1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kecerdasan emosional terhadap
perilaku kewargaan organisasional Organizational Citizenship Behavior pegawai pada Dinas Pertanian dan Kelautan Pemerintah Kota Medan.
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh komitmen organisasional terhadap
perilaku kewargaan organisasional Organizational Citizenship Behavior pegawai pada Dinas Pertanian dan Kelautan Pemerintah Kota Medan.
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap perilaku
kewargaan organisasional Organizational Citizenship Behavior pegawai pada Dinas Pertanian dan Kelautan Pemerintah Kota Medan.
4. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh kecerdasan emosional, komitmen
organisasional dan kepuasan kerja secara bersama – sama terhadap perilaku kewargaan organisasional Organizational Citizenship Behavior pegawai
pada Dinas Pertanian dan Kelautan Pemerintah Kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki empat manfaat utama, yaitu: 1
Dinas Pertanian dan Kelautan Pemerintah Kota Medan Penelitian ini dijadikan dasar untuk sebagai masukan dan saran yang melalui
kecerdasan emosional, komitmen organisasional dan kepuasan kerja pegawai untuk meningkatkan perilaku kewargaan organisasional.
Universitas Sumatera Utara
2 Fakultas Ekonomi Khususnya Departemen Manajemen
Penelitian ini menjadi pengembangan ilmu pengetahuan yang baru bagi perkembangan Fakultas Ekonomi ke depan dalam dunia pendidikan
khususnya Departemen Manajemen dalam penelitian manajemen sumber daya manusia berkaitan dengan perilaku organisasi tentang tingkat
kecerdasan emosional, komitmen organisasional, dan kepuasan kerja serta perilaku kewargaan organisasional.
3 Peneliti selanjutnya
Peneliti ini dapat dijadikan acuan atau dasar dalam menyusun dan mengembangkan penelitian yang lebih mendalam khusunya yang berkaitan
dengan kecerdasan emosional, komitmen orgnanisasional dan kepuasan kerja serta perilaku kewargaan organisasional pegawai Dinas Pertanian dan
Kelautan Pemko Medan. 4
Peneliti. Penelitian ini bermanfaat untuk menyusun hasil pemikiran dan hasil
penyelidikan tentang bagaimana tingkat Kecerdasan emosional, komitmen organisasional dan kepuasan kerja serta perilaku kewargaan organisasional
menurut cara – cara yang lazim dipergunakan oleh sarjana di dunia ilmu pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan teori 2.1.4 Perilaku Kewargaan Organisasional
Organizational Citizenship Behavior
Seperti yang kita sudah tahu bersama – sama bahwa Organizational Behavior OB atau biasa kita sebut juga Perilaku Organisasi adalah sebuah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam sebuah organisasi dan bagaimana perilaku tersebut memberikan dampak terhadap organisasinya. Salah satu perilaku yang
member dampak tersebut adalah Perilaku Kewarganegaraan Organisasi Organizational Citizenship Behavior.
2.1.4.1 Pengertian Perilaku Kewargaan Organisasional
Perilaku kewargaan organisasional adalah perilaku atas kehendak sendiri yang bukan menjadi bagian dari tuntutan kerja formal tetapi mendorong
efektivitas fungsi organisasi Robins dan Coulter, 2010 : 36. OCB is a set of helpful, discretionary and extra – role behaviors exhibited by employees that are
not directly or clearly recognized by the formal reward system and have an overall positive affect on the operation of the organization, also they cannot be enforced
by the empoyment contract Zeinabadi, 2010 : 998. Menurut Robins dan Coulter 2010 : 39 kecerdasan emosional, komitmen organisasional, dan kepuasan kerja
terhadap OCB mempunyai hubungan dan menjadi determinan.
Universitas Sumatera Utara
Karyawan yang lebih puas akan mengutarakan hal positif tentang perusahaan, membantu rekan lain, dan melampaui ekspektasi kerja normal. Penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup signifikan antara kepuasan kerja dan OCB. Untuk kecerdasan emosional, seorang karyawan yang mempunyai
kecerdasan emosional yang baik akan dapat mengendalikan sikap emosi dan perilakunya di tempat kerja serta menjadi karyawan yang baik di organisasi yang
di tempatinya. Bagi komitmen organisasional, seorang karyawan yang mempunyai komitmen yang tinggi terhadap perusahaan yang di tempatinya maka
menandakan karyawan tersebut setia terhadap perusahaannya yang menjadi salah satu sifat OCB yaitu setia pada perusahaan.
Menurut Wibowo 2012 : 518 pekerja yang puas akan lebih suka berbicara positif tentang organisasinya. Perilaku penuh kebebasan yang bukan merupakan
bagian persyaratan kerja formal pekerja, tetapi meskipun demikian mengembangkan efektivitas fungsi organisasi. Organisasi yang sukses
memerlukan pekerja yang mau mengerjakan melebihi dari tugas mereka seperti biasa dan mengusahakan kinerja melebihi dari seperti yang diharapkan.
