Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

4 4. Hukuman lain yang ditentukan oleh ulil amri dan kemaslahatan umum. 6 Berdasarkan jenis-jenis hukuman takzir tersebut di atas, maka hukuman yang diberikan kepada pelaku tindak pidana pemalsuan surat adalah hukuman jilid dan pengasingan. Umar ibn Al- khattab terhadap Mu’an Ibn Zaidah yang memalsukan stempel Bait al-mal. Demikian pula terhadap tindak pidana pemalsuan Al-Quran. Khalifah Umar Ibn Al- khattab mengasingkan Mu’an Ibn Zaidah setelah sebelumnya dikenakan hukuman takzir. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan kewenangan lainya, yang ditentukan oleh Undang-Undang. Keberadaan notaris sangat penting artinya dalam pembuatan alat-alat bukti yang bersifat otentik, yang mungkin dipergunakan kelak oleh para pihak dalam suatu persidangan di pengadilan. Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna volledijg bewijs, artinya terhadap bukti tersebut dalam pengadilan dianggap benar, tanpa diperlukan lagi pengakuan dari para pihak. Notaris sebagai pejabat umum diangkat oleh Negara, bekerja juga untuk kepentingan Negara, namun demikian notaris bukanlah pegawai sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian, sebab dia tidak menerima gaji, dan hanya menerima honorarium atau fee dari klien, dan dapat dikatakan bahwa notaris adalah pegawai pemerintah tanpa menerima suatu gaji dari pihak pemerintah, notaris 6 A. Rahman I, Doi., Penjelasan lengkap hukum-hukum Allah syara, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, Cet 1, h, 292. 5 dipensiunkan oleh pemerintah, akan tetapi tidak menerima pensiun dari pemerintah. Karena tugas yang diemban oleh notaris adalah tugas yang seharusnya merupakan tugas pemerintah, maka hasil pekerjaan notaris mempunyai akibat hukum, notaris dibebani sebagian kekuasaan Negara dan memberikan pada aktanya kekuatan otentik dan eksekutorial. 7 Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik sejauh pembuatan akta otentik tidak dikhususkan kepada pejabat umum lainnya. Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan oleh peraturan perundang- undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum. Selain itu, akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan notaris, bukan saja karena diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus bagi masyarakat secara keseluruhan. Kedudukan seorang notaris sebagai suatu fungsionaris dalam masyarakat sehingga sekarang dirasakan masih disegani. Seorang notaris biasanya dianggap sebagai pejabat tempat seorang dapat memperoleh nasihat yang boleh 7 Lubis Suhrawadi, Etika Profesi Hukum Jakarta: Sinar Grafika, 2006, h. 35. 6 diandalkan. Segala sesuatu yang ditulis serta ditetapkannya konstatir adalah benar, ia adalah pembuat dokumen yang kuat dalam suatu proses hukum. 8 Dalam praktik notaris ditemukan kenyataan, jika ada akta notaris dipermasalahkan oleh para pihak atau pihak lainnya, maka sering pula notaris ditarik sebagai pihak yang turut serta melakukan atau membantu melakukan suatu tindak pidana, yaitu membuat atau memberikan keterangan palsu ke dalam akta notaris. Hal ini pun memberikan kerancuan, apakah mungkin notaris secara sengaja culpa atau khilaf alpa bersama-sama para penghadappihak untuk membuat akta yang diniatkan sejak awal untuk melakukan suatu tindak pidana. Dalam kaitan ini tidak berarti notaris steril bersih dari hukum atau tidak dapat dihukum atau kebal terhadap hukum. Notaris bisa saja dihukum pidana, jika dapat dibuktikan di pengadilan, bahwa secara sengaja atau tidak disengaja notaris bersama-sama dengan para pihak untuk membuat akta dengan maksud dan tujuan untuk menguntungkan pihak atau penghadap tertentu saja atau merugikan pihak yang lain-lain. Jika hal ini terbukti, maka notaris tersebut wajib dihukum. Oleh karena itu, hanya notaris yang tidak jujur dalam menjalankan tugas jabatannya, ketika membuat akta untuk kepentingan pihak tertentu dengan 8 Mahmud Mulyadi, Perlindungan Hukum Terhadap Notaris Indikator Tugas-Tugas Jabatan Notaris yang Berimplikasi Perbuatan Pidana, Jakarta: P.T Sofmedia, 2011, h. 2. 7 maksud untuk merugikan pihak tertentu atau untuk melakukan suatu tindakan yang melanggar hukum. 