. Kualitas Epistemologi immanuel kant

eksistensi-non-eksistensi, dan keniscayaan-kemustahilan. Sama seperti putusan modalitas, kategori modalitas tidak memberi apa-apa pada isi putusan. Tapi, prinsip-prinsipnya sekedar menjelaskan hubungan kemungkinan, aktualitas, dan keniscayaan dalam penerapan empiris. 177 Tidak ada contoh khusus mengenai kategori ini. Namun, untuk lebih jelasnya bisa dicontohkan seperti proposisi, “pengusaha itu untung besar”. Kalimat ini berisi kategori kemungkinan- kemusthilan, berupa informasi yang menjelaskan kemungkinan sekaligus ketidakmungkinan terjadinya suatu hal. Dari sudut pandang tertentu, informasi itu tidak bisa dianggap aktual atau niscaya, kecuali dengan standar penerapannya secara empiris. Selain itu, kalimat tersebut juga berisi kategori totalitas, dan realitas. Kategori kemungkinan-kemustahilan turunan dari putusan problematis. Kategori modalitas kedua, yakni eksistensi-non-eksistensi, contohnya seperti, “Aritoteles adalah orang Stageira”. Kalimat ini berisi kategori eksistensi- non-eksistensi, yakni suatu informasi yang berisi fakta atau kenyataan. Informasi tersebut memiliki sejumlah bukti yang tidak bisa disangkal kebenarannya, termasuk dari sudut pandang manapun. Selain itu, kalimat tersebut juga berisi kategori totalitas, dan realitas. Kategori eksistensi-non-eksistensi adalah turunan dari putusan assertotik atau penegasan. Bagian kategori modalitas ketiga adalah keniscayaan-kontingensi. Misalnya dalam kalimat, “deforestation berdampak buruk pada kelangsungan kehidupan di bumi”. Keseluruhan kalimat ini berisi kategori keniscayaan- kontingensi, yakni kejadian yang bersifat niscaya dan bergantung. Informasi bahwa deforestation dapat berdampak buruk pada kelangsungan hidup di bumi 177 Immanuel Kant, Critique of Pure Reason, h. 322 bisa dibuktikan secara ilmiah, dan bergantung pada sikap manusia itu sendiri. Selain itu, kalimat tersebut berisi kategori totalitas, dan realitas. Kategori keniscayaan-kontingensi diturunkan dari putusan apodiktik. Pada dasarnya, keseluruhan dua belas kategori yang sudah dijelaskan di atas, dapat dikelompokkan menjadi dua. Yang pertama adalah kategori matematis, yakni kategori kuantitas dan kualitas. Sedangkan yang kedua disebut kategori dinamik, yakni kategori relasi dan modalitas. Kategori matematik berhubungan dengan objek-objek intuisi. Sedangkan kategori dinamik memainkan peranan dalam mengarahkan eksistensi objek-objek tersebut satu sama lain, atau terhadap pemahaman. 178

D. Deduksi Transendental

Sub-bab deduksi transendental dalam Critique of Pure Reason, berisi argumentasi yang menguatkan prinsip dua belas kategori. 179 Kant menyatakan bahwa fungsi a priori, semisal dua belas kategori memiliki validitas objektif yang tidak terbantahkan. 180 Keduabelas kategori tersebut pada dasarnya dapat disimpulkan menjadi lima, sebagai basis pemikiran: keluasan, realitas, subjek, dasar, dan keseluruhan. 181 Kategori tersebut menghasilkan pengetahuan a priori, yakni pengetahuan yang berisi komponen a priori atas beragam objek, ketika menampakkan dirinya kepada subjek. Oleh karena itu, tugas dari kategori tidak 178 Immanuel Kant, Critique of Pure Reason, h. 215 179 Sebastian Gardner, Kant and the Critique of Pure Reason London: Routledge, 2003, h.130 180 Georges Dicker, Kant’s Theory of Knowledge, h. 84 181 Paul Guyer, “The Transcendental Deduction of Categories,” in Paul Guyer, ed., The Cambridge Companion to Kant Cambridge: Cambridge University Press, 2006, h. 131