. Kuantitas Epistemologi immanuel kant

Dengan menetapkan kategori kausalitas, Kant membantah kritik Hume atas kepastian hukum sebab-akibat. Menurut Hume, kaidah kausalitas adalah fakta empiris, yang berasal dari kondisi mental subjektif dan tidak bisa dipastikan. Sebaliknya bagi Kant, kausalitas adalah ketetapan logis yang bersifat a priori, karena tidak didapat dari pengalaman, melainkan dari konsep pemahaman murni. Hukum kausalitas bersifat tetap, dan dapat dibuktikan kebenarannya, sehingga berlaku objektif. Jenis kategori ketiga adalah komunitas. Misalnya dicontohkan dalam pernyataan, “jalanan menjadi basah, karena turun hujan, atau truk pengangkut air meneteskan muatannya di jalanan”. Dalam kalimat tersebut, terdapat sebuah informasi yang tidak menjelaskan kepastian mengenai sebab terjadinya sesuatu. Apakah sumber terjadinya jalanan basah didapat dari proposisi pertama atau yang kedua, hanya bersifat kemungkinan. Jika diperinci, tiap-tiap proposisinya mengandung beberapa kategori. Proposisi pertama berisi kategori totalitas, realitas, substansi-aksidensi, dan kemungkinan-kemustahilan. Proposisi kedua berisi kategori totalitas, realitas, dan kemungkinan-kemustahilan. Proposisi ketiga berisi kategori totalitas, realitas, dan kemungkinan-kemustahilan. Namun, secara keseluruhan, ketiga proposisi tersebut membentuk kategori komunitas. Kategori komunitas adalah turunan dari putusan disjunktif.

C. . Modalitas

Kategori modalitas diturunkan dari putusan modalitas. Kant menyebutnya, Postulat Pemikiran Empiris secara Umum Postulates of Empirical Thinking in General. 176 Kategori modalitas terdiri dari: kemungkinan-ketidakmungkinan, 176 Immanuel Kant, Critique of Pure Reason, h. 321 eksistensi-non-eksistensi, dan keniscayaan-kemustahilan. Sama seperti putusan modalitas, kategori modalitas tidak memberi apa-apa pada isi putusan. Tapi, prinsip-prinsipnya sekedar menjelaskan hubungan kemungkinan, aktualitas, dan keniscayaan dalam penerapan empiris. 177 Tidak ada contoh khusus mengenai kategori ini. Namun, untuk lebih jelasnya bisa dicontohkan seperti proposisi, “pengusaha itu untung besar”. Kalimat ini berisi kategori kemungkinan- kemusthilan, berupa informasi yang menjelaskan kemungkinan sekaligus ketidakmungkinan terjadinya suatu hal. Dari sudut pandang tertentu, informasi itu tidak bisa dianggap aktual atau niscaya, kecuali dengan standar penerapannya secara empiris. Selain itu, kalimat tersebut juga berisi kategori totalitas, dan realitas. Kategori kemungkinan-kemustahilan turunan dari putusan problematis. Kategori modalitas kedua, yakni eksistensi-non-eksistensi, contohnya seperti, “Aritoteles adalah orang Stageira”. Kalimat ini berisi kategori eksistensi- non-eksistensi, yakni suatu informasi yang berisi fakta atau kenyataan. Informasi tersebut memiliki sejumlah bukti yang tidak bisa disangkal kebenarannya, termasuk dari sudut pandang manapun. Selain itu, kalimat tersebut juga berisi kategori totalitas, dan realitas. Kategori eksistensi-non-eksistensi adalah turunan dari putusan assertotik atau penegasan. Bagian kategori modalitas ketiga adalah keniscayaan-kontingensi. Misalnya dalam kalimat, “deforestation berdampak buruk pada kelangsungan kehidupan di bumi”. Keseluruhan kalimat ini berisi kategori keniscayaan- kontingensi, yakni kejadian yang bersifat niscaya dan bergantung. Informasi bahwa deforestation dapat berdampak buruk pada kelangsungan hidup di bumi 177 Immanuel Kant, Critique of Pure Reason, h. 322