Masalah Kesehatan Permasalahan yang dihadapi Pengungsi Suriah di Lebanon

39 darurat medis dan situasi di mana operasi yang diperlukan. Masalah-masalah ini diakibatkan karena permintaanpelayanan kesehatan oleh pengungsi Suriah di Lebanon melebihi kapasitas sistem kesehatan Lebanon. 76 Tingginya permintaan akses kesehatan disebabkan karena kebijakan pemerintah Lebanon, untuk meberikan akses kesehatan yang sama dengan masyarakat Lebanon. Akan tetapi, sistem perawatan kesehatan di Lebanon sebagian besar dimiliki oleh pihak swasta dan organisasi kesehatan, Oleh karena itu, warga Lebanon dan pengungsi Suriah harus membayar uang untuk layanan kesehatan primer, sekunder dan tersier. 77

D. Respon Pemerintah Lebanon terhadap Pengungsi Suriah

Status hukum pengungsi di Lebanon adalah masalah yang belum terselesaikan. Hal demikian karena Lebanon tidak memiliki undang-undang dan peraturan yang efektif mengenai pengungsi, dalam kebijakan Lebanon juga menegaskan bahwa Lebanon bukan sebagai Negara suaka dan Lebanon bukanlah pihak dalam Konvensi PBB tahun 1951 berkaitan dengan Status Pengungsi atau Protokol 1967. 78 Oleh karena itu, Lebanon memiliki hak untuk tidak memberikan 76 Oytun Orhan ,.et.al. “The Situation of Syrian Refugees in the Neighboring Countries, 38. 77 Oytun Orhan ,.et.al. “The Situation of Syrian Refugees in the Neighboring Countries, 38. 78 Björn Zimprich, Syrian Refugees in Lebanon, The Heavy Burden of the Open Borders Policy, 40 status pengungsi atau izin tinggal permanen untuk orang asing yang datang ke negaranya karena alasan keamanan. 79 Lebanon sebagai Negara yang bukan termasuk kedalam pihak yang menandatangani Konvensi PBB tahun 1951 berkaitan dengan Status Pengungsi atau Protokol 1967 menjadikan mekanisme perlindungan bagi pengungsi lemah, sehingga masyarakat Suriah yang melarikan diri dari konflik tidak diakui sebagai pengungsi dan diperlakukan sesuai dengan peraturan yang normal yang berlaku untuk semua warga negara Suriah. Walaupun Lebanon belum meratifikasi, Lebanon terikat oleh hak untuk mencari suaka, yang termasuk dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, yang termasuk dalam Konstitusi dan resmi menyatakan bahwa itu terikat oleh prinsip non refoulement. 80 Selain itu, dalam menjalankan Deklarasi Hak Asasi Manusia Lebanon telah menandatangani Memorandum of Understanding MoU dengan UNHCR pada September 2003 untuk mengelola isu-isu pengungsi di Lebanon. Dalam MoU resmi tersebut, pemerintah Lebanon mengakui hak pengungsi untuk tetap di Lebanon jika hidup pengungsi atau kebebasan pengungsi berada dalam bahaya di negara asal, 79 Oytun Orhan ,.et.al. “The Situation of Syrian Refugees in the Neighboring Countries: Findings, Conclusions and Recommendations,” ORSAM Report No: 189 April 2014:34. 80 The Assessment Capacities Project ACAPS, “Legal Status of Individuals,” 5. 41 dengan harapan bahwa pengungsi akan dimukimkan ke negara ketiga dalam waktu 9 bulan. 81 Oleh karena itu, dalam melaksanakan Memorandum of Understanding MoU dengan UNHCR maka Lebanon melakukan kebijakan-kebijakan untuk menjaga hak- hak pengungsi yang masuk ke dalam wilayah Lebanon yaitu, membuka perbatasan antara Lebanon dan Suriah, dan membentuk Komite Tripartit antara Pemerintah Lebanon dengan UNHCR.

1. Membuka Perbatasan Lebanon

Meskipun Lebanon bukanlah pihak yang menandatangani Konvensi PBB tahun 1951 berkaitan dengan Status Pengungsi atau Protokol 1967 pemerintah Lebanon tetap membantu pengungsi Suriah untuk mendapatkan perlindungan dengan membuka perbatasannya dan telah memainkan peran yang sangat aktif dalam memfasilitasi, koordinasi dan respon perencanaan dengan organisasi internasional untuk menangani pengungsi Suriah di Lebanon. 82 Perbatasan-perbatasan yang dibuka oleh Lebanon adalah perbatasan resmi antara Lebanon dan Suriah. Perbatasan tersebut yaitu perbatasan Aarida merupakan perbatasan antara Homs dan Lebanon utara, perbatasan El Abboudi merupakan perbatasan antara Tartous dan Lebanon utara, perbatasan QAA Baalbek merupakan 81 The Assessment Capacities Project ACAPS, “Legal Status of Individuals,” 5. 82 United Nations High Commissioner for Refugess UNHCR Lebanon, “Overview Working environment ,” [database on-line]; tersedia di http:www.unhcr.orgpages49e486676.html internet; diakses pada 09 September 2014. 42 perbatasan di ujung utara lembah Bekaa, perbatasan Al-Masnaa merupakan perbatasan antara Damaskus dan Bekaa dan Wadi Khaled merupakan perbatasan antara Lebanon utara dan Homs. 83 Kebijakan Lebanon dalam membuka perbatasannya untuk menerima pengungsi Lebanon merupakan sebagai bentuk bantuan kemanusiaan dan kepedulian pemerintah Lebanon. Sebagaimana diungkapkan oleh Duta Besar Lebanon untuk PBB Nawaf Salam mengatakan Lebanon tidak akan menutup perbatasannya. Lebanon tidak akan memulangkan kembali pengungsi siapapun, Lebanon akan terus menyediakan bantuan bagi semua pengungsi Suriah. 84 Dari pernyataan pemerintah Lebanon tersebut menunjukan komitmen pemerintah Lebanon untuk membantu permasalahan pengungsi Suriah di Lebanon.

2. Membentuk Komite Tripartit

Selain membuka perbatasannya untuk pengungsi Suriah, pemerintah Lebanon juga berupaya melakukan koordinasi dengan organisasi internasional. Koordinasi tersebut yaitu dengan membentuk komite tripartit sebagai payung utama untuk menyalurkan bantuan kepada para pengungsi Suriah. Komite tripartit tersebut dipimpin oleh the Lebanese High Relief Commission HRC bekerjasama dengan 83 The Assessment Capacities Project ACAPS, “Legal Status of Individuals Fleeing Syria,” Syria Needs Analysis Project June 2013: 5. 84 Antara, “Lebanon berjanji terus buka perbatasan bagi pengungsi Suriah,” antara news, Kamis, 11 Juli 2013, [berita on-line]; tersedia di http:www.antaranews.comberita384683lebanon- berjanji-terus-buka-perbatasan-bagi-pengungsi-suriahinternet; diakses pada 22 Oktober 2014.

Dokumen yang terkait

Kewenangan United Nation High Commisioner For Refugees (Unhcr) Dalam Perlindungan Pengungsi Konflik Suriah Di Wilayah Turki

7 112 91

Peranan united nation high commissioner for refugees (UNHCR) dalam menangani masalah pengungsi dan pencari suaka di Indonesia 2008-2011

2 27 134

PERANAN INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION (IOM) DAN HUBUNGANNYA DENGAN UNITED NATION HIGH COMMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DALAM MENANGANI IMIGRAN DAN PENGUNGSI DI INDONESIA

3 17 20

Peranan united nation high commissioner for refugees (UNHCR) dalam menangani masalah pengungsi dan pencari suaka di Indonesia 2008-2011

1 24 134

PELAKSANAAN HUMANITARIAN ASSISTANCE OLEH UNITED NATIONS HIGH COMMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN DAN BANTUAN TERHADAP INTERNALLY DISPLACED PERSONS (IDPs) DI NAGORNO KARABAKH.

0 4 12

PERANAN UNHCR ( United Nation High Commission for Refugees) DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA PENGUNGSI KORBAN KONFLIK SURIAH YANG BERADA DI NEGARA TRANSIT HONGARIA.

0 3 9

SKRIPSI PELAKSANAAN HUMANITARIAN ASSISTANCE OLEH UNITED NATIONS HIGH COMMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN DAN BANTUAN TERHADAP INTERNALLY DISPLACED PERSONS (IDPs) DI NAGORNO KARABAKH.

2 9 12

PENDAHULUAN PELAKSANAAN HUMANITARIAN ASSISTANCE OLEH UNITED NATIONS HIGH COMMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN DAN BANTUAN TERHADAP INTERNALLY DISPLACED PERSONS (IDPs) DI NAGORNO KARABAKH.

0 2 17

PENUTUP PELAKSANAAN HUMANITARIAN ASSISTANCE OLEH UNITED NATIONS HIGH COMMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN DAN BANTUAN TERHADAP INTERNALLY DISPLACED PERSONS (IDPs) DI NAGORNO KARABAKH.

0 6 12

PERLINDUNGAN HUKUM PENGUNGSI VIETNAM DI PULAU GALANG KEPULAUAN RIAU PADA TAHUN 1979-1996 OLEH UNHCR (UNITED NATIONS HIGH COMMISSIONER FOR REFUGEES) DITINJAU DARI KONVENSI WINA 1951 DAN UNDANG-UNDANG N.

0 0 1