Dalam rangka pelaksanaan pencocokan piutang, dalam pasal 116 UUK-PKPU, tugas kurator dalam pencocokan piutang adalah :
a. Mencocokan perhitungan piutang yang diserahkan oleh kreditur dengan
catatan yang telah dibuat sebelumnya dan keterangan debitur pailit. b.
Berunding dengan kreditur jika terdapat keberatan terhadap penagihan yang diterima.
Dalam hal demikian kurator diwajibkan untuk segera memberitahukan penetapan surat-surat tersebut kepada kreditur yang dikenal dan mengiklankan dalam
surat kabar yang termaksud dalam pasal 13 UUK-PKPU.
77
Segala tagihan yang ada harus dimasukan kepada kurator dengan memasukan suatu perhitungan yang
menunjukan sifat dan jumlah piutang disertai dengan bukti-bukti atau salinan dari bukti-bukti tersebut.
Kurator berkewajiban untuk melakukan pencocokan antara perhitungan- perhitungan yang dimasukan dengan catatan dan keterangan-keterangan yang ada
pada yang dinyatakan pailit. Setelah itu kurator memilah-milah antara piutang yang disetujui dan dibantah. Seluruh piutang-piutang yang disetujui dimasukan dalam
daftar piutang-piutang yang diakui, sedangkan piutang-piutang yang dibantah dimasukan
dalam suatu
daftar tersendiri
yang memuat
alasan-alasan pembantahannya.
77
Pasal 13 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
5. Pemberesan
Pemberesan boedel pailit dilakukan oleh kurator. Terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan segala pelaksanaan pengurusan dan pemberesan
harta pailit.
78
Selanjutnya pelaksanaan pemberesan atas harta pailit diserahkan oleh kurator yang diangkat oleh pengadilan, dengan diawasi oleh seorang hakim pengawas
yang ditunjuk oleh pengadilan. Pengangkatan harus ditetapkan dalam putusan pernyataan pailit tersebut.
Pemberesan yang dilakukan oleh kurator bersifat seketika, dan berlaku saat itu pula terhitung sejak tanggal putusan diucapkan, meskipun terhadap putusan kemudian
diajukan kasasi atau peninjauan kembali.
6. Rehabilitasi
Setelah berakhirnya kepailitan, menurut pasal 166 dan pasal 202 UUK-PKPU, demikian juga hal-hal yang dimaksud dalam pasal 207, debitur berhak untuk
memasukkan permohonan rehabilitasi kepada pengadilan yang telah mengucapkan putusan pernyataan pailit. Pengadilan tidak akan menerima permohonan debitur,
kecuali jika pada surat permohonan tersebut dilampirkan bukti yang menyatakan bahwa kreditur diakui sudah memperoleh pembayaran secara memuaskan.
78
Ibid hlm 49
C. Akibat Hukum Pernyataan Pailit Pada Perseroan Terbatas PT
Akibat yang terpenting dari pernyataan pailit adalah bahwa organ PT demi hukum kehilangan haknya untuk berbuat bebas terhadap harta kekayaannya, begitu
pula hak untuk mengurusnya. Ia tidak boleh lagi melakukan kepengurusan PT dengan sekehendaknya sendiri dan perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan itikad buruk
untuk merugikan para Kreditor, ia dapat dituntut pidana. Jadi dapat ditarik kesimpulan, bahwa PT hanya kehilangan haknya untuk
berbuat bebas terhadap kekayaannya dan haknya untuk mengurusnya, tidak kehilangan hak-hak dan kecakapannya untuk mengadakan persetujuan-persetujuan,
namun demikian perbuatan-perbuatannya tidak mempunyai akibat hukum atas kekayaannya yang tercakup dalam kepailitan.
Apabila PT melanggar ketentuan tersebut, maka perbuatannya tidak mengikat kekayaannya tersebut, kecuali perikatan yang bersangkutan mendatangkan
keuntungan bagi budel pailit. Sejak putusan pernyataan pailit diucapkan oleh Pengadilan Niaga, pengurusan dan pemberesan budel pailit ditugaskan kepada
kurator.
1. Akibat Hukum Terhadap Harta Kekayaan PT
Jika suatu perusahaan sebagai kreditur mempailitkan perusahaan atau ikut sebagai kreditur dalam suatu kepailitan debiturnya, maka oleh hukum hal ini
dianggap hanya sebagai salah satu cara menagih hutang dari debiturnya. Sehingga