9 Dalam Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun 2004 UUJN ketika notaris dalam menjalankan tugas jabatanya terbukti melakukan pelanggaran, maka notaris dapat dikenai atau dijatuhi sanksi adminitrasi, sanksi perdata, sanksi pidana dan sanksi kode etik. Dan sanksi sanksi tersebut telah diatur sedemikian rupa, baik sebelumnya dalam Peraturan Jabatan Notaris PJN dan sekarang dalam Undang-Undang jabatan notaris UUJN dan kode etik jabatan notaris, dan tidak mengatur adanya sanksi pidana terhadap notaris. Dalam praktik ditemukan kenyataan bahwa suatu tindakan hukum atau pelanggaran yang dilakukan notaris sebenarnya dapat dijatuhi sanksi administrasi atau perdata atau kode etik jabatan notaris, tapi kemudian ditarik atau dikualifikasikan sebagai suatu tindak pidana yang dilakukan oleh notaris. 10 Pengkualifikasian tersebut berkaitan dengan aspek-aspek seperti: 1. kepastian hari, tanggal, bulan, tahun, dan pukul menghadap; 2. pihak siapa-orang yang menghadap notaris; 3. tanda tangan yang menghadap; 4. salinan akta tidak sesuai dengan minuta akta; 11 9 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Bandung: Refika Aditama, 2009, h. 24. 10 Adjie, Hukum Notaris Indonesia.,h.25. 11 Minuta= akta asli yang disimpan dalam protocol notaris. Dalam minuta ini juga tercantum asli tanda tangan, paraf para penghadap atau cap jempol kiri dan kanan, para saksi dan notaries. 8 5. salinan akta ada, tanpa dibuat minuta akta; dan 6. minuta akta tidak ditandatangani secara lengkap, tapi minuta akta dikeluarkan. Aspek –aspek akta notaris tersebut di atas, dapat saja dijadikan dasar atau batasan untuk mempidanakan notaris, sepanjang aspek-aspek tersebut terbukti secara sengaja dengan penuh kesadaran dan keinsyafan serta direncanakan oleh notaris dan para pihakpenghadap yang bersangkutan, bahwa akta yang dibuat di hadapan dan oleh notaris untuk dijadikan suatu alat suatu tindak pidana. Aspek lainnya yang perlu untuk dijadikan batasan yang dilanggar oleh notaris harus diukur berdasarkan UUJN, artinya apakah perbuatan yang dilakukan oleh notaris melanggar pasal-pasal tertentu dalam UUJN, karena ada kemungkinan menurut UUJN bahwa akta yang bersangkutan telah sesuai dengan UUJN, tapi menurut pihak penyidik perbuatan tersebut merupakan suatu tindak pidana. Dengan demikian sebelum melakukan penyidikan lebih lanjut, lebih baik meminta pendapat dari mereka yang mengetahui dengan pasti dari para notaris mengenai hal tersebut, dari organisasi jabatan notaris. Dengan demikian pemidanaan terhadap notaris dapat saja dilakukan dengan batasan, jika: 1. Ada tindakan hukum dari notaris terhadap aspek lahir, formal, dan materil akta yang sengaja penuh kesadaran dan keinsyafan serta direncanakan, bahwa akta yang dibuat di hadapan notaris atau oleh notaris bersama-sama sepakat para penghadap untuk dijadikan dasar untuk melakukan suatu tindak pidana; 9 2. Ada tindakan hukum dari notaris dalam membuat akta di hadapan atau oleh notaris yang jika diukur berdasarkan UUJN tidak sesuai dengan UUJN; dan 3. Tindakan notaris tersebut juga tidak sesuai menurut instansi yang berwenang untuk menilai tindakan suatu notaris, dalam hal ini majelis pengawas notaris. Penjatuhan sanksi pidana terhadap notaris dapat dilakukan sepanjang batasan-batasan sebagaimana tersebut di atas dilanggar artinya di samping memenuhi rumusan pelanggaran yang tersebut dalam Undang-Undang Jabatan Notaris UUJN, kode etik jabatan notaris juga harus memenuhi rumusan yang tersebut dalam KUHP. 12 Berangkat dari dasar pemikiran tersebut, penulis tertarik mengangkat tema tersebut dalam sebuah skripsi dengan judul : “Kajian Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemalsuan Akta Otentik oleh Notaris Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 1568 KPid2008.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat begitu kompleknya hal-hal yang berhubungan dengan masalah tindak pidana pemalsuan akta otentik, dan guna menghindari kesalah fahaman serta untuk mencapai kesamaan persepsi dalam masalah yang hendak penulis bahas, maka penulis merasa perlu untuk memberikan suatu batasan 12 Adji, Hukum Notaris Indonesia, h.29-30. 10 dan rumusan terhadap masalah yang akan dikaji. Pembahasan skripsi ini akan dibatasi disekitar msalah-masalah tindak pidana pemalsuan akta otentik. Dalam masalah putusan hakim yang akan dianalisis oleh penulis, maka penulis akan menganalisis putusan Mahkamah Agung yang terjadi tahun 2008 dengan nomor putusan No. 1568 KPid2008 tentang pemalsuan akta otentik oleh notaris. Namun tidak menutup kemungkinan untuk lebih memperjelas pembahasan, penulis akan menyinggung hal-hal lain yang ada kaitannya dengan permasalahan tersebut.

