Pembahasan .1 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Perilaku Kewargaan

Tabel 4.12 Hasil Uji F Uji Serempak ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 1557.108 3 519.036 37.220 .000 a Residual 1199.292 86 13.945 Total 2756.400 89 a. Predictors: Constant, Kepuasankerja, KecerdasanEmosional, KomitmenOrganisasional b. Dependent Variable: PerilakuKewargaanOrganisasional Sumber : Data primer yang diolah 17 September 2014 Pada Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa nilai F hitung 37,220 F tabel 2,76 dengan signifikan sebesar 0,000 sig 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari variabel Kecerdasan Emosional, Komitmen Organisasional, Kepuasan Kerja berpengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap variabel terikat yaitu Perilaku Kewargaan Organisasional Pegawai Dinas Pertanian dan Kelautan Pemerintah Kota Medan. 4.3 Pembahasan 4.3.1 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasional Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan pada hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewargaaan organisasional, sehingga dapat dikatakan semakin tinggi atau semakin baik kecerdasan emosional yang dikelola oleh pegawai maka perilaku kewargaan organisasional akan semakin baik atau semakin tinggi. Dengan kata lain, apabila kecerdasan emosional Universitas Sumatera Utara tinggi akan membuat pegawai berperilaku bijaksana dalam membuat keputusan. Pegawai yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan bertindak dengan pertimbangan yang cukup rasional. Pegawai yang mengetahui emosi mereka sendiri dan bisa dengan baik membaca emosi orang lain bisa menjadi efektif dalam pekerjaan mereka. Dengan demikian untuk meningkatkan perilaku kewargaan organisasional pegawai dibutuhkan kecerdasan emosi yang tinggi dari masing – masing pegawai. Dari hasil kuesioner tentang kecerdasan emosional pegawai Dinas Pertanian dan Kelautan Pemerintah Kota Medan dimana 53,3 mengatakan sangat setuju bahwa pegawai sangat senang menambah pengetahuan dan informasi ilmu pengetahuan yang baru hal ini akan meningkatkan perilaku kewargaan organisasional. Bila dilihat dari sisi lama bekerja para pegawai di instansi tersebut yang terbanyak adalah antara 1 sampai 5 tahun. Mereka mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi ditandai dengan sudah dapat mengenali kemampuan dan mengelola isyarat serta informasi emosi yang baik sehingga mereka menyadari memang perlu menambah pengetahuan dan informasi ilmu pengetahuan baru untuk menghadapi tantangan pekerjaan dimasa depannya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu dari Reksa Anindya 2012 yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara kecerdasan emosional terhadap perilaku kewargaan organisasional pada karyawan Departemen Unit X Kompas Gramedia. Universitas Sumatera Utara Kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengenali dan mengelola isyarat serta informasi emosi. Sehubungan dengan kecerdasan emosional khususnya motivasi diri merupakan salah satu dimensi dimana bertujuan mempertegas kesejatian, sifat dapat dipercaya, dan keuletan memperluas lingkaran kepercayaan. Keuletan ini ditunjukkan dengan senangnya pegawai menambah ilmu pengetahuan dan informasi pengetahuan baru.

