2007. Peta Kemampuan Keuangan Daerah Sesudah Otonomi Daerah : Apakah Mengalami Pergeseran? Simposium Nasional A k untansi X . Makassar. Suparmoko. 2002. E k onomi Publik . Yogyakarta: Andi. Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Republik Indonesia. 2000. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Widjaja. 1998. Percontohan Otonomi Daerah di Indonesia . Jakarta: Rineka Cipta. Widodo. 2001. A nalisa Rasio Keuangan pada APBD Boyolali, Manajemen Keuangan Daerah . Yogyakarta: UPP YKPN. Wulandari, A. 2001.Kemampuan Keuangan Daerah. Jurnal Kebijak an dan A dministrasi Publik . Vol 5 No. 2 November. Yuliati.2001. A nalisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam menghadapai Otonomi Daerah, Manajemen Keuangan Daerah . Yogyakarta: UPP YKPN. 102 LAMPIRAN Lampiran 1. Uji Normalitas a. Uji Normalitas Perkembangan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah dengan PDRB Tinggi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test KmndirnTnggi N 32 Normal Parameters a,b Mean 3,8670 Std. Deviation 26,83696 Most E xtreme Absolute ,101 Differences Positive ,101 Negative -,100 Kolmogorov-Smirnov Z ,571 Asymp. Sig. 2-tailed ,900 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. b. Uji Normalitas Perkembangan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah dengan PDRB Rendah One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kmndirn Rndh N 32 Normal Parameters a,b Mean ,1882 Std. Deviation 19,41243 Most E xtreme Absolute ,112 Differences Positive ,102 Negative -,112 Kolmogorov-Smirnov Z ,634 Asymp. Sig. 2-tailed ,816 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Uji Normalitas Perkembangan Rasio Kemampuan Rutin Daerah dengan PDRB Tinggi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test KmmpunRtn Tnggi N 32 Normal Parameters a,b Mean 7,1153 Std. Deviation 29,28403 Most E xtreme Absolute ,133 Differences Positive ,133 Negative -,090 Kolmogorov-Smirnov Z ,752 Asymp. Sig. 2-tailed ,624 103 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. d. Uji Normalitas Perkembangan Rasio Kemampuan Rutin Daerah dengan PDRB Rendah One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test KmmpunRtn Rndh N 32 Normal Parameters a,b Mean 4,0886 Std. Deviation 25,25610 Most E xtreme Absolute ,076 Differences Positive ,076 Negative -,044 Kolmogorov-Smirnov Z ,429 Asymp. Sig. 2-tailed ,993 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. e. Uji Normalitas Perkembangan Rasio Keserasian Pengeluaran Daerah dengan PDRB tinggi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Ksrasn PnglrnTnggi N 32 Normal Parameters a,b Mean 1,5687 Std. Deviation 26,20679 Most E xtreme Absolute ,238 Differences Positive ,238 Negative -,122 Kolmogorov-Smirnov Z 1,349 Asymp. Sig. 2-tailed ,053 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. f. Uji Normalitas Perkembangan Rasio Keserasian Pengeluaran Daerah dengan PDRB Rendah One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Ksrasn PnglrnRndh N 32 Normal Parameters a,b Mean -,9321 Std. Deviation 10,42261 Most E xtreme Absolute ,173 Differences Positive ,127 Negative -,173 Kolmogorov-Smirnov Z ,979 Asymp. Sig. 2-tailed ,293 104 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Lampiran 2. Uji Hipotesis a. Perkembangan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah 105 b. Perkembangan Rasio Kemampuan Rutin Daerah T-Test 106 c. Perkembangan Rasio Keserasian Pengeluaran Daerah T-Test 107 PE RBANDINGAN UPAH BAGI HASIL DE NGAN UPAH MINIMUM DAN UPAH HARIAN PADA INDUSTRI RUMAH MAKAN DI PROVINSI LAMPUNG STUDI KASUS RM PUTI MINANG GROUP 2009-2010 Heru Wahyudi Asih Murwiati † ABST RACT Wages have an important role for the work ers, for the business owners, and for the government, therefore the balance of remuneration should be pursued. This study aims to determine whether the wage of model profit sharing to meet the minimum wage of provisions and daily wage, as well as to determine whether to use the model for this outcome is the same job in different places gives the same of value or different, and to determine why the model sharing used in the business by the owners. Two- Sample T-Test is used to determine the ratio between sharing wages with the minimum wage and daily wages, while the A NOV A used to compare the wages of similar jobs in different places. The object of research is Puti Minang Group, the minimum wage and daily wage from RM.Kemang Group. Research shows that wages of the sharing model exceed the minimum wage and daily wage in 2009 and 2010. Key words: wage of profit sharing model, the minimum wage, daily wage, A NOV A

A. PE NDAHULUAN

Masalah pengupahan bukanlah masalah baru di Indonesia, negara kita ini telah akrab dengan kasus pengupahan, bahkan sampai hari ini masalah upah buruh tidak kunjung selesai, terlebih setiap tanggal 1 Mei bertepatan dengan hari buruh dunia, selalu muncul tuntutan perbaikan upah dan kesejahteraan buruh dan karyawan. Pemerintah bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya, yang dalam hal ini setiap berbicara kesejahteraan rakyat tidak terlepas dari masalah perburuhan. Setiap usaha peningkatan kesejahteraan buruh akan berdampak pada kesejahteraan penduduk secara keseluruhan, dengan kata lain kesejahteraan penduduk indonesia tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kesejahteraan buruh. Kesejahteraan buruh erat kaitannya dengan upah yang diterima. Upah memiliki kedudukan yang sangat penting, bagi buruh dan keluarganya, bagi pengusaha, serta bagi kepentingan nasional secara luas. Bagi pekerja, upah merupakan sarana untuk meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarga secara langsung. Bagi pengusaha, upah mempengaruhi biaya produksi dan tingkat harga, yang kemudian akan mempengaruhi pertumbuhan produksi, perluasan dan pemerataan kesempatan kerja. Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan E konomi Studi Pembangunan Universitas Lampung † Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan E konomi Studi Pembangunan Universitas Lampung