Konsep Organisasi Internasional Kerangka Pemikiran

14 Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa konsep organisasi internasional digunakan untuk memahami dan menjelaskan peran UNHCR dalam menangani pengungsi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini konsep organisasi internasional dijadikan alat analisis untuk mengetahui peran organisasi ineternasional terkait dengan upaya UNHCR menangani masalah pengungsi Suriah di Lebanon.

2. Konsep Pengungsi

Pengertian atau istilah pengungsi secara umum memiliki beragam pengertian. Sebagaimana dalam buku pengantar hukum pengungsi internasional yang ditulis oleh Achmad Romsan bahwa terdapat dua pendapat ahli yang berhubungan dengan pengertian atau batasan dari istilah pengungsi, yaitu Malcom Proudfoot dan Pietro Verri. Menurut pandangan Proudfoot bahwa pengungsi merupakan suatu kelompok orang-orang yang terpaksa pindah ke tempat lain akibat adanya penganiayaan, deportasi secara paksa, atau pengusiran orang-orang dan perlawanan politik pemerintah yang berkuasa. Dapat pula dalam bentuk pengembalian etnik tertentu ke negara asal tertentu mereka atau provinsi baru yang timbul akibat perang atau perjanjian atau penentuan tapal batas secara sepihak sebelum perang terjadi. Perpindahan penduduk sipil secara besar-besaran akibat adanya tekanan dan ancaman. Perpindahan secara paksa penduduk dari wilayah pantai atau daerah 15 pertahanan berdasarkan perintah militer secara pemulangan tenaga kerja paksa untuk ikut dalam perang. 26 Sedangkan Pietro Verri dalam mendefinisikan pengungsi merujuk pada Pasal 1 konvensi 1951 khususnya pada kalimat ‘applies to many person who has fled the country of his nationality to avoid persecution or the threat of persecution’. Dalam pandangannya pengungsi merupakan seseorang atau sekelompok orang yang meninggalkan negaranya karena adanya ketakutan yang tidak terhingga serta adanya kemungkinan atau potensi penyiksaan. 27 Berdasarkan pengertian pengungsi menurut kedua pandangan di atas. Maka penelitian ini lebih menekankan kepada pengertian yang dijelaskan oleh Pietro Verri, karena pandangan Pietro Verri merujuk kepada Pasal 1 konvensi 1951 mengenai status pengungsi yang merupakan dasar utama organisasi internasional terutama UNHCR dalam menentukan status pengungsi di seluruh dunia. Sebagaimana dalam pasal 1A 2 dari Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi mendefinisikan pengungsi sebagai setiap orang yang: As a result of event occurring before 1 January 1951 and owing to well founded fear of being persecuted for reasons of race, relegion, nationality, membership of a particular social group or political opinion, is outside the country of 26 Achmad Romsan, Pengantar Hukum Pengungsi Internasional Bandung: Sainc Offset, 2003 h. 36. 27 Romsan, Pengantar Hukum Pengungsi Internasional, 36. 16 his nationality and is unable or, owing to such fear is unwilling to avail himself of such events, is unable or, owing to such fear, is unwilling to it. 28 Terjemahan Resmi: 29 Sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum 1 Januari 1951 dan disebabkan oleh ketakutan yang beralasan akan persekusi karena alasan-alasan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada kelompok sosial tertentu atau opini politik, berada di luar negara kewarganegaraannya dan tidak dapat, atau karena ketakutan tersebut, tidak mau memanfaatkan perlindungan Negara itu, atau seseorang yang tidak mempunyai kewarganegaraan dan karena berada di luar Negara dimana ia sebeumnya biasanya bertempat tinggal, sebagai akibat peristiwa-peristiwa termaksud, tidak dapat atau karena ketakutan tersebut, tidak mau kembali ke Negara itu. Dalam mendefinisikan arti pengungsi terlebih dahulu dilihat dari penyebab terjadinya pengungsi. Sebagaimana menurut Irawati Handayani konsep pengungsi memiliki dua pengertian, hal tersebut dilihat dari dua faktor yang menyebabkan adanya pengungsi. Pertama pengungsi yang disebabkan oleh peristiwa alam natural disaster dan pengungsi yang disebabkan oleh perbuatan manusia human made disaster. 30 Oleh karena itu, dalam penelitian ini lebih melihat kepada definisi pengungsi yang disebabkan oleh manusia human made disaster. Seperti pengungsi Suriah di Lebanon, karena permasalahan pengungsi Suriah di Lebanon merupakan permasalahn kemanusiaan yang diakibatkan oleh konflik dalam negeri. Dengan demikian, konsep pengungsi yang telah dijelaskan di atas digunakan sebagai dasar organisasi internasional dalam menentukan status kepengungsian 28 United Nations High Commissioner for Refugees UNHCR, Convention and Protocol Relating to the Status of Refugees, [database on-line]; diakses dari: http:www.unhcr.org3b66c2aa10.html internet: pada 1 Maret 2014. 29 Terjemahan dari : Konvensi dan Protokol Mengenai Status Pengungsi, Jakarta:UNHCR Media Relation and Information Service, 2010, 21. 30 Irawati Handayani, “Perlindungan terhadap Pengungsi Domestik Internal Displaced Person dalam Sengketa Bersenjata Internal Menurut Hukum Internasional, ” Bandung: Jurnal HI UNPAD, Vol.1 No. 2, 2001: 158. 17 seseorang. Sebagaimana tercantum dalam konvensi 1951 tentang status pengungsi, sehingga konsep pengungsi dalam konvensi 1951 tentang status pengungsi menjadi landasan UNHCR, dalam menjalankan peranannya sebagai organisasi internasional yang menangani pengungsi.