Organisasi memerlukan pekerja yang terikat dalam “Good Citizenship Behavior”, seperti membuat statement konstruktif tentang kelompok kerjanya dan organisasi,
membnatu orang lain dalam tim, melakukan pekerjaan ekstra secara sukarela, menghindari konflik yang tidak perlu, menunjukkan perhatian pada kepimilikan
organisasi dan menghargai spirit. Organisasi berkepentingan dengan berkembangnya sumber daya manusia yang memiliki Organizational Citizenship
Behavior.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Organ dan Ryan dalam Herlina, 2013 : 8 organizational
citizenship behavior adalah perilaku – perilaku yang dilakukan oleh anggota organisasi karyawan yang: tidak
secara tegas diberi penghargaan apabila mereka melakukannya dan juga tidak akan diberi hukuman apabila mereka tidak melakukannya, tidak merupakan
bagian dari deskripsi pekerjaan yang dimiliki oleh karyawan, dan merupakan perilaku karyawan yang tidak membutuhkan latihan terlebih dahulu untuk
melaksanakannya.
Lebih lanjut Organ mengatakan bahwa yang dimaksud berfungsi secara agregat adalah mengacu kepada orang-orang dalam satu grup, departemen, atau
organisasi. Jika hanya satu orang, OCB tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap sebuah organisasi, tetapi jika dalam suatu organisasi, secara agregat, para
anggotanya memiliki OCB yang baik, dampaknya terhadap organisasi tersebut akan terasa secara signifikan. Organ mengatakan bahwa perilaku menolong dan
kepatuhan juga termasuk dalam definisi OCB itu sendiri.
Menurut Greenberg dan Baron dalam Herlina, 2013 : 10, OCB adalah
tindakan yang dilakukan anggota organisasi yang melebihi dari ketentuan formal pekerjaannya.
Secara umum, ada tiga komponen utama OCB yaitu 1.
Perilaku tersebut lebih dari ketentuan formal atau deskripsi pekerjaan yang telah ditentukan.
2. Tindakan tersebut tidak memerlukan latihan bersifat alami, dengan kata
lain, orang melakukan tindakan tersebut dengan sukarela. 3.
Tindakan tersebut tidak dihargai dengan imbalan formal oleh organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.2 Indikator Perilaku Kewargaan Organisasional OCB Organ dan Ryan dalam Herlina, 2013 : 10, menyatakan bahwa ada lima
dimensi atau indikator dari OCB, yaitu: 1
Altruism Helping merupakan suatu hal yang terjadi ketika seorang karyawan memberikan
pertolongan kepada karyawan lain untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaannya dalam keadaan tertentu atau tidak seperti biasanya. Selain itu,
perilaku yang bersifat sukarela, bukan merupakan tindakan yang terpaksa terhadap hal – hal yang mengedepankan kepentingan organisasi. Tidak
berkaitan langsung dengan sistem reward. Artinya, perilaku ekstra peran yang dilakukan karyawan tidak mengharapkan imbalan dan bentuk uang. Contoh
ketika karyawan baru yang magang di tempat kerja memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan yang sulit, ketika teman kerja membutuhkan bantuan
tanpa mengaharap imbalan, bersedia bekerja lembur untuk membantu rekan kerja dalam menyelesaikan pekerjaaanya tanpa dikenakan gaji lembur.
2 Conscientiousnes
mengacu pada seorang karyawan dalam mengerjakan tugas – tugas yang diberikan dilakukan dengan cara melebihi atau di atas apa yang telah
disyaratkan oleh organisasi perusahaan. Perilaku individu sebagai wujud dari kepuasan berdasarkan kinerja, dan tidak diperintah secara formal.
3 Sportmanship sikap sportif
merupakan suatu sikap yang lebih menekankan pada aspek – aspek positif organisasi daripada aspek negatif. Kemudian berisi tentang pantangan –
pantangan membuat isu yang merusak meskipun merasa jengkel. Memberikan rasa toleransi terhadap gangguan – gangguan pada pekerjaan, yaitu ketika
seorang karyawan memikul pekerjaan yang tidak mengenakkan tanpa harus mengemukakan keluhan atau komplain, pekerja mudah beradaptasi dengan
lingkungan perusahaan.
4 Courtesy kebaikan
Merupakan perilaku – perilaku baik atau perilaku meringankan problem – problem yang berkaitan dengan pekerjaan yang dihadapi orang lain. Misalnya
perilaku membantu seseorang mencegah terjadinya suatu permasalahan atau membuat langkah –
langkah untuk meredakan atau mengurangi berkembangnya suatu masalah. Kebaikan courtesy menunjuk pada tindakan
pengajaran kepada orang lain sebelum dia melakukan tindakan atau membuat keputusan yang berkaitan dengan pekerjaannya.
