Sistematika Penulisan Epistemologi immanuel kant
saat itu memiliki perhatian sama terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Kedua wilayah tersebut hanya mewakili arus utama kemajuan ilmu yang
berlangsung pada abad ke-17, dan berpengaruh terciptanya fase pencerahan pada abad ke-18. Berdasarkan letak geografisnya, terdapat sejumlah kecenderungan
tertentu dan sedikit berbeda, yang menandai terjadinya pencerahan di beberapa wilayah.
Pencerahan yang terjadi di Inggris ditandai dengan menyebarnya faham Deisme.
11
Istilah ini mengacu pada suatu pandangan bahwa alam semesta berjalan dengan sendirinya, sesuai dengan kaidah hukum mekanis yang bisa diselidiki
secara ketat dan objektif. Kedudukan Tuhan sebagai pencipta, tidak memiliki andil apapun dalam segala hal yang terjadi di alam semesta. Dunia terlepas dari
campur tangan Tuhan setelah diciptakan. Pandangan deisme sama sekali tidak menghilangkan Tuhan, hanya pemahaman mereka tentang Tuhan diupayakan
lebih rasional. Pemahaman ini merupakan imbas dari penemuan besar filsafat alam Newton tentang hukum-hukum fisika, serta terobosan baru filsafat empiris
John Locke. Namun, beberapa tokoh pencerahan kemudian, melangkah lebih jauh dengan mengritik lembaga gereja, karena sikap agamawan tidak sejalan dengan
penemuan-penemuan ilmiah. Gereja yang berfungsi sebagai sebuah pranata sosial, dalam pandangan
pemikir pencerahan sama sekali tidak memberikan andil pada kebahagiaan manusia. Justru gereja yang selama ini melegitimasi kesengsaraan, karena tidak
memberi kebebasan mempergunakan akal. Manusia akhirnya harus tunduk di bawah naungan iman dan otoritas keagamaan. Padahal manusia sebenarnya
11
F. Budi Hardiman, Filsafat Modern, h. 99
memiliki kemampuan untuk bertindak bebas, termasuk menjelajahi alam. Alam beserta isinya, termasuk manusia, memiliki suatu kaidah hukum mekanis yang
dapat diselidiki dan dipelajari. Prasangka akan kemisterian alam yang menakutkan, dipenuhi mitos-mitos dan takhayul, sebenarnya dapat disingkirkan.
Alam beserta dengan segala yang dikandungnya, dapat ditaklukkan dengan seperangkat kaidah ilmiah. Gagasan kaum deisme, pada perkembangan
selanjutnya tidak saja mengkritik gereja, tetapi kekristenan itu sendiri. Agama Kristen dipandang sebagai sumber malapetaka. Hal ini merupakan titik balik
pemberontakan atas hegemoni kaum agamawan di era sebelumnya, yakni abad pertengahan. Para sarjana kemudian mulai meninggalkan adat-istiadat lama yang
sering disuarakan kaum agamawan. Puncak titik balik ini bisa diartikan sebagai ucapan selamat tinggal pada agama, serta segala hal yang berhubungan
dengannya. Otoritas iman agama diganti dengan pertimbangan rasional. Selain penentangan terhadap agama, pencerahan di Inggris juga ditandai
dengan munculnya semangat individualisme. Dalam kehidupan bermasyarakat, jelas kelihatan adanya perubahan-perubahan ruang lingkup hubungan sosial. Hal
ini bisa dilihat, misalnya pada pembagian pekerjaan berdasarkan pertimbangan rasional, pengakuan kepemilikan pribadi, kedaulatan hukum, keadilan,
kesejahteraan dan sebagainya. Gagasan kemandirian individualisme dalam bidang ekonomi menyebar dan berpengaruh cukup signifikan.
12
Upaya pengejaran kepentingan pribadi dan meninggalkan semangat kolektif, ras, golongan, dan
12
Adam Smith 1723-1790 memiliki diktum ekonomi yang sampai saat ini masih sering dikutip, “invisible hand”: tangan yang tidak kelihatan. Maksudnya bahwa setiap manusia
dikendalikan oleh dorongan nafsu egoistis, yang berusaha mengejar kepentingannya sendiri. Tapi, pemenuhan kepentingan pribadi itu turut serta memainkan peranan pemenuhan kesejahteraan
umum. Elmer Sprague, “Adam Smith,” in Paul Edwards, ed., The Encyclopedia of Philosophy, Vol. 7 New York: Macmillan Publishing Co., Inc., and The Free Press, 1972, h. 463
agama, sebenarnya sudah muncul di masa Renaissance. Akan tetapi peneguhan yang lebih tegas, baru kelihatan di masa pencerahan. Sikap individualisme ini
menjadi gejala umum di kalangan masyarakat saat itu. Apa yang terjadi di Inggris, nampaknya terjadi pula di Prancis. Dalam
beberapa hal, pencerahan di Prancis nampaknya sedikit berbeda dan lebih ekstrem daripada di Inggris. Gagasan para pemikir pencerahan Prancis dipengaruhi oleh
pandangan filsafat empiris Inggris, John Locke, dan hukum fisika Isaac Newton.
13
Sepakat dengan gagasan kedua tokoh tersebut, para pemikir Prancis lebih yakin menggunakan metode dalam pengembangan ilmu pengetahuan lewat observasi
atas fenomena alam. Fakta-fakta yang berserakan menjadi sumber berharga untuk merumuskan kaidah-kaidah ilmiah. Hukum fisika Newton menjadi landasan
utama bagi pandangan materialisme dan penolakan terhadap segala pemikiran metafisika atas alam dan manusia. Kejadian-kejadian alamiah, yang diyakini
memuat seperangkat hukum kausalitas, dijadikan objek pengamatan dan penelitian. Dengan begitu, penalaran spekulatif-deduktif lewat ide-ide bawaan
sama sekali ditinggalkan. Sikap demikian tentunya tidak bermaksud meminggirkan metode deduktif-matematis, dan hanya mengupayakan analisis
pelbagai peristiwa. Dengan penelitian yang ketat atas pelbagai fakta-fakta partikular, selanjutnya akan dilakukan sintesis, guna didapat suatu kaidah umum
berupa hukum atas fenomena alamiah. Sintesis yang diperoleh lewat observasi tersebut, kemudian dijadikan ketetapan standar sebagai kebenaran universal. Ide-
ide pencerahan, pada gilirannya telah turut membantu menyiapkan pondasi terjadinya gerakan positivisme di Prancis satu abad kemudian.
13
Frederick Copleston, A History of Philosophy, vol. 6, Wolff to Kant Wellwood: Burn Oates, 1999, h. 3