Hambatan Yang Dihadapi Kurator Dalam Kepailitan Pada PT

Kinerja kurator pemerintah BHP dan kurator swasta tidak ada perbedaan dalam menangani kepailitan PT dan debitur perorangan yang pailit, karena sama- sama sebagai subjek hukum. 139 Namun demikian apabila ada yang tidak kooperatif dengan mereka menolak, baik jika diminta oleh kurator atau tidak untuk kerja sama dalam proses kepailitan, kurator harus tetap berusaha untuk mempeoleh harta pailit denga cara-cara yang ditentukan dalam aturan kepailitan. Dalam hal ketidak kooperatif debitur, kurator mengusulkan kepada hakim pengawas untuk dapat diambil tindakan-tindakan hukum agar yang dinyatakan pailit dapat segera mematuhi proses kepailitan. Tindakan ini antara lain dapat dilakukan dengan cara dengan meminta hakim pengawas untuk mengeluarkan surat panggilan yang bertujuan untuk mematuhi tindakan-tindakan yang telah ditetapkan dalam kepailitan. Hambatan- hambatan yang dialami kurator pemerintah BHP dan kurator swasta hampir semuanya sama, yang sedikit berbeda antara swasta dan pemerintah yaitu : kurator pemerintah BHP ada mempunyai hambatan dalam tempat penyimpanan benda-benda bergerak. Sedangkan kurator swasta tidak mengalami hal demikian, karena benda-benda bergerak cukup diletakkan dimana benda itu berada, cukup hanya diawasi saja, menurut Deni Purba selaku kurator swasta, tidak mungkin 139 Hasil wawancara dengan Kurator swasta Deni Purba sebagai curator swasta pada tanggal 20 juni 2011 barang-barang bergerak yang berat dapat dipindah ketempat yang lain, cukup hanya dilakukan pengawasan saja. 140 Hambatan-hambatan yang ditemui dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit yaitu :

a. Ketidak Kooperatipan Debitur

Ketidak kooperatipan debitur dalam mengatakan jumlah harta yang dimilikinya dapat mempersulit kurator dalam melaksanakan tugasnya. Jika debitor dinilai tidak kooperatif apabila mereka menolak, baik jika diminta oleh kurator atau tidak, untuk bekerjasama dalam menjalankan proses kepailitan. Kerja sama yang dimaksud antara lain: 1 Memberikan seluruh data dan informasi sehubungan dengan harta pailit secara lengkap dan akurat; 2 Menyerahkan seluruh kewenangan harta pailit dan usahanya pada kurator dan tidak lagi menjalankannya sendiri; 3 Jika diminta, membantu kurator dalam menjalankan tugasnya 4 Tidak menghalangi, baik sengaja atau tidak, pelaksanaan tugas kurator. 5 Jika Balai Harta Peninggalan dalam menjalankan tugas dan kewenangannya sebagai kurator harta pailit memerlukan tenaga ahli atau jasa-jasa lain seperti: Akuntan Publik, Konsultaan Pajak, dan Juru Taksir. 140 Hasil wawancara dengan Kurator swasta Deni Purba sebagai kurator swasta pada tanggal 20 juni 2011 Terhadap debitor pailit yang dinilai tidak kooperatif, kurator mengusulkan kepada hakim pengawas untuk dapat diambil tindakan-tindakan hukum agar debitor pailit dapat segera mematuhi proses kepailitan. Tindakan Terhadap debitor pailit yang dinilai tidak kooperatif, kurator mengusulkan kepada hakim pengawas untuk dapat diambil tindakantindakan hukum agar debitor pailit dapat segera mematuhi proses kepailitan. Tindakan ini dapat bervariasi dari yang paling ringan misalnya, dengan meminta hakim pengawas untuk mengeluarkan surat panggilan yang bertujuan untuk menghadirkan debitor pailit ke muka persidangan atau rapat kreditor, surat teguran yang memerintahkan debitor mematuhi tindakan-tindakan khusus dalam kepailitan, ataupun meminta hakim pengawas untuk menggunakan instrument yang tersedia pada Pasal 93 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepilitan, yaitu menahan debitur pailit baik ditempatkan di Rumah Tahanan Negara