5 Civic Virtue
Merupakan tindakan yang dilakukan untuk ikut serta mendukung fungsi – fungsi administrasi organisasi. Perilaku yang dapat dijelaskan sebagai
partisipasi aktif karyawan dalam hubungan keorganisasian, misalnya menghadiri rapat, menjawab surat – surat dan sebelum mengikuti isu – isu
terbaru yang menyangkut organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Kecerdasan emosional
Sebelum kita mengetahui kecerdasan emosi terlebih dahulu kita akan bahas pengertian dari emosi. Kita tidak dapat meninggalkan topik kepribadian tanpa
meninjau aspek perilaku lain yaitu emosi terutama karena kita merespon secara emosional dan bagaimana kita menghadapi emosi bisa menjadi fungsi kepribadian
kita. Emosi merupakan perasaan intens yang ditujukan bagi seseorang atau sesuatu. Emosi itu spesifik terhadap objek, dengan kata lain, emosi adalah rekasi
akan suatu objek. Dari penelitian yang dilakukan ada enam emosi universal yang telah diidentifikasi : kemarahan, ketakutan, kesedihan, kebahagiaan, rasa jijik, dan
rasa kaget Robbins dan Coulter, 2010 : 51. Salah satu bidang penelitian emosi dengan pengetahuan yang menarik
terkait dengan kepribadian adalah kecerdasan emosi emotional intellgence EI
yaitu kemampuan mengenali dan mengelola isyarat dan informasi emosi. Emotional Intellegence terdiri lima dimensi yaitu:
1. Kesadaran diri adalah kemampuan untuk menyadari apa yang di
rasakan. Selain itu, bertuuan membangun tempat kedudukan bagi seseorang dan rasa percaya diri pribadi melalui kejujuran emosi, umpan
balik emosi, institusi, rasa tanggung jawab, dan koneksi.
2. Pengelolaan diri adalah kemampuan untuk mengelola emosi dan
impuls Anda sendiri. Kemudian dapat mengeksplorasi cara – cara menyelaraskan hidup, dan kerja dengan potensi serta bakat unik,
kesetiaan janji, dan rasa tanggung jawab.
3. Memotivasi diri adalah kemampuan untuk tetap tegar dalam
menghadapi kemunduran dan kegagalan. Selain itu, bertujuan mempertegas kesejatian, sifat dapat dipercaya, dan keuletan,
memperluas lingkaran kepercayaan.
4. Empati adalah kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang
lain. 5. Kemampuan sosial
adalah kemampuan untuk menagani emosi orang
lain. Selain itu, untuk memperdalam naluri dan kemampuan kreatif untuk mengalir bersama masalah dan bersaing demi masa depan serta
peluang yang masih terbuka Robbins dan Coulter, 2010 : 52.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Edy Sutrisno 2010 : 273 kecerdasan emosi yang tinggi adalah orang – orang yang mampu mengatasi konflik, melihat kesenjangan yang perlu
dijembatani, melihat hubungan yang tersembunyi yang menyajikan peluang, berinteraksi, penuh pertimbangan untuk menghasilkan yang lebih berharga.
Filsuf Yunani, Aristoteles, percaya bahwa dia tahu cara menangani hubungan secara tepat. Dia berpendapat bahwa Anda harus marah dengan orang
yang tepat, dengan tingkatan yang tepat, pada waktu yang tepat , dan dengan cara yang tepat. Solovey dan Mayer menyebut formula untuk menangani hubungan
dengan orang lain sebagai intelegensi emosi emotional intellegence.
Dalam komunitas organisasi, buku Goleman menciptakan minat dalam mempelajari emosi di atas peran yang dimainkannya di pekerjaan, dan bagaimana
manajer dapat lebih memahami emosi dan pengelolaan emosi. Goleman telah menempatkan sebuah pemikiran ke masyarakat, bukan suatu konstruk baru, tapi
suatu konstruk yang menangkap perhatian publik dan manajemen Ivancevich, dkk 2007 : 130.
Kita telah melihat bahwa suara hati mampu menimbulkan respons emosi. Namun, kita perlu membedakan antara emosi yang muncul karena suara hati atau
bukan. Di bawah ini adalah beberapa jenis respon emosi yang mungkin dirasakan dan bisa tercipta ketika menjauh dari garis orbit off line, atau ketika masuk ke
dalam orbit in line. Pada setiap respons emosi di bawah ini, ada kata off line yang berarti keluar dari tuntutan hati nurani, atau in line yang berarti sesuai
dengan hati nurani.
Universitas Sumatera Utara
Emosi – emosi tersebut antara lain:
1. Marah, karena harga diri terguncang off line .
2. Kecewa, karena suara hati tidak sesuai kenyataan off line .
3. Sedih mendalam, karena merasa kehilangan off line .
4. Bahagia, ketika suara hati tersentuh in line .
5. Merasa damai, ketika suara hati menjadi kenyataan in line.
6. Termotivasi, ketika besemangat merealisasikan suara hati in line.
7. Terdukung, ketika merasa dibantu untuk merealisasikan suara hati in
line. 8.
Terhargai, ketika merasakan bahwa harga diri terpenuhi in line. 9.
Bangga, ketika suara hati mencapai tujuan dan menjadi kenyataan in line.
10. Terinspirasi, saat teringat potensi diri in line.
11. Antusias, saat diri merasa mampu untuk merealisasikan suara hati in
line. 12.
Merasa aman, ketika suara hati terpenuhi in line. 13.
Kesal, ketika sebuah kenyataan jauh dari suara hati off line. 14.
