Dengan  menetapkan  kategori  kausalitas,  Kant  membantah  kritik  Hume atas kepastian hukum sebab-akibat. Menurut Hume, kaidah kausalitas adalah fakta
empiris,  yang  berasal  dari  kondisi  mental  subjektif  dan  tidak  bisa  dipastikan. Sebaliknya  bagi  Kant,  kausalitas  adalah  ketetapan  logis  yang  bersifat  a  priori,
karena tidak didapat dari pengalaman, melainkan dari konsep pemahaman murni. Hukum  kausalitas  bersifat  tetap,  dan  dapat  dibuktikan  kebenarannya,  sehingga
berlaku objektif. Jenis  kategori  ketiga  adalah  komunitas.  Misalnya  dicontohkan  dalam
pernyataan, “jalanan menjadi basah, karena turun hujan, atau truk pengangkut air meneteskan  muatannya  di  jalanan”.  Dalam  kalimat  tersebut,  terdapat  sebuah
informasi  yang  tidak  menjelaskan  kepastian  mengenai  sebab  terjadinya  sesuatu. Apakah sumber terjadinya jalanan basah didapat dari proposisi pertama atau yang
kedua,  hanya  bersifat  kemungkinan.  Jika  diperinci,  tiap-tiap  proposisinya mengandung  beberapa  kategori.  Proposisi  pertama  berisi  kategori  totalitas,
realitas,  substansi-aksidensi,  dan  kemungkinan-kemustahilan.  Proposisi  kedua berisi kategori totalitas, realitas, dan kemungkinan-kemustahilan. Proposisi ketiga
berisi  kategori  totalitas,  realitas,  dan  kemungkinan-kemustahilan.  Namun,  secara keseluruhan,  ketiga  proposisi  tersebut  membentuk  kategori  komunitas.  Kategori
komunitas adalah turunan dari putusan disjunktif.
C. . Modalitas
Kategori modalitas diturunkan dari putusan modalitas. Kant menyebutnya, Postulat  Pemikiran  Empiris  secara  Umum  Postulates  of  Empirical  Thinking  in
General.
176
Kategori  modalitas  terdiri  dari:  kemungkinan-ketidakmungkinan,
176
Immanuel Kant, Critique of Pure Reason, h. 321
eksistensi-non-eksistensi,  dan  keniscayaan-kemustahilan.  Sama  seperti  putusan modalitas,  kategori  modalitas  tidak  memberi  apa-apa  pada  isi  putusan.  Tapi,
prinsip-prinsipnya  sekedar  menjelaskan  hubungan  kemungkinan,  aktualitas,  dan keniscayaan  dalam  penerapan  empiris.
177
Tidak  ada  contoh  khusus  mengenai kategori  ini.  Namun,  untuk  lebih  jelasnya  bisa  dicontohkan  seperti  proposisi,
“pengusaha  itu  untung  besar”.  Kalimat  ini  berisi  kategori  kemungkinan- kemusthilan,  berupa  informasi  yang  menjelaskan  kemungkinan  sekaligus
ketidakmungkinan terjadinya suatu hal. Dari sudut pandang tertentu, informasi itu tidak  bisa  dianggap  aktual  atau  niscaya,  kecuali  dengan  standar  penerapannya
secara  empiris.  Selain  itu,  kalimat  tersebut  juga  berisi  kategori  totalitas,  dan realitas. Kategori kemungkinan-kemustahilan turunan dari putusan problematis.
Kategori  modalitas  kedua,  yakni  eksistensi-non-eksistensi,  contohnya seperti, “Aritoteles adalah orang Stageira”.  Kalimat ini berisi kategori eksistensi-
non-eksistensi,  yakni suatu informasi  yang berisi fakta atau kenyataan. Informasi tersebut  memiliki  sejumlah  bukti  yang  tidak  bisa  disangkal  kebenarannya,
termasuk  dari  sudut  pandang  manapun.  Selain  itu,  kalimat  tersebut  juga  berisi kategori  totalitas,  dan  realitas.  Kategori  eksistensi-non-eksistensi  adalah  turunan
dari putusan assertotik atau penegasan. Bagian  kategori  modalitas  ketiga  adalah  keniscayaan-kontingensi.
Misalnya  dalam  kalimat,  “deforestation  berdampak  buruk  pada  kelangsungan kehidupan  di  bumi”.  Keseluruhan  kalimat  ini  berisi  kategori  keniscayaan-
kontingensi,  yakni  kejadian  yang  bersifat  niscaya  dan  bergantung.  Informasi bahwa  deforestation  dapat  berdampak  buruk  pada  kelangsungan  hidup  di  bumi
177
Immanuel Kant, Critique of Pure Reason, h. 322