2. Perumusan Masalah

Dengan mengacu pada pembatasan masalah di atas, untuk mendapatkan hasil yang baik, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana pandangan hukum pidana Islam dan positif terhadap tindak pidana pemalsuan akta otentik oleh notaris ? b. Bagaimana pandangan hukum pidana Islam terhadap pertimbangan hakim Mahkamah Agung tentang sanksi pada putusan kasasi No. 1568 KPid2008 dalam masalah tindak pidana pemalsuan akta otentik oleh notaris ? 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Supaya pembahasan tentang tindak pidana pemalsuan akta otentik oleh notaris lebih terarah dan mendalam sesuai dengan permasalahan- permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah: a. Untuk mengetahui dan menjelaskan perspektif hukum pidana Islam dan hukum positif terhadap tindak pidana pemalsuan akta otentik oleh notaris. b. Untuk dapat menjelaskan analisis Putusan Mahkamah Agung No. 1568 KPid2008 tentang tindak pidana pemalsuan akta otentik oleh notaris. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat pada penelitian ini sebagai berikut : a. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan tentang tindak pidana pemalsuan akta otentik oleh notaries baik dari hukum Islam maupun hukum positif. b. Dapat mengetahui dasar hukum atas tindak pidana pemalsuan akta otentik oleh notaris. c. Dapat menjadi tulisan yang relative komprehensif tentang analisis Putusan Mahkamah Agung No. 1568 KPid2008.

D. Kajian review Studi Terdahulu

Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk pada skripsi yang pernah membahas seputar tindak pidana pemalsuan surat dan peran notaris. 12 Berikut review data yang menyinggung mengenai bahasan tindak pidana pemalsuan akta otentik oleh notaris dan peran notaris. 1. Judul Skripsi: “Tindak Pidana Pemalsuan Surat dalam Pandangan Hukum Pidana Islam Kajian Atas Putusan Pengadilan Negeri Depok.” yang ditulis oleh Dewi Kurnia Sari, menjelaskan tentang gambaran umum tindak pidana pemalsuan surat menurut hukum positif dan hukum Islam dan bagaimana hukuman yang diberikan oleh pengadilan negeri depok dalam tindak pidana pemalsuan surat. Didalam penulisannya tidak menjelaskan bentuk dan jenis pemalsuan akta otentik, motif dan tujuan pemalsuan akta otentik, dan tindak pidana pemalsuan akta otentik oleh notaris. 2. Judul Skripsi: “Peranan Notaris dalam Membuat Akta Akad Pembiayaan di Bank Syariah Penelaahan Terhadap Akad Pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia.” yang ditulis oleh Nurul Iman, menjelaskan tentang peran notaris, bagaimana karakteristik akad di perbankan syariah, apa saja yang harus dikuasai notaris di perbankan syariah peran notaris dalam membuat akta akad pembiayaan di bank. Sedangkan penulis berusaha membahas secara lebih mengenai praktik notaris dalam Islam, macam – macam akta notaris, dan tindak pidana pemalsuan akta otentik yang dilakukan oleh notaris. 3. Judul skripsi “tinjauan yuridis terhadap notaris dalam hukum positif” yang ditulis oleh Yuni Wahyu FH UI. Dalam skripsinya menjelaskan tentang notaris dalam pelaksanaan jabatannya, kasus pelanggaran yang dilakukan oleh notaris yang melakukan pelanggaran, dalam skripsi penulis membahas lebih

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122

Kajian hukum pidana Islam terhadap putusan hakim tentang pemalsuan akta otentik oleh notaris : analisis putusan Mahkamah Agung nomor 1568 K/PID/2008

1 19 0

PENERAPAN TEORI PENAFSIRAN HUKUM OLEH HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN AKTA OTENTIK YANG DILAKUKAN NOTARIS.

0 2 11

PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM ATAS PEMBUATAN AKTA OTENTIK (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 1873 K/PDT/2012).

0 0 14

TINDAK PIDANA PEMALSUAN AKTA OTENTIK YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 1860 K/PID/B/2010.

0 1 13

Pertanggungjawaban Pidana Notaris Dalam pemalsuan Akta Otentik (Studi tentang putusan Mahkamah Agung republik Indonesia Nomor:1014k/Pid/2013) Pertanggungjawaban Pidana Notaris Dalam pemalsuan Akta Otentik (Studi tentang putusan Mahkamah Agung republik Ind

0 1 11