Menyesal, ketika kesempatan untuk mengaplikasikan suara hati terlewatkan off line. Agustian,2012 : 82
Pada gambar di bawah ini akan ditunjukkan bagaimana proses terjadinya emosi :
GAMBAR 2.1: PROSES TERJADINYA EMOSI
Sumber : Agustian, 2012 : 83
REAKSI EMOSI SUARA
HATI EKSTERNAL
SUARA HATI
EKSTERNAL
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Komitmen Organsisasi 2.1.6.1 Pengertian Komitmen Organisasi
Sebelum kita mengetahui tentang komitmen organisasi terlebih dahulu kita bahas tentang pengertian komitmen yaitu tingkat keterlibatan psikologis anggota
pada organisasi tertentu Sutrisno, 2010 : 292. Ada beberapa peneliti mendefinisikan komitmen oganisasional antara lain Komitmen organisasi adalah
suatu keadaan dimana seseorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam
organisasi tersebut. Komitmen merupakan suatu bentuk identifikasi, loyalitas dan keterlibatan
yang diekspresikan oleh karyawan terhadap organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen terhadap organisasi, akan menunjukkan perilaku dan sikap yang positif
terhadap organisasinya, sehingga merasa senang dalam bekerja, karyawan akan melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik yang akhirnya diharapkan dapat
memberikan pelayanan dan kepuasan kepada konsumen eksternal Noormijati, 2012 : 656.
Menurut Robins dan Coulter 2010 : 40 komitmen organisasi adalah “derajat di mana seorang karyawan mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi
tertentu beserta tujuannya dan berkeinginan untuk mempertahankan keanggotaannya di dalam organisasi tersebut”. Menurut Robbins dan Judge 2010
: 35 komitmen organisasi sebagai “sebagai suatu sikap yang merefleksikan perasaan suka atau tidak suka dari karyawan terhadap organisasi”. Menurut
Wibowo 2012 : 507 komitmen organisasional adalah “mencerminkan tingkatan
Universitas Sumatera Utara
di mana individu mengidentifikasi dengan organisasi dan mempunyai komitmen terhadap tujuaanya”. Menurut Edy Sutrisno 2010 : 153 komitmen organisasi
merupakan “sikap loyalitas pekerja terhadap organisasinya dan juga merupakan suatu proses mengekspresikan perhatian dan partisipasinya terhadap terhadap
organisasinya”. Mathias dan Jackson 2000 : 23 komitmen organisasi adalah derajat yang
mana karyawan percaya dan menerima tujuan – tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi. “Organizational commitment is
the strength of an individual’s identification and involvement in a particular organization as characterized by strong belief in and acceptance of the
organization’s goals and value along with a readiness to exert considerable effort on behalf of the organization and to remain a member” Zeinabadi, 2010 : 999.
Menurut Sopiah 2008 : 157 komitmen organisasional adalah suatu ikatan psikologis karyawan pada organisasi yang ditandai dengan adanya :
1. Kepercayaan dan penerimaan yang kuat atas tujuan dan nilai – nilai organisasi,
2. Kemauan untuk mengusahakan tercapainya kepentingan organisasi, dan
3. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan kedudukan sebagai anggota
organisasi. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komitmen
organisasional adalah suatu keadaan dimana karyawan memiliki sikap yang setia atau memiliki keinginan yang kuat untuk mempertahankan tujuan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Edi Sutrisno 2010 : 153 hubungan relationship marketing dalam komitmen organisasi yaitu terbagi tiga :
• Retention adalah memiliki kelompok atau anggota kerja yang bertahan. • Partcipation adalah memiliki kelompok atau anggota kerja yang aktif dalam
memakai jasa dan layanan. • Coproduction adalah memiliki kelompok atau anggota kerja yang menghasilkan
jasa layanan. Dalam organisasi seorang pimpinan merupakan tenaga profesional yang
berhadapan langsung dengan bawahan atau karyawan, maka pimpinan dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin mampu menjalankan berbagai kebijakan
dengan tujuan – tujuan tertentu dan mempunyai komitmen yang kuat terhadap tempat dia bekerja. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan
dan kuat antara komitmen organisasi dengan kepuasan. Manajer disarankan meningkatkan kepuasaan kerja dengan maksud untuk menimbulkan tingkat
komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya, komitmen yang lebih tinggi dapat memfasilitasi produktivitas lebih tinggi Wibowo, 2012 : 507.
2.1.6.2 Bentuk Komitmen Organisasional
Allen dan Mayer dalam Herlina, 2013 : 157 mengemukakan tiga dimensi komitmen organisasi adalah sebagai berikut:
1 Komitmen afektif affective comitment:
Mengacu pada keterikatan emosional, identifikasi serta keterlibatan seorang karyawan pada suatu organisasi. Komitmen afektif seseorang akan
menjadi lebih kuat bila pengalamannya dalam suatu organisasi konsisten dengan harapan – harapan dan memuaskan kebutuhan dasarnya dan
sebaliknya. Anggota organisasi dengan komitmen afektif yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena memang memiliki keinginan
untuk itu want to. Komitmen afektif menunjukkan kuatnya keinginan seseorang untuk terus bekerja bagi suatu organisasi karena ia memang setuju
dengan organisasi itu dan memang berkeinginan melakukannya.