3. Konsep Keamanan Manusia Human Security

Dimensi keamanan dalam studi Hubungan Internasional yang pada mulanya berfokus pada keamanan negara, mengalami pergeseran dari perspektif tradisional yang terbatas pada perang dan damai menuju perspektif non-tradisional yang lebih mengedepankan keamanan manusia human security. Oleh karena itu, keamanan tidak lagi terfokus pada interstate relations tetapi juga pada keamanan untuk masyarakat. 31 Pergeseran isu keamanan pasca Perang Dingin yang pada awalnya fokus terhadap keamanan negara berubah menjadi keamanan manusia human security merupakan sebuah reaksi terhadap masalah-masalah dunia yang dihadapi saat ini. Seperti perdagangan manusia human trafficking, terorisme, masalah pangan, perdagangan senjata ilegal dan permasalaan pengungsi akibat konflik kekerasan fisik, pelanggaran hak asasi manusia dan sebagainya. 32 Konsep keamanan manusia human security pertama kali dikenal melalui publikasi United Nations Depelovment Programme UNDP yang berjudul “Human 31 Simon Dalby, Environmental Dimension of Human Security, in Environmental Security: Approach and Issues, edited by Rita Floyd and Richard Mattew London: Routledge 2013, 102-103 32 Dalby, Environmental Dimension of Human Security,103.

Dokumen yang terkait

Kewenangan United Nation High Commisioner For Refugees (Unhcr) Dalam Perlindungan Pengungsi Konflik Suriah Di Wilayah Turki

7 112 91

Peranan united nation high commissioner for refugees (UNHCR) dalam menangani masalah pengungsi dan pencari suaka di Indonesia 2008-2011

2 27 134

PERANAN INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION (IOM) DAN HUBUNGANNYA DENGAN UNITED NATION HIGH COMMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DALAM MENANGANI IMIGRAN DAN PENGUNGSI DI INDONESIA

3 17 20

Peranan united nation high commissioner for refugees (UNHCR) dalam menangani masalah pengungsi dan pencari suaka di Indonesia 2008-2011

1 24 134

PELAKSANAAN HUMANITARIAN ASSISTANCE OLEH UNITED NATIONS HIGH COMMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN DAN BANTUAN TERHADAP INTERNALLY DISPLACED PERSONS (IDPs) DI NAGORNO KARABAKH.

0 4 12

PERANAN UNHCR ( United Nation High Commission for Refugees) DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA PENGUNGSI KORBAN KONFLIK SURIAH YANG BERADA DI NEGARA TRANSIT HONGARIA.

0 3 9

SKRIPSI PELAKSANAAN HUMANITARIAN ASSISTANCE OLEH UNITED NATIONS HIGH COMMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN DAN BANTUAN TERHADAP INTERNALLY DISPLACED PERSONS (IDPs) DI NAGORNO KARABAKH.

2 9 12

PENDAHULUAN PELAKSANAAN HUMANITARIAN ASSISTANCE OLEH UNITED NATIONS HIGH COMMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN DAN BANTUAN TERHADAP INTERNALLY DISPLACED PERSONS (IDPs) DI NAGORNO KARABAKH.

0 2 17

PENUTUP PELAKSANAAN HUMANITARIAN ASSISTANCE OLEH UNITED NATIONS HIGH COMMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN DAN BANTUAN TERHADAP INTERNALLY DISPLACED PERSONS (IDPs) DI NAGORNO KARABAKH.

0 6 12

PERLINDUNGAN HUKUM PENGUNGSI VIETNAM DI PULAU GALANG KEPULAUAN RIAU PADA TAHUN 1979-1996 OLEH UNHCR (UNITED NATIONS HIGH COMMISSIONER FOR REFUGEES) DITINJAU DARI KONVENSI WINA 1951 DAN UNDANG-UNDANG N.

0 0 1