20
kehilangan akses ke layanan kesehatan dalam proses reformasi asuransi kesehatan, atau takut kehilangan pekerjaan.
38
Begitupula mencakup ancaman dari negara melalui penyiksaan fisik, ancaman dari negara-negara lain perang, dari terorisme internasional maupun antar negara,
dan dari individu atau geng kekerasan jalanan, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan terhadap anak-anak pelecehan, prostitusi, tenaga kerja dan bahkan
kekerasan terhadap diri sendiri bunuh diri atau penyalahgunaan obat. Oleh karena itu, dimensi ini umumnya dikaitkan dengan kebebasan dari rasa takut.
39
c. Keamanan komunitas community security
Keanekaragaman budaya yang membentuk sebuah komunitasmasyarakat memerlukan keamanan dari ancaman yang menindas, diskriminasi terhadap
kelompok-kelompok etnis atau adat dan pengungsi.
40
Sebagaimana dijelaskan dalam laporan UNDP 1994 bahwa keamanan komunitas bertujuan melindungi orang dari
hilangnya hubungan dan nilai tradisional, serta dari kekerasan sektarian, religi dan etnis. Komunitas tradisional, terutama kelompok etnis dan kepercayaan minoritas
sering kali merasa terancam. Sekitar setengah dari seluruh jumlah Negara di dunia pernah mengalami ketegangan antar etnis.
41
38
Tadjbakhsh and Anuradha M. Chenoy, Human Security Concepts, 14.
39
Tadjbakhsh and Anuradha M. Chenoy, Human Security Concepts, 14.
40
Tadjbakhsh and Anuradha M. Chenoy, Human Security Concepts,15.
41
United Nations Development Programme UNDP, Human Development,31.
21
Dari penjelasan konsep keamanan manusia human security diatas, maka permasalahan pengungsi termasuk kedalam konsep keamanan individu personal
security, tetapi masalah pengungsi berdampak kepada masalah lainnya, yaitu
masalah tempat tinggal dan kesehatan. Oleh karena itu, masalah pengungsi termasuk kedalam keamanan komunitas comunity security dan keamanan kesehatan health
security. Kemudian dampak yang dihadirkan oleh arus pengungsi mendorong
perlunya penanganan yang serius dan komprehensif oleh aktor negara dan organisasi internasional UNHCR.
F. Metode Penelitian
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui penelitian kepustakaan library research
dan wawancara. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mencari buku, artikel jurnal, catatatan, maupun hasil penelitian dari penelitian terlebih dahulu
yang berkaitan dengan penelitian ini. Sedangkan wawancara dilakukan dengan mewawancarai Mitra Suryono yg merupakan staff informasi publik dan dokumentasi
di kantor UNHCR Jakarta untuk mendapatkan informasi mengenai oprasi UNHCR secara umum.
Selain dengan penelitian kepustakaan library research dan wawancara, dalam mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian, dilakukan pula dengan
mengunjungi perpustakaan-perpustakaan. Perpustakaan-perpustakaan tersebut seperti perpustakaan Universitas Indonesia, perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah dan perpustakaan Universitas lainnya. Selain itu, dalam mendapatkan
22
data tersebut penulis juga mengunjungi pusat-pusat dokumen seperti pusat dokumen United Nations High Commissioner for Refugee
UNHCR Jakarta, The International Commitee of Red Cros
JakartaICRC, The Centre for Strategic and International studies
CSIS dan Pusat Informasi Kompas PIK. Setelah dilakukan pengumpulan data, maka data tersebut dianalisa dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah penelitian yang mengupayakan gambaran secara spesifik mengenai suatu situasi, mekanisme
dan proses berdasarkan data dan fakta melalui proses analisis.
42
Dengan demikian hasil penelitian ini berupa analisa yang didapatkan dengan cara mengoprasionalisasi
data dengan kerangka konseptual yang menghasilkan kesimpulan terhadap upaya UNHCR dalam menangani pengungsi Suriah di Lebanon.
G. Sistematika Penelitian
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
E. Kerangka Pemikiran
F. Metode Penelitian
42
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007 4.
23
G. Sistematika Penelitian
BAB II : KONFLIK SURIAH DAN PERMASALAHAN PENGUNGSI
SURIAH DI LEBANON A.
Konflik Suriah dan Arus Pengungsi Suriah B.
Pengungsi Suriah di Lebanon C.
Permasalahan yang dihadapi Pengungsi Suriah di Lebanon 1.
Masalah Tempat Tinggal 2.
Masalah Kesehatan D.
Respon Pemerintah Lebanon terhadap Pengungsi Suriah 1.
Membuka Perbatasan Lebanon 2.
Membentuk Komite Tripartit
BAB III :
UNITED NATIONS HIGH COMMISSIONER FOR REFUGEESUNHCR DAN PENANGANAN MASALAH
PENGUNGSI A.
Eksistensi UNHCR dan Mandatnya 1.
Instrumen UNHCR dalam Memberikan Perlindungan terhadap Pengungsi a.
Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi b.
Protokol Tambahan tentang Status Pengungsi Tahun 1967 B.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan UNHCR terkait Masalah Pengungsi 1.
Bantuan Langsung Asisstance
24
2. Solusi Berkelanjutan Durabel Solution
a. Repatrasi Sukarela Voulentary Repatration
b. Integrasi Lokal Local Integration
c. Pemukiman Kembali Resettlement
BAB IV : PENANGANAN PENGUNGSI SURIAH DI LEBANON
OLEH UNHCR TAHUN 2011-2013 A.
Upaya UNHCR dalam Menangani Pengungsi Suriah di Lebanon 1.
UNHCR sebagai Inisiator 2.
UNHCR sebagai Fasilitator a.
UHNCR sebagai Fasilitator dalam Permasalahan Tempat Tinggal b.
UHNCR sebagai Fasilitator dalam Permasalahan Kesehatan 3.
UNHCR sebagai Determinator B.
Interaksi UNHCR dengan Pemerintah Lebanon C.
Hambatan UNHCR dalam Menangani Pengungsi Suriah di Lebanon 1.
Hambatan dalam Penanganan Permasalahan Tempat Tinggal 2.
Hambatan dalam Penanganan Permasalahan Kesehatan