Universitas Sumatera Utara
Pegawai yang mempunyai komitmen afektif yang kuat tetap bekerjadengan perusahaan karena mereka menginginkan untuk bekerja di
perusahaan itu. Komitmen afektif adalah tingkat keterkaitan secara langsung dengan
organisasi berdasarkan seberapa baik perasaan mengenai organisasi. Komitmen ini muncul dan berkembang oleh dorongan adanya kenyamanan,
keamanan, dan manfaat lain yang dirasakan dalam suatu organisasi yang tidak diperolehnya dari tempat atau organisasi yang lain.
2 Komitmen berkelanjutan continuance commitment:
Komitmen berdasarkan kerugian yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi. Komitmen ini muncul apabila karyawan tetap
bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan – keuntungan lain, atau karena karyawan tersebut tidak menemukan pekerjaan
lain. Hal ini mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit.
Konsep side – bets orientation yang menekankan pada sumbangan seseorang yang sewaktu – waktu dapat hilang jika orang itu meninggalkan
organisasi. Anggota organisasi dengan komitmen berkelanjutan yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena karyawan merasa
membutuhkan organisasi need to. Komitmen ini berhubungan dengan dedikasi anggota dalam melangsungkan kehidupan organisasi dan
menghasilkan orang yang mau berkorban dan berinvestasi pada organisasi.
Tindakan meninggalkan organisasi menjadi sesuatu yang beresiko tinggi karena orang merasa takut akan kehilangan sumbangan yang mereka
tanamkan pada organisasi itu dan menyadari bahwa mereka tak mungkin mencari gantinya. Dapat didefinisikan sebagai keterkaitan anggota psikologis
pada organisasi karena biaya yang di tanggung sebagai konsekuensi keluar dari organisasi. Anggota akan cenderung memiliki daya tahan atau komitmen
yang tinggi dalam keanggotaan jika pengorban akibat keluar dari organisasi semakin tinggi.
3 Komitmen normatif normative commiment:
Komitmen normatif berkaitan dengan perasaan wajib untuk tetap berada dalam organisasi karena memang harus begitu; tindakan tersebut merupakan
hal benar yang harus dilakukan. Selain itu, dapat timbul dari nilai – nilai dalam diri karyawan. Karyawan bertahan menjadi anggota organisasi karena
adanya kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya dilakukan. Anggota organisasi dengan komitmen normatif yang
tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena karyawan merasa harus tetap bertahan dalam organisasi ought to
Komitmen normatif juga dapat didefinisikan sebagai keterkaitan anggota secara psikologis dengan organisasi karena kewajiban moral untuk
memelihara hubungan organisasi. Dalam kaitan ini sesuatu yang mendorong anggota untuk tetap berada dan memberikan sumbangan pada keberadaan
suatu organisasi, baik materi maupun non materi, adalah adanya kewajiban moral, yang mana seseorang merasa tidak nyaman dan bersalah jika tidak
melakukan sesuatu.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6.3 Proses Terjadinya Komitmen Organisasional
Sopiah 2008:159 mengemukakan sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk membangun komitmen karyawan pada organisasi, yaitu:
1. Make it charismatic : Jadikan visi dan misi organisasi sebagai suatu yang
karismatik, sesuatu yang dijadikan pijakan, dasar bagi setiap karyawan dalam berprilaku, bersikap dan bertindak.
2. Build the tradition : Segala sesuatu yang baik di organisasijadikanlah sebagai
suatu tradisi yang secara terus – menerus dipelihara, dijaga oleh generasi berikutnya.
3. Have comprehensif grievance procedures : Bila ada keluhan atau komplain dari
pihak luar ataupun internal organisasi maka organisasi harus memiliki prosedur untuk mengatasi keluhan tersebut secara menyeluruh.
4. Provide extensive two way communications : Jalinlah komunikasi dua arah di
organisasi tanpa memandang rendah bawahan. 5.
Create a sense of community : Jadikan semua unsur dalam organisasi sebagai suatu community di mana di dalamnya ada nilai – nilai kebersamaan.
6. Build value-based homogenity : Membangun nilai – nilai yang didasarkanadanya
kesamaan. 7.
Get together : Adakan acara – acara yang melibatkan semua anggota organisasi sehingga kebersamaan bisa terjalin.
8. Promote from within : Bila ada lowongan jabatan, sebaiknya kesempatan pertama
diberikan kepada pihak intern sebelum merekrut karyawan dari luar. 9.
Commit to Actualizing : Setiap karyawan diberi kesempatan untuk mengaktualisasikan diri secara maksimal di organisasi sesuai dengan kapasitas
masing – masing.
2.1.6.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi dan Dampak Komitmen Organisasional
Komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Menurut Sopiah 2008:163 komitmen
karyawan pada organisasi juga ditentukan oleh sejumlah faktor. Ada tiga faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi, yaitu:
1
Ciri pribadi pekerja, termasuk masa jabatannya dalam organisasi, dan variasi
kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan. 2
Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan rekan kerja.
Universitas Sumatera Utara
3 Pengalaman kerja, seperti keterandalan organisasi di masa lampau dan cara
pekerja – pekerja lain mengutarakan dan membicarakan perasaanya mengenai organisasi.