4.3.2 Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasional

Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan pada hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel komitmen organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewargaaan organisasional, sehingga dapat dikatakan semakin tinggi atau semakin baik komitmen organisasional yang dikelola oleh pegawai maka perilaku kewargaan organisasional akan semakin baik atau semakin tinggi. Dengan kata lain, apabila komitmen organisasional tinggi akan membuat pegawai berprilaku setia pada pekerjaannya dan mempertahankan jabatannya untuk dapat meningkatkan kinerjanya pada Instansi tersebut. Dari hasil kuesioner tentang komitmen organisasional pegawai Dinas Pertanian dan Kelautan Pemerintah Kota Medan tertutama komitmen afektif dimana 44,4 mengatakan setuju bahwa pegawai menyatakan masalah yang dihadapi instansi adalah masalah saya. Komitmen afektif sifatnya lebih dalam dibandingkan komitmen yang lain, dengan kata lain, seseorang yang memiliki Universitas Sumatera Utara komitmen afektif merasakan adanya ikatan dengan organisasi karena hal – hal dirasakan sendiri oleh karyawan, sehingga dorongan untuk melakukan perilaku kewargaan organisasional lebih besar jika seseorang memiliki komitmen afektif yang tinggi. Bila dilihat dari usia pegawai instansi tersebut yang terbesar adalah antara 41 sampai 49 tahun, karena usia mereka sudah matang dan mempunyai keterikatan emosional serta keterlibatan yang tinggi maka mereka merasa masalah instansi adalah masalah mereka juga. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wiliam 2013 dan Reksa Anindya 2012 menyatakan bahwa variabel komitmen organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewargaaan organisasional. Komitmen merupakan suatu bentuk identifikasi, loyalitas dan keterlibatan yang diekspresikan oleh karyawan terhadap organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen terhadap organisasi, akan menunjukkan perilaku dan sikap yang positif terhadap organisasinya, sehingga merasa senang dalam bekerja, karyawan akan melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik yang akhirnya diharapkan dapat memberikan perilaku kewargaan organisasional yang baik.

4.3.3 Pengaruh Kepuasan Kerja

Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasional Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan pada hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewargaaan organisasional, sehingga dapat dikatakan semakin Universitas Sumatera Utara tinggi tingkat kepuasan kerja yang diperoleh pegawai maka perilaku kewargaan organisasional akan semakin baik. Kepuasan kerja pegawai di Dinas ini tinggi karena dari ketiga variabel independen tersebut variabel kepuasan kerja adalah variabel yang paling dominan daripada kecerdasan emosional dan komitmen organisasional dalam memprediksi pengaruh terhadap perilaku kewargaan organisasional yaitu dengan nilai T hitung sebesar 5.594 lebih besar dari variabel bebas lainnya dan nilai Beta yang lebih besar yaitu 0,628 serta signifikannya sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan dengan kepuasan kerja yang baik akan berpengaruh kepada penghasilan yang sesuai dengan kinerja yang telah dilakukan pegawai untuk kemajuan Dinas ke depan. Sistem penggajian pegawai yang sudah berjalan dengan baik sesuai peraturan pemerintah dan pekerjaan yang ditugaskan kepada pegawai sesuai dengan kemampuan pegawai. Dari hasil kuesioner tentang kepuasan kerja pegawai Dinas Pertanian dan Kelautan Pemerintah Kota Medan tertutama tentang gaji dimana 58.9 mengatakan setuju bahwa pegawai menyatakan penghasilan yang diterimanya sesuai dengan kinerjanya. Kepuasan kerja adalah selisih dari sesuatu yang seharusnya ada dengan yang sesungguhnya ada. Semakin kecil selisih kondisi yang seharusnya dengan kondisi yang sesungguhnya ada seseorang cenderung merasa semakin puas. Sehingga dorongan untuk melakukan perilaku kewargaan organisasional lebih besar jika seseorang memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Bila dilihat dari pendidikan para pegawai instansi tersebut yang terbanyak adalah sarjana sebanyak 48 orang pegawai, hal ini menunjukkan bahwa mereka Universitas Sumatera Utara umumnya telah berfikiran positif karena petimbangannya sudah berdasarkan ilmiah. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wiliam 2013 dan Dyna S. Herlina 2013 menyatakan bahwa variabel kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewargaaan organisasional. Sedangkan Rahayu Sri Purnami 2013 menyatakan bahwa tidak mendukung hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel kepuasan kerja tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewargaaan organisasional. 4.3.4 Pengaruh Kecerdasan Emosional, Komitmen Organiosaional dan Kepuasan Kerja Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasional Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan pada hipotesis keempat menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosional, komitmen organisasional dan kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewargaaan organisasional, sehingga dapat dikatakan semakin tinggi atau semakin baik kecerdasan emosional, komitmen organisasional dan kepuasan kerja pegawai maka perilaku kewargaan organisasional akan semakin baik atau semakin tinggi. Penyebab perilaku kewargaan organisasional berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ketiga variabel bebas ini adalah karena faktor kecerdasan emosional khususnya tentang motivasi diri dapat mendorong pegawai untuk mengembangkan inovasi dalam mengerjakan pekerjaan agar lebih baik ke depan. Universitas Sumatera Utara Sedangkan pada faktor komitmen organisasional khususnya affactive commitment yaitu masalah yang dihadapi Dinas adalah masalah pegawai yang menunjukkan bahwa kebanyakan pegawai ingin membantu Dinas agar menjadi sukses ke depan dengan berkontribusi salah satunya dengan menyampaikan pendapat pada saat rapat sedang berlangsung. Faktor berikutnya adalah kepuasan kerja khusunya gaji yang diberikan sesuai dengan kinerja pegawai Dinas. Besarnya pengaruh antar variabel pengaruh kecerdasan emosional, komitmen organisasional dan kepuasan kerja terhadap perilaku kewargaan organisasional yang diperoleh pada penelitian ini dapat dilihat dari koefisien determinasi yakni sebesar 0,565. Hal ini berarti bahwa kecerdasan emosional, komitmen organisasional dan kepuasan kerja terhadap perilaku kewargaan organisasional sebesar 56,5 sedangkan sisanya 43,5 dipengaruhi oleh faktor – faktor lain di luar model. Besarnya koefisien korelasi yakni sebesar 0,752. Hal ini berarti bahwa hubungan antara kecerdasan emosional, komitmen organisasional dan kepuasan kerja terhadap perilaku kewargaan organisasional sebesar 75,2 artinya hubungannya erat. Hasil penelitian yang ada adalah tentang pengaruh komitmen organisasional dan kepuasan terhadap perilaku kewargaan organisasional oleh Dyna S. Herlina 2013 dan Wiliam 2013 dan kecerdasan emosional terhadap perilaku kewargaan organisasional oleh Reksa Anindya 2012. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP PERILAKU KEWARGAAN ORGANISASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA PEGAWAI ADMINISTRASI POLITEKNIK KOMPUTER NIAGA LPKIA BANDUNG.

3 4 57

Dampak Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasional Afektif, dan Perilaku Kewargaan Organisasional terhadap Keinginan Keluar Studi Empiris pada Karyawan di Tomodachi Cafe Bandung.

0 0 34

Pengaruh Kecerdasan Emosional pada Komitmen Organisasional dengan Kepuasan Kerja dan Kematangan Diri Sebagai Pemediasi.

0 1 2

KEPUASAN KERJA DAN PERILAKU KEWARGAAN ORGANISASIONAL PADA KARYAWAN

0 0 21

EFEK MODERASI SELF- EFFICACY PADA PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PERILAKU KEWARGAAN ORGANISASIONAL

0 0 14

PENGARUH BUDAYA ORGANISASIONAL, KOMITMEN KERJA, DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA RSUD KELET JEPARA

0 3 13

Kecerdasan Emosional, Komitmen Organisasional dan Kepuasan Kerja Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasional pegawai pada Dinas Pertanian dan Kelautan Pemerintah Kota Medan

0 0 47

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.4 Perilaku Kewargaan Organisasional (Organizational Citizenship Behavior) - Kecerdasan Emosional, Komitmen Organisasional dan Kepuasan Kerja Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasional pegawai pada Dinas Perta

0 1 24

BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang - Kecerdasan Emosional, Komitmen Organisasional dan Kepuasan Kerja Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasional pegawai pada Dinas Pertanian dan Kelautan Pemerintah Kota Medan

0 0 11

Kecerdasan Emosional, Komitmen Organisasional dan Kepuasan Kerja Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasional pegawai pada Dinas Pertanian dan Kelautan Pemerintah Kota Medan

0 0 13