35
dilakukan perbuat memalsu yang akibatnya surat yang semula benar menjadi surat yang semula benar dan bertentangan dengan kebenaran atau palsu.
Surat yang berisi suatu perikatan pada dasarnya adalah berupa surat yang karena perjanjian itu melahirkan hak. Misalnya surat jual beli melahirkan hak si penjual
untuk menerima uang pembayaran harga benda, dan pembeli mempunyai hak untuk memperoleh atau menerima benda yang dibelinya.
6
Begitu juga dengan surat yang berisi pembebasan hutang. Lahirnya pembebasan hutang pada
dasarnya disebabkan karena dan dalam hubungannya dengan suatu perikatan. Misalnya suatu kwitansi yang berisi penyerahan sejumlah uang tertentu dalam
hal dan dalam hubungannya dengan misalnya jual beli, hutang piutang dan lain sebagainya.
C. Bentuk Dan Jenis Pemalsuan Akta Otentik
Pada setiap tindak kejahatan terdapat banyak cara untuk melakukannya. Termasuk dalam kejahatan pemalsuan dokumen dan tanda tangan, pelakunya
melakukan berbagai cara dalam melaksanakan tindak kejahatannya. Dalam kriminologi, setiap tindak kejahatan, walaupun memiliki tingkat variasi yang
tinggi, namun akan selalu ada pola dan teknik yang akan muncul jika kejahatannya terus berulang. Setiap tindakan kejahatan, lambat laun akan
memunculkan pola pengulangan yang bisa dipelajari sebagai pencegahan. Pola
6
Darus Badrulzaman Mariam, KUHPerdata Buku III, h. 41.
36
dan teknik kejahatan yang selalu muncul berulang-ulang, juga umum dikenal sebagai modus operandi.
7
Dalam tindak kejahatan pemalsuan dokumen, ada berbagai macam modus pemalsuan, tergantung dari jenis dokumen dan juga tujuan si pelaku. Namun
umumnya dalam jenis apapun modus pemalsuan dokumen, pelakunya sudah merencanakan dulu tindak kejahatannya. Dengan kata lain, pemalsuan dokumen
bukanlah kejahatan insidentil seperti street crimes. Pemalsuan dokumen adalah kejahatan terencana. Secara niat dan perbuatan, pelakunya sudah merencanakan
terlebih dahulu skema tindak kejahatannya.
8
Kebenaran pada suatu atau akta otentik sendiri terdiri atas 4 macam, yaitu:
9
1. Surat atau akta yang menimbulkan suatu hak
2. Surat atau akta yang menerbitkan suatu perikatan
3. Surat atau akta yang menimbulkan pembebasan utang
4. Surat atau akta yang dibuat untuk membuktikan suatu halkeadaan tertentu.
Dalam hal surat atau akta ini perbuatan yang dilarang terhadap 4 macam surat tersebut adalah perbuatan membuat surat palsu valschelijk opmakeen atau
tindakan perbuatan memalsu vervalsen. Perbuatan membuat surat palsu adalah suatu perbuatan atau tindakan membuat sebuah surat yang sebelumnya tidak
7
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1986, h. 84.
8
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, h. 92.
9
I. G. Ray Widjaya, Merancang Suatu Kontrak Teori dan Praktek, Bekasi: Kesaint Blanc, 2004, h. 26.
37
adabelum ada, yang sebagian atau seluruh isinya palsu. Surat yang dihasilkan dari perbuatan ini disebut dengan surat palsu.
10
Sementara perbuatan memalsu adalah segala wujud perbuatan apapun yang ditujukan pada sebuah surat yang sudah ada, dengan cara menghapus,
mengubah atau mengganti salah satu isinya surat sehingga berbeda dengan surat semula. Surat ini disebut dengan surat yang dipalsu.
11
Dua unsur perbuatan dan 4 unsur objek surat atau akta tersebut merupakan sesuatu yang bersifat alternative,
dimana dalam mendalilkannya sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada pasal 263 KUHP harus dibuktikan salah satu wujud perbuatannya dan salah satu objek
suratnya. Dimana, dalam proses pembuktiannya melalui dan dengan menggunakan hukum pembuktian sebagaimana telah diatur pada pasal 183 jo 184
KUHAP. Perbuatan membuat surat, adalah melakukan suatu perbuatan dengan cara apapun mengenai suatu surat atau akta misalnya akta kelahiran, sehingga
menghasilkan sebuah akta kelahiran. Hal-hal yang harus dibuktikan mengenai perbuatan membuat ini antara
lain, adalah wujud apa termasuk bagaimana caranya dari perbuatan membuat misalnya menggunakan mesin cetakketik dan sebagainya, dan siapa yang
melakukan wujud tersebut, berikut kapan waktunya tempusnya dan dimana lokasi atau terjadinya peristiwa tersebut lokusnya.
12
Dalam hal ini, semuanya
10
Widjaya, Merancang Suatu Kontrak Teori dan Praktek, h. 29.
11
Widjaya, Merancang Suatu Kontrak Teori dan Praktek, h. 38.
12
R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermesa, 2003, h. 44.
38
harus jelas, artinya dapat dibuktikan tanpa keraguan sama sekali. Tidak cukup adanya fakta kedapatan peada seseorang, atau digunakan sebagai bukti oleh
seseorang mengenai akta tersebut. Dalam hukum pembuktian tidak mengenal dan tidak tunduk pada
anggapan, melainkan harus dibuktikan setidak-tidaknya memenuhi syarat minimal pembuktian. Hukum pembuktian dibuat untuk menjamin kepastian
hukum dan keadilan bagi setiap orang di negara ini, dan untuk menghindari kesewenang-wenangan hakim dalam menjatuhkan suatu putusan atau vonis pada
suatu perkara yang ditanganinnya.
13
Pada pasal 183 KUHAP tentang syarat minimal pembuktian, menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
menjatuhkan pidana, ialah syarat subjektif yang juga harus dilandasi syarat objektif. Harus ada suatu keyakinan hakim yang dibentuk berdasarkan minimal
dua alat bukti yang sah. Dasar keyakinan hakim yang dibentuk atas dasar objektif minimal 2 alat bukti yang sah tersebut adalah hakim yakin tindak
pidana telah terjadi, hakim yakin terdakwa tersebut yang telah melakukannya dan hakim yakin terdakwa telah bersalah dalam melakukan tindak pidana tanpa
adanya hal-hal yang bisa memaafkan atau menghapuskan pidana. Oleh karena itu tidak cukup untuk membentuk keyakinan dari sekedar
fakta bahwa, misalnya sebuah akta kelahiran yang diduga palsu kedapatan pada seseorang, atau fakta ada orang lain yang menyerahkannya kepada orang lain
untuk melakukan suatu perbuatan hukum. Fakta yang seperti ini hanya sekedar
13
Widjaya, Merancang Suatu Kontrak, h. 48.