Selain itu, faktor – faktor yang mempengaruhi komitmen organisasional adalah :
1. Faktor personal,
2. Faktor organisasional, dan
3. Faktor yang bukan dari dalam organisasi.
Menurut Sopiah 2008:166 Komitmen karyawan, baik tinggi maupun rendah akan berdampak pada :
1. Karyawan itu sendiri, contohnya terhadap perkembangan karier karyawan di
organisasi perusahaan. 2.
Organisasi, karyawan yang berkomitmen tinngi pada organisasi akan menimbulkan kinerja organisasi yang tinggi, tingkat absensi berkurang, dan
loyalitas karyawan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6.5 Indikator Komitmen Organisaional
Menurut Sopiah 2008:165 menjelaskan 6 indikator dengan menggunakan tabel yang digambarkan oleh tabel 2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1 Organizational Commitment Scale
Affective Commitment: 1.
Saya akan senang sekali menghabiskan sisa karir saya di organisasi ini.
2. Saya benar – benar merasakan bahwa masalah di organisasi ini
adalah masalah saya. 3.
Saya merasa bahwa nilai – nilai yang saya anut sangat mirip dengan nilai – nilai yang ada pada organisasi.
4. Saya merasa bangga apabila berkata pada orang lain bahwa saya
menjadi anggota dari organisasi
Continuance Commitment: 1.
Sekarang ini tetap bertahan menjadi anggota organisasi adalah sebuah hal yang perlu, sesuai dengan keinginan saya.
2. Sangat berat bagi saya untuk meninggalkan organisasi ini.
3. Saya hanya dapat bekerja dengan baik di organisasi yang lain
asalkan tipe pekerjaanya sama dengan tipe pekerjaanya pada organisasi ini.
Normative Commitment: 1.
Saya merasa tidak memiliki kewajiban untuk meninggalkan atasan saya saat ini.
2. Saya merasa tidak tepat untuk meninggalkan organisasi saya saat
ini, bahkan bila hal itu menguntungkan. 3.
Organisasi ini benar – benar memberikan inspirasi yang terbaik bagi diri saya dalam mencapai prestasi kerja.
Sumber : Sopiah, 2008 : 165
Menurut Mowday dalam Sopiah, 2008 : 165 mengembangkan suatu skala yang disebut Self Report Scales untuk mengukur komitmen karyawan terhadap
organisasi, yang merupakan penjabaran dari tiga aspek komitmen, yaitu : a
Penerimaan terhadap tujuan organisasi, b
Keinginan untuk bekerja keras, dan c
Hasrat untuk bertahan menjadi bagian dari organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Kepuasan Kerja
2.1.4.1 Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadap pekerjaan mereka Ivancevich, Kenopaske dan Matteson, 2007 : 90. Mathis dan Jackson dalam
Sopiah, 2008 : 170 mengemukakan, “Job satisfaction is a positive emotional state resulting one’s job experience.” Kepuasan kerja merupakan pernyataan
emosional yang positif yang merupakan hasil evaluasi dari pengalaman kerja. Menurut Sopiah 2008:170 Kepuasan kerja adalah suatu tanggapan
emosional seseorang terhadap situasi dan kondisi kerja. Menurut Porter dalam Ayu Sriathi, Mujiati dan Ardana, 2009 : 23 kepuasan kerja adalah selisih dari
sesuatu yang seharusnya ada dengan sesuatu yang sesungguhnya ada. Semakin kecil selisih kondisi yang seharusnya ada dengan kondisi yang sesungguhnya ada
seseorang cenderung merasa semakin puas. Menurut Wibowo 2012 : 502 kepuasan kerja merupakan variabel utama
karena ada dua alasan, yaitu: 1.
Menunjukkan hubungan dengan faktor kinerja, dan 2.
Merupakan preferensi nilai yang dipegang banyak peneliti perilaku organisasi.
Dari pendapat para peneliti di atas maka dapat kita simpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perilaku emosional yang positif seorang karyawan terhadap
situasi dan kondis kerja. Keyakinan bahwa pekerja yang puas lebih produktif daripada yang tidak puas menjadi pendirian banyak manajer bertahun – tahun.
Namun, pada kenyataanya mempertahankan asumsi hubungan kausal tersebut
Universitas Sumatera Utara
banyak peneliti menghasilkan nilai yang menolak bahwa kepuasan kerja merupakan tujuan yang legitimate suatu organisasi.
2.4.4.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja dan Respons Terhadap Ketidakpuasan Kerja
Menurut Herzberg dalam Ayu Sriathi, Mujiati dan Ardana, 2009 : 23 ada lima aspek, sebagai berikut :
a. Kompensasi.
b. Promosi peningkatan jembatan.
c. Lingkungan fisik ventilasi, warna, penerangan, bunyi, dan lain – lainaa.
d. Lingkungan non fisik hubungan kerja dengan atasan – bawahan, ataupun
rekan kerja, kesempatan dalam pengambilan keputusan. e.
Karakteristik pekerjaan variasi pekerjaan, prospek pekerjaan.
