16
yang dilakukan secara mutual, seperti mutual insurance dan protection and indemnity club P I Club.
Berdasarkan defenisi diatas, dalam asuransi terdapat tiga unsur yang terkandung, yaitu :
1. Pihak tertanggung Insurated, yang berjanji membayar uang kepada pihak
penanggung , baik secara sekaligus maupun angsuran. 2.
Pihak penanggung Insurer, yang berjanji akan membayar sejumlah uang santunan kepada tertanggung, apabila terjadi suatu resiko yang
mengandung unsur ketidakpastian. 3.
Suatu peristiwa Accident yang tidak diketahui sebelumnya.
Pengertian asuransi syariah ini juga diperkuat dengan dikeluarkannya fatwa mengenai