Pengaruh Bimbingan Teknis Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa

2.4. Pengembangan Hipotesis Penelitian

2.4.1. Pengaruh Bimbingan Teknis Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengamanatkan pemerintah desa untuk lebih mandiri dalam mengelola pemerintah dan berbagai sumber daya alam yang dimiliki, termasuk didalamnya pengelolaan keuangan dan kekayaan milik desa. Peran besar yang diterima desa, tentunya juga diimbangi dengan tanggungjawab yang besar pula, oleh karena itu pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam tata pemerintahannya, di mana semua akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan. Namun demikian, peran dan tanggungjawab yang diterima oleh desa belum diimbangi dengan sumber daya manusia SDM baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sebagaimana diamanatkan dalam UU Desa, pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupatenkota turut membantu memberdayakan masyarakat desa dengan pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan pembangunan desa, sehingga diperlukan suatu bimbingan teknis pengelolaan keuangan desa baik guna meningkatkan pemahaman bagi aparatur pemerintah desa dalam pengelolaan keuangan desa, meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan meningkatkan kualitas laporan keuangan dan tata kelola sehingga akan terwujud suatu akuntabilitas pengelolaan keuangan desa. Penelitian Anwar 2015 dari kuisioner yang disebarkan ke 5 desa di Kecamatan Ngaglik peneliti menjelaskan bahwa hanya 2 desa yang memahami laporan keuangan desa, atas dasar tersebut dapat disimpulkan bahwa masih sedikitnya desa yang memiliki SDM memadai, sehingga Bimbingan teknis terkait pengelolaan keuangan desa masih sangat diperlukan. Penelitian Akang 2015 menyebutkan bahwa komunikasi telah dilakukan dengan baik melalui sosialisasi, pembekalan dan pelatihan terhadap perwakilan perangkat desa yang berpengaruh pada siapnya desa Landungsari dalam implementasi kebijakan program ADD sesuai dengan UU Nomor 6 Tahun 2014. Di sini dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya pengaruh bimbingan teknis melalui sosialisasi, pelatihan, maupun pembekalan yang intensif akan mendukung Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan desa. H1 : Bimbingan Teknis Berpengaruh Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa 2.4.2. Pengaruh Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi tupoksi dalam Organisasi Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Pemahaman tugas pokok dan fungsi berarti masing-masing dari orang- orang yang ada dalam organisasi memahami tugas dan perannya dalam mewujudkan tujuan organisasi. Pemahaman fungsi di sini menjadi penting karena dengan memahami fungsinya dalam organisasi diharapkan tidak akan ada ketimpangan dalam melaksanakan pekerjaan juga mengurangi kemungkinan terjadinya kecurangan karena perannya yang lebih dari 1 bidang pekerjaan. Pemahaman fungsi aparatur desa akan berpengaruh pada tugas-tugas dan kewenangannya dalam organisasi. Ketika aparatur desa telah memahami tugas dan kewenangannya dalam organisasi maka diharapkan ia dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif dan efisien sehingga akan mendukung terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik serta pertanggungjawaban atas penyelenggaraan pemerintahan tersebut. Penelitian Rahmawati 2015 memberikan saran hendaknya kepala desa tidak memegang kendali penuh pada pengelolaan keuangan desa, namun dilaksanakan sesuai peraturan dan job description yang ada, dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman akan fungsi dalam organisasi memiliki pengaruh penting dalam pengelolaan keuangan desa. Hal ini berarti semakin paham aparatur desa akan fungsinya dalam pemerintahan desa maka akan berpengaruh pada semakin terwujudnya akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan desa. H2 : Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi tupoksi dalam Organisasi Berpengaruh Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa 2.4.3. Pengaruh Pemahaman Mekanisme Penatausahaan Keuangan Desa Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Adanya alokasi dana dari pusat menimbulkan kewajiban bagi pemerintah desa di Kabupaten Kebumen untuk melaporkan pertanggungjawaban penggunaan dana tersebut. Pertanggungjawaban penggunaan Alokasi Dana Desa ADD terintegrasi dengan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa APBDesa dilaporkan oleh pemerintah desa secara berkala. Bentuk pertanggungjawabannya adalah pertanggungjawaban APBDesa. Kewajiban untuk melaporkan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa ini menuntut kepala desa dan pamong desa untuk mampu menginterpretasikan peraturan-peraturan yang mengikat dalam proses pertanggungjawaban tersebut. Kepala desa sebagai pemegang kekuasaan pengelola keuangan desa memiliki kewenangan menetapkan bendahara desa untuk melaksanakan penatausahaan keuangan desa. Bendahara adalah pamong desa yang ditunjuk oleh kepala desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan atau membayar, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa Permendagri No 113 Tahun 2014. Penelitian terdahulu berkaitan dengan pengelolaan dana desa yaitu Subroto 2009 menyatakan dalam hasil penelitiannya mengenai akuntabilitas pengelolaan dana desa menunjukkan bahwa untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan alokasi dana desa, sudah menampakkan adanya pengelolaan yang akuntabel dan transparan, sedangkan dalam pertanggungjawaban dilihat secara hasil fisik sudah menunjukkan pelaksanaan yang akuntabel dan transparan, namun dari sisi administrasi masih diperlukan adanya pembinaan lebih lanjut, karena belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan. Akutabilitas dalam pengelolaan keuangan desa sangat rendah karena tidak adanya keterlibatan antara masyarakat dan BPD Badan Permusyarawatan Desa. Besarnya peran bendahara dalam penatausahaan keuangan desa menuntutnya untuk memiliki keahlian dan kemampuan dalam melaksanakan pengelolaan keuangan pemerintahan desa. Bendahara desa wajib menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran desa, dengan menggunakan sistem akuntansi yang berterima umum sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan SAP Subroto, 2009:13. Proses penerimaan dan pengeluaran uang wajib dipertanggungjawabkan oleh bendahara desa melalui laporan pertanggungjawaban keuangan desa. Mulai dari siklus pengelolaan keuangan desa inilah bendahara desa menjadi bagian yang cukup penting, terutama pada tahap penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban Sejati, 2012. Bendahara sebagai penanggungjawab dalam seluruh proses penatausahaan keuangan yang ada di pemerintahan desa sampai pada penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan dihadapkan pada keharusan untuk memiliki pengetahuan yang memadai di bidang keuangan desa. Pengelola keuangan desa, khususnya dalam hal ini yaitu bendahara desa harus dapat memahami penatusahaan keuangan desa dengan baik dan benar karena suatu pemerintahan desa yang baik diperlukan sistem pengelolaan keuangan desa yang baik, transparan, akuntabel dan berkeadilan Maryunani, 2006. Pengelolaan keuangan desa yang baik tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan ekonomi desa yang kuat dan mandiri. Di sini dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya pengaruh pemahaman mekanisme penatausahaan akan mendukung Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan desa. H3 : Pemahaman Mekanisme Penatausahaan Keuangan Desa Berpengaruh Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa 53

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian hypothesis testing study, untuk menguji pengaruh antar variabel yang dihipotesiskan dalam penelitian. Penelitian kuantitatif merupakan jenis penelitian yang menggunakan pendekatan positivism, eksperimental, dan empiris. Pendekatan tersebut digunakan dalam penelitian yang menekankan pada pengujian-pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dalam angka Quantitative dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik dan atau permodelan matematis Efferin, dkk, 2004:34. Penelitian kuantitatif melihat hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat kausal, sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen. Setelah variabel tersebut ditentukan selanjutnya dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen Sugiyono, 2012:11. Penelitian ini menggunakan pendekatan statistik inferensial. Menurut Sugiyono 2012:148 Statistik inferensial, sering juga disebut statistik induktif atau statistik probabilitas, adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini cocok digunakan apabila sampel diambil dari populasi yang jelas dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random.