. Modalitas Epistemologi immanuel kant
memiliki pengaruh pada kebiasaan dan atau pengulangan-pengulangan.
185
Sejumlah penyelidikan mengenai objek pengalaman bisa terus dilakukan. Mungkin hasilnya akan berbeda-beda, karena selalu terjadi perubahan. Tapi, objek
yang diamati, pada dirinya, bersifat tetap. Hal ini sebagaimana rumusan Kant tentang substansi.
Menurut Kant, setiap substansi bersifat tetap, kekal permanent. Dengan tegas, ia mengatakan bahwa semua penampakkan berisi sesuatu permanen the
permanent sebagaimana sebuah objek pada dirinya, dan perubahan the transitory hanya sebagai penentuannya, yang merupakan cara bagaimana sebuah
objek berada.
186
Substansi objek pada dirinya adalah tetap. Perubahan yang nampak terjadi pada objek sebenarnya hanya atribut yang dikenakan padanya.
Semua penampakkan berisi sesuatu yang tetap substansi, dan segala perubahan berada pada wilayah penentuan hukum.
187
Jadi, yang berubah adalah sifat objek, bukan substansi pada dirinya.
Kant masih mengikuti pengertian substansi dalam istilah klasik, yakni Aristoteles. Substansi adalah sesuatu yang bisa menjadi subjek, tapi tidak bisa
menjadi predikat.
188
Dengan kata lain, substansi bagi Kant adalah pembawa sifat a property-bearer, yang tidak bisa menjadi sifat.
189
Perubahan pada sifat substansi terjadi terus-menerus. Perubahan tersebut berada di dalam waktu, yang
meliputi objek pada dirinya, bukan waktu dalam pengertian a priori subjek. Perubahan pada sifat, bisa menyebabkan objek menjadi bentuk yang lain dari
asalnya, atau hanya merubah segelintir saja dari sifatnya. Tapi, menurut Kant,
185
George Dicker, Kant’s Theory of Knowledge, h. 144
186
George Dicker, Kant’s Theory of Knowledge, h. 145
187
Immanuel Kant, Critique of Pure Reason, h. 299
188
Immanuel Kant, Critique of Pure Reason, h. 334
189
George Dicker, Kant’s Theory of Knowledge, h. 151
apapun yang terjadi, perubahan itu tidak akan pernah merusak tatanan kesatuan waktu.
190
Waktu berjalan tetap, seiring dengan kesadaran manusia atas pengalamannya.
Dengan pengalaman, manusia menjadi sadar. Kesadaran selalu berhubungan dengan objek. Bagi Kant, kesadaran tidak hanya tertuju pada satu
objek, melainkan banyak objek.
191
Kesadaran seseorang selalu terarah kepada objek-objek yang dihadapinya. Kesadaran atas beragam objek tersebut, berada di
bawah kendali kesadaran diri yang sama, yakni pribadi yang menyadari. Misalnya, seseorang sadar telah melihat beberapa pohon A, B, C, D, dan
seterusnya. Kesadaran orang tersebut atas pohon A, berbeda dari kesadarannya atas pohon B, C, D, dan seterusnya. Tapi, kesadaran itu tetap berada di bawah
kendali kesadaran diri yang sama. Orang yang sadar tersebut tahu bahwa dirinya telah melihat pohon A, B, C, D, dan seterusnya, dan tidak mungkin
menyangkalnya. Jadi, kesadaran atas beragam objek adalah hal yang mungkin. Kant menyebut hal ini dengan istilah, “ synthetic unity of consciousness”.
192
Kesadaran atas beragam hal dapat disatukan di bawah satu kendali, karena diatur oleh suatu hukum universal yang tidak sewenang-wenang non-arbitrary.
Hukum tersebut mengatur dan menghubungkan tiap-tiap objek satu sama lain dengan konsep-konsep a priori. Dengan begitu, kesadaran individu atas data
inderawi tidak semata bersifat subjektif. Tapi, objektif, karena disusun berdasarkan perangkat hukum yang tetap dan disesuaikan dengan konsep a priori
dalam diri subjek.
193
Misalnya orang melihat kursi. Ia pertama melihat bagian
190
George Dicker, Kant’s Theory of Knowledge, h. 162
191
George Dicker, Kant’s Theory of Knowledge, h. 91
192
Immanuel Kant, Critique of Pure Reason, h. 249
193
George Dicker, Kant’s Theory of Knowledge, h.103
tempat duduk atasnya dengan bagian depan penyangga punggung. Kemudian melihat kaki kursi, lalu mengalihkan perhatian ke bagian belakang penyangga.
Kesadaran atas bagian kursi itu berbeda-beda, khususnya antara depan, dan belakang. Tapi, keseluruhan informasi tersebut bisa disatukan di bawah satu
kendali kesadaran diri, karena diatur dan dihubungkan oleh hukum tetap, tak sewenang-wenang non-arbitrary. Adanya hukum tersebut bisa diketahui dengan
mengamati setiap kejadian, yang membawa implikasi pada struktur perubahan objek, dan bisa diamati oleh siapa saja yang ingin mengetahuinya.
Lebih jauh Kant mengatakan, agar kesadaran atas beragam objek itu mungkin terjadi, subjek harus menganggap semua penampakkan objek berasal
dari diri mereka sendiri. Jadi, segala representasi harus bisa dipahami berasal dari diri subjek self-ascribable.
194
Dengan kata lain, Kant menekankan pentingnya kesadaran pribadi bahwa segala representasi yang beragam berasal dari dirinya.
Kesadaran tersebut selalu berkesesuaian dengan waktu. Tidak ada kesadaran yang bersifat tetap, abadi, dan lepas dari temporalitas. Kesadaran terhadap pengalaman
yang berurutan adalah mungkin di dalam waktu-waktu berbeda. Dengan begitu, kesadaran dapat dijelaskan kaitannya dengan penyatuan beragam penampakkan
objek secara umum.
195
Namun, untuk terciptanya kesadaran melalui waktu, dibutuhkan adanya memori.
196
Memori menyimpan sejumlah informasi seputar pengalaman yang dialami seseorang. Dengannya, segala pengalaman yang diraih bisa dipahami dan
dipikirkan kembali di saat-saat yang berbeda. Di dalam memori tersebut, segala
194
George Dicker, Kant’s Theory of Knowledge, h. 130
195
Gilles Deleuze, Kant’s Critical Philosophy, trans., Hugh Tomlinson and Barbara Habberjam London: The Athlone Press, 1995, h. 15
196
George Dicker, Kant’s Theory of Knowledge, h. 106