Menurut Ayu Sriathi, Mujiati dan Ardana 2009 : 24 ada beberapa cara karyawan mengungkapkan ketidakpuasannya sebagai berikut :
1. Eksit berhenti.
2. Suara voice.
3. Kesetiaan loyaliti.
4. Pengabaian.
Universitas Sumatera Utara
Gambaran tentang respons pekerja terhadap ketidakpuasan kerja seperti pada gambar 2.2, yaitu :
Gambar 2.2: Respons Terhadap Ketidakpuasan
Sumber : Wibowo, 2012:517
2.4.4.3 Teori Kepuasan Kerja
Menurut Wibowo 2012 : 502 teori kepuasan kerja terbagi atas dua teori yaitu sebagai berikut:
1. Two – Factor Theory
teori kepuasan kerja yang menganjurkan bahwa satisfaction kepuasan dan dissatisfaction ketidakpuasan merupakan bagian dari kelompok variabel yang
berbeda, yaitu motivators dan hygiene factors.
2. Value Theory
Kepuasan kerja terjadi pada tingkatan di mana hasil pekerjaan diterima individu seperti diharapkan.
Menurut Sopiah 2008 : 172 mengatakan bahwa terdapat tiga teori kepuasan kerja, di antaranya adalah:
1. Discrepancy Theory
Menjelaskan bahwa kepuasan kerja adalah selisih dari sesuatu yang seharusnya ada dengan sesuatu yang sesungguhnya ada.
2. Equity Theory
Karyawan atau individu akan merasa puas terhadap aspek – aspek khusus dari pekerjaan mereka.
Active
Exit Voice Destructive
Constructive Neglect Loyal
Passive
Universitas Sumatera Utara
3. Oppenent – Process Theory
Menekankan pada upaya seorang dalam mempertahankan keseimbangan emosionalnya. Maksudnya, perasaan puas atau tidak puas merupakan masalah
emosional.
2.1.4.4 Dimensi dan Indikator Kepuasan Kerja
Menurut Sopiah 2008 : 172 dari beberapa pendapat dari para ahli dapat disimpulkan bahwa dimensi dan indikator kepuasan kerja adalah :
a. Promosi adalah tersedianya peluang – peluang untuk mencapai kemajuan
dalam jabatan. Indikatornya adalah Kesempatan untuk promosi, Pekerjaan buntu, Promosi pada kemampuan, Kesempatan baik untuk promosi,
Kebijakan promosi tidak adil.
b. Gaji atau upah adalah jumlah gaji atau upah yang diterima dan kelayakan
imbalan tersebut. Indikatornya adalah Adil, Rendah, Pendapatan yang memadai untuk biaya promosi, Dibayar dengan baik, Aman.
c. Pekerjaan itu sendiri adalah tingkat hingga di mana tugas – tugas
pekerjaan dianggap menarik dan memberikan peluang untuk belajar dan menerima tanggung jawab. Indikatornya adalah Memberikan rasa
keberhasilan, Membosankan, Memuaskan,Tidak menarik, Menantang.
d. Supervisi adalah kemampuan sang supervisor untuk menunjukkan
perhatian terhadap karyawan. Indikatornya adalah Memuji kerja yang baik, Bijaksana dan Up to Date.
e. Teman kerja adalah tingkat hingga di mana para rekan sekerja bersikap
bersahabat, kompeten, dan saling bantu membantu. Indikatornya adalah Bermanfaat, Membosankan, Cerdas, Malas, Bertanggung jawab.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu tentang Pengaruh Kecerdasan Emosional, Komitmen Organisasional dan Kepuasan Kerja terhadap Perilaku Kewargaan
Organisasional OCB, dari hasil penelitian terdahulu sebagai berikut :
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu
NO NAMA
PENELITI PENELITIAN
METODE – METODE
ANALISIS METODE
PENGUMPULAN DATA
POPULASI HASIL PENELITIAN
1 Dyna Herlina
S. 2013 Pengaruh
Kepuasan Kerja dan Komitmen
Organisasi terhadap
Organizational Citizenship
Behavior Studi Pada Karyawan
Fakultas Ilmu Sosial
dan Ekonomi
Universitas Negeri
Yogyakarta Metode analisis
yang digunakan adalah analisis
regresi linier
berganda Metode pengumpulan
datanya menggunakan metode survey
Populasi berjumlah 69
orang karyawan pada Bagian Tata
Usaha FISE UNY Variabel kepuasan kerja
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap variabel organizational
citizenship behavior karyawan FISE UNY,
Variabel komitmen organisasi tidak memiliki
pengaruh terhadap variabel kepuasan kerja
karyawan FISE UNY, Besarnya
pengaruh variabel kepuasan kerja
dan komitmen organisasi terhadap organizational
citizenship behavior.
2 Eka Afnan
T, Noormijati
2012 Pengaruh
Kecerdasan Emosional,
Stres Kerja dan Kepuasan Kerja
terhadap Komitmen
Organisasional Metode analisa
yang digunakan adalah analisis
jalur Metode pengumpulan
datanya menggunakan metode sensus
Populasi berjumlah 124
orang karyawan pada
unit perawatan Rumah
Sakit Panti Waluya Malang
Kecerdasan emosional dan kepuasan kerja
mempengaruhi positif dan signifikan terhadap
komitmen organisasional,
sedangkan stress kerja berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap komitmen
organisasional. Selain itu kecerdasan emosional
dan stress kerja berpengaruh langsung
terhadap komitmen Organisasional melalui
kepuasan kerja.
Universitas Sumatera Utara
3 Reksa
Anindya 2012
Pengaruh komitmen
keorganisasian dan kecerdasan
emosional karyawan
terhadap organizational
citizenship behavior
karyawan Departemen
Unit X Kompas Gramedia
Metode analisa yang digunakan
adalah Analisis regresi
linier berganda
Metode pengumpulan datanya menggunakan
metode survey Populasi
berjumlah 300
orang karyawan yang aktif pada
Departemen Unit X Kompas
Gramedia Ada pengaruh positif
signifikan antara Komitmen Organisasi
terhadap OCB, Ada pengaruh positif
signifikan antara Kecerdasan Emosi
terhadap OCB, Ada pengaruh yang positif
signifikan antara Komitmen Organisasi
dan Kecerdasan Emosi terhadap OCB.
4 Hassanreza
Zeinabadi 2010
Job satisfaction and
Organizational Citizen
Behavior of Teacher
Kepuasan kerja dan
Perilaku Kewargaaan
Organisasional dari Guru
Metode analisa yang digunakan
adalah Analisa Jalur
Metode pengumpulan datanya menggunakan
metode survey Populasi
berjumlah 652
orang Guru pada Sekolah Dasar di
10 Wilayah Teheran, Iran
Kepuasan kerja intrinsik adalah variabel dominan
yang mempengaruhi OCB langsung melalui
peran mediasi parsial komitmen nilai.
5 Rahayu Sri
Purnami 2013
Pengaruh Kepuasan Kerja
dan Komitmen Organisasional
Terhadap Perilaku
Kewargaan Organisasional
serta Implikasinya
Terhadap Kinerja Pegawai
Administrasi Politeknik
Komputer Niaga LPKIA
Bandung Metode analisa
yang digunakan adalah Analisis
Jalur Metode pengumpulan
datanya menggunakan metode survey
Populasi berjumlah
300 orang karyawan
Kepuasan kerja tidak berpengaruh positif
terhadap perilaku kewargaan
organisasional, kepuasan kerja terdapat pengaruh
positif dari komitmen organisasional terhadap
perilaku kewargaan organisasional, tidak
terdapat pengaruh positif antara kepuasan kerja
terhadap kinerja pegawai, tidak terdapat
pengaruh positif antara komitmen organisasional
terhadap kinerja pegawai, dan terdapat
pengaruh positif antara perilaku kewargaan
organisasional terhadap kinerja pegawai
6 Mohammad
Sheik dan Anisa H
2012 Relationship
Between Organizational
Commitment and
Organizational Citizenship
Behavior Metode analisa
yang digunakan adalah Analisa
Jalur Metode pengumpulan
datanya menggunakan metode data primer
dan skunder Populasi
berjumlah 150 orang karyawan
Membangun komitmen normatif dan komitmen
yang berkelanjutan
memiliki dampak yang signifikan terhadap
OCB, sedangkan
komitmen afektif tidak memiliki dampak
Universitas Sumatera Utara
signifikan terhadap OCB.
7 Erum Irshad
dan Summaira
Naz 2011 Job Satisfaction,
Organizational Commitment
and Personality Traits: A
relationship Study
Kepuasan Kerja,
Komitmen Organisasi dan
Kepribadian Sifat: Hubungan
Studi Metode analisa
yang digunakan adalah Analisa
regresi linier
berganda Metode pengumpulan
datanya menggunakan metode Kuesioner
Populasi berjumlah
100 orang Guru pada
sekolah dasar di Pakistan
Korelasi positif yang signifikan
antara kepuasan kerja
dan komitmen organisasi
karyawan; hubungan
negatif yang signifikan neurotisisme
dengan kepuasan kerja
dan komitmen organisasi;
ekstroversi, keterbukaan terhadap
pengalaman, keramahan,
dan hati nurani
menunjukkan korelasi positif yang
signifikan dengan
kepuasan kerja dan
komitmen organisasi. Usia yang signifikan,
pendidikan, gaji, dan perbedaan
status perkawinan
terhadap kepuasan kerja
dan komitmen organisasi
karena semua variabel demografis
yang berkorelasi
positif kepuasan kerja
dan komitmen organisasi.
8 William
2013 Pengaruh
Komitmen Organisasional
dan Kepuasan Kerja terhadap
Organizational Citizenship
Behavior di PT. CB Capital
Metode analisa yang digunakan
adalah Analisa regresi linier
berganda Metode pengumpulan
datanya menggunakan metode Kuesioner
Populasi berjumlah 150
orang karyawan pada PT. CB
Capital Komitmen
organisasional berpengaruh positif dan
signifkan terhadap organizational
citizenship
behavior, kepuasan kerja karyawan
berpengaruhi positif dan signifikan terhadap
organizational citizenship
behavior, komitmen organisasional
dan kepuasan kerja karyawan berpengaruh
positif terhadap organizational
citizenship behavior berpengaruh baik secara
serentak maupun secara parsial.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual