23
untuk menetapkannya. Hukuman takzir ini jenisnya beragam, namun secara garis besar dapat dikelompokkan kepada empat kelompok, yaitu sebagai berikut.
1. Hukuman takzir yang mengenai badan, seperti hukman mati dan jilid
dera 2.
Hukuman yang berkaitan dengan kemerdekaan seseorang, seperti hukuman penjara dan pengasingan.
3. Hukuman takzir yang berkaitan dengan harta, seperti denda,
penyitaanperampasan harta, dan penghancuran barang. 4.
Hukuman-hukuman lain yang ditentukan oleh ulil amri demi kemaslahatan umum.
5
F. Tindak Pidana Pemalsuan Surat Menurut Hukum Pidana Islam
1. Definisi Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pemalsuan Surat
Di dalam hukum Islam, tindak pidan a dikenal dengan istilah “jinayah”
atau “jarimah”. Pengertian “jinayah yang didefinisikan sebagai larangan- larangan hukum yang diberikan allah yang pelanggarannya dikenakan hukuman
baik berupa hal atau takzir. Para ahli hukum Islam, jinayah adalah sinonim dengan kejahatan. Namun
di Mesir, istilah ini memiliki konotasi yang berbeda. Ia diterapkan untuk kejahatan yang diancam dengan hukuman mati, kerja paksa seumur hidup atau
5
Muslich, Hukum Pidana Islam, h.258
24
penjara. Dengan kata lain hanya ditujukan bagi kejahatan berat. Sementara syariah memerlukan setiap kejahatan sebagai jinayah.
6
Hukum pidana Islam dalam artinya yang khusus membicarakan tentang satu persatu perbuatan beeserta unsure-unsurnya yang berbentuk jarimah dibagi
tiga golongan, yaitu golongan hudud yaitu golongan yang diancam dengan hukuman had, golongan qishash dan diyat yaitu golongan yang diancam dengan
hukuman qishash dan diyat, dan golongan takzir yaitu golongan yang diancam dengan hukuman takzir.
7
Berdasarkan salah satu jenis jarimah takzir yang berkaitan dengan kemaslahatan umum menurut Abdul Aziz Amir tersebut, yakni jarimah
pemalsuan tanda tangan dan stempel, maka terlihat adanya kesesuaian antara jarimah pemalsuan tangan dan pemalsuan stempel tersebut dengan tindak pidana
pemalsuan surat. Mengingat dari ketiga jarimah tersebut terdapat persamaan dalam perbuatan yakni adanya perbuatan, proses atau cara memalsukan adanya
objek, di mana objek tersebut dapat berupa tanda tangan, suratnya, dan stempel baitul mal atau Al-Quran. Biasanya pemalsuan itu dilakukan terhadap tanda
tangan pejabat atau stempel yang seharusnya ada dalam surat tersebut Di dalam hukum Islam belum ada pembahasan secara jelas dan khusus
mengenai pemalsuan surat. Akan tetapi, terlihat adanya kesesuaian antara
6
Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, Bandung: Asy-Syamil, 2001, cet 2, h. 132-133.
7
Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995, cet 7, h.48.