b. Keterlambatan koordinasi antara Pengadilan Niaga kepada kurator khususnya BHP

Menurut Pasal 15 ayat 4 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, tentang pengumuman putusan pernyataan pailit disurat kabar dan Berita Negara oleh kurator dengan jangka waktu 7 tujuh hari setelah putusan. Pelaksanaan dari ketentuan ini berhubungan erat dengan waktu penyampaian putusan pailit oleh pengadilan kepada kurator. Keterlambatan penyampaian menyebabkan kurator kesulitan melaksanakan ketentuan tersebut. Hal ini terjadi apabila lambatnya penetapan tentang pernyataan pailit yang dikirim oleh Pengadilan Niaga kepada kurator. Ini dapat menjadi peneyebab terjadinya hambatan kinerja kurator dalam melakukan pemberesan harta pailit. Seharusnya kurator menerima laporan pernyataan pailit 7 tujuh hari setelah penyataan pailit dari Pengadilan Niaga. Tetapi pada kenyataanya kurator terlambat menerima laporan pernyataan pailit, bahkan pernah kurator menerima pernyataannya pailit terjadi bertahun-tahun lamanya. BHP selaku kurator pemerintah pernah mendapatkan pernyataan pailit sampai 3 tiga tahun lamanya. 141 Hal tersebut merupakan kelalaian yang dilakukan pihak Pengadilan dalam membuat salinan putusan oleh Panitera Pengadilan Niaga. 142 Menangani keterlambatan penetapan tentang pernyataan pailit yang diakukan oleh Pengadilan Niaga kepada kurator, maka pihak kurator dalam hal ini mendatangi langsung Pengadilan Niaga untuk mengambil surat putusan pernyataan pailit. Hal ini bertujuan agar mempercepat proses pemberesan harta paiit oleh kurator dan untuk mempercepat proses pengumuman Berita Negara dan Surat Kabar Harian yang terdapat dalam Pasal 15 ayat 4. Tetapi pada kenyataannya kurator tidak pernah mendatangi Pengadilan Niaga, karena sebenarnya itu merupakan kewajiban Pengadilan Niaga yang memberitahukan pernyataan kepailitan. Kurator dalam hal ini 141 Hasil wawancara dengan Bapak Syuhada , Anggota Teknis Hukum pada Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 24 Mei 2011 142 Hasil wawancara dengan Bapak Syuhada , Anggota Teknis Hukum pada Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 30 Mei 2011 dalam menjalankan tugas dan kewenangannya yaitu apabila ia menerima surat putusan dari Pengadilan Niaga dalam hal pernyataan pailit.

c. Ketidak telitian Pengadilan Niaga Dalam Hal Mendata Aset PT yang Pailit.

Dalam hal menangani masalah kepailitan, Pengadilan Niaga sering sekali tidak teliti dalam mendata dan memeriksa aset yang terjadi kepailitan. Ini dapat menimbulkan kesulitan terhadap kurator dalam melaksanakan tugasnya. Karena kurator dalam melakukan pemberesan harta pailit sesuai dengan data yang dia peroleh yaitu dengan cara pemblokiran aset PT. 143 Tetapi secara prakteknya kurator sering sekali terjadi kesulitan dalam melakukan pemberesan harta. Ini disebabkan tidak kooperatifnya pihak yang dinyatakan pailit dalam hal pembeitahuan hartanya. Namun ternyata harta kekayaan yang dinyatakan pailit masih ada sehingga kurator meminta kembali penetapan dari Pengadilan untuk medata kembali harta yang ada dalam PT. Putusan pernyataan pailit yang dikeluarkan oleh Pengadilan tidak terperinci menyebutkan aset PT karena putusan tersebut hanya didasarkan pada kreditur- kreditur yang mengajukan kepailitan. Pada dasarnya Pengadilan Niaga tidak cermat atau sama sekali tidak mengetahui adanya aset lain dalam PT. Maka penetapan pemblokiran tidak akan dikeluarkan oleh pihak Pengadilan Niaga sewaktu pengiriman putusan pernyataan pailit kepada kurator. Penetapan pengadilan tersebut 143 Hasil wawancara dengan Ibu Tety Winarti Ketua Balai Harta Peninggalan pada tanggal 17 April 20011. bertujuan sebagai penunjang tugas kurator yang akan melakukan pemberesan harta pailit. Menurut Pasal 8 ayat 7 UUK-PKPU menganut prinsip keterbukaan yang mana isinya adalah putusan pada ayat 6 yang menganut secara lengkap yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum agar mayarakat dapat mengetahui akibat apa yang timbul dalam kepailitan, sehingga pihak-pihak yang terkait dengan pailitnya PT tersebut tidak dapat dirugikan. Didalam hal ketidak kooperatifan pihak yang dinyatakan dapat menghambat kinerja kurator dalam hal pemberesan harta pailit. Debitur sulit diminta data tentang asetnya, tidak hadir dalam rapat pencocokan piutang yang telah ditetapkan hari dan tanggalnya, Debitor melarikan diri dan lain-lain. Didalam kepailitan PT Direktur menghindar bila diminta data tentang asset PT tersebut oleh Kurator tetang asetnya yang berupa piutang perseroan. PT yang Pailit menjualmenyembunyikan asetnya sebelum dinyatakan pailit. Apabila terjadi hal seperti ini hakim Pengadilan Niaga berhak mengeluarkan surat pernyataan pailit untuk menahan sementara bagi para debitur yang tidak kooperatif sampai proses kepailitan berakhir atau yang biasa disebut dengan paksa badan gijeling.

d. Kurator Tidak Mempunyai Anggaran Sumber Daya Manusia SDM

Dalam hal ini Negara tidak memberi anggaran biaya dalam pelaksanaan tugas kurator. 144 Sehingga menyulitkan kurator dalam pelaksanaan tugasnya sebagai kurator. Belum adanya dana untuk biaya pengurusan dan pemberesan harta pailit. Dana yang dibutuhkan untuk memulai pengurusan dan pemberesan harta pailit mencapai puluhan juta rupiah, sedangkan anggaran rutin yang diberikan oleh pemerintah kapada Balai Harta Peninggalan Medan tidak dapat digunakan lebih dahulu untuk keperluan tersebut karena tidak ada pos untuk keperluan itu. Bahkan untuk keperluan rumah tangga Balai Harta Peninggalan saja sudah sangat minim. 145 Mengingat mutu sumber daya manusia di Balai Harta Peninggalan belum memadai, sedangkan kasus-kasus kepailitan cukup banyak, maka di dalam Undang- undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan, diatur selain Balai Harta Peninggalan, dimungkinkan adanya kurator swasta. Jadi munculnya kurator swasta lebih banyak disebabkan adanya kekhawatiran bila yang pailit adalah perusahaan besar. Kurator dari BHP dituntut untuk memiliki ketrampilan khusus dan pengetahuan yang memadai yang berkaitan dengan tugas dan kewenangannya karena kadang- 144 Hasil wawancara dengan Bapak Syuhada Anggota Teknis Hukum pada Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 30 Mei 2011 145 www.google.co.id diakses pada tanggal 31 Mei 2011 kadang dalam praktek terdapat hal-hal yang belum diatur dalam Undang-Undang maupun peraturan-peraturan pelaksanannya. 146

e. Susahnya Dalam Penjualan Aset Harta Pailit

Dalam penjualan aset pailit, kurator mempunyai kendala. Kurator kesulitan dalam menjual aset yang dinyatakan pailit. 147 Menurut Pasal 185 ayat 1 UUK- PKPU semua benda harus dijual di muka umum sesuai dengan tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. 148 Pihak kurator juga melakukan pengumuman di 2 dua surat kabar harian Nasional. Sedangkan benda yang tidak bergerak tidak harus dijual dimuka umum. Kurator dalam penjualan aset harus mempunyai penaksiran nilai harga, karena kurator dalam melakukan semua benda-benda yang pailit harus dijual dimuka umum sesuai dengan peraturan yang sesuai dengan Pasal 185. Benda-benda yang bersifat bergerak dijual dimuka umum. 149 Yaitu dengan cara Penjualan harta pailit secara pelelangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan bantuan Kantor Pelayanan Piutang Dan Lelang Negara KP2LN. apabila pelelangan yang pertama dilakukan tidak berhasil, maka dilakukan pelelangan ulang. Pelelangan dilakukan maksimal sampai 3 tiga kali. 146 Usman Rangkuti. Tugas-Tugas BHP Dalam Pemberesan Kepailitan Serta Hambatan Dalam Prkatek Dikaitkan Dengan Perpu Nomor 1 Tahun 1998. Bandung, Alumni, 2001. 147 Hasil wawancara dengan Bapak Syuhada Anggota Teknis Hukum pada Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 3 April 2011 148 Pasal 185 ayat 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang 149 Hasil wawancara dengan ibu HJ.Tety Winarti, SH, M,Si Ketua Balai Harta Peninggalan pada tanggal 22 Mei 2011 Hasil penjualan setelah dikurangi pengeluaran biaya-biaya termasuk didalamnya upah Kurator. Sisa dari penjualan asset tersebut dibagikandibayarkan kepada para Kreditor preferen, dan apabila masih ada sisa baru dibagikandibayarkan kepada Kreditor konkuren secara proporsional. Pelaksanaan pembagian kepada para Kreditor dapat dilakukan secara bertahap tidak harus menunggu sampai harta pailit terjual seluruhnya. Apabila asset pailit dijual secara dibawah tangan, maka akan sangat sulit mendapat harga yang tinggi yang sesuai dengan harga pasar. Jika penjualan asset tersebut jauh dari harga pasar maka dapat mengakibatkan kerugian terhadap boedel pailit, dan hal ini juga dapat merugikan para kreditur. Cara penjualan yang ditempuh secara dibawah tangan, harus berpedoman kepada harga yang ditentukan oleh tim penaksir yang terdiri dari 4 instansi yaitu: 1 Balai Harta Peninggalan 2 Pengadilan Niaga setempat 3 Badan Pertanahan Nasional sepanjang mengenai tanah 4 Direktorat Tata Bangunan PU jika mengenai bangunan.

F. Sulitnya Menyimpan Atau Meletakkan Aset Yang Pailit.

Kurator pemerintah dalam hal ini yaitu BHP, juga mengalami kesulitan dalam menyimpan atau meletakan asset yang pailit. Ini disebabkan karena BHP tidak mempunyai tempat khusus untuk menyimpan asset tersebut, karena asset tersebut juga ada yang berupa barang-barang bergerak. Seharusnya pemerintah tanggap untuk mempunyai atau membuat tempat khusus untuk menyimpan barang-barang yang bersifat bergerak. Agar BHP tidak kesulitan menyimpan atau meletakkan asetnya. Mengenai kesulitan kurator dalam menyimpan dan meletakkan asset-aset pailit, ini juga menyebabkan dalam mengawasi asset-aset yang bersifat barang bergerak. Karena barang-barang yang bergerak diletakkan jauh dari kantor BHP, sehingga BHP selaku kurator pemerintah mengalami kesulitan. Apabila BHP mempunyai tempat tersendiri dalam menyimpan atau meletakkan barang tersebut, dapat mempermudah kurator mengawasinya. Kalau barang-barang yang tidak bergerak hanya butuh peninjauan saja, barang- barang tidak bergerak misalnya tanah, gedung, pabrik, rumah. Apabila tidak dilakukan peninjauan dapat mengakibatkan pencurian terhadap asset pailit. Seperti pabrik, sering terjadi pencurian terhadap asset-asetnya, misalnya dalam hal pencurian alat-alat yang terdapat di dalam pabrik. Dalam putusan pernyataan pailit, setiap saat setelah putusan itu, atas usul hakim pengawas, pengadilan dapat memerintahkan penahanan terhadap debitor pailit. Perintah itu dikeluarkan setelah putusan pailit atas permohonan kurator atau kreditor karena debitur pailit tidak kooperatif dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit. Namun kenyataannya, dalam kasus kepailitan dimana debitor telah dinyatakan pailit, debitur pailit masih bebas melakukan hubungan hukum dengan pihak lain dengan menggunakan aset yang seharusnya telah masuk dalam daftar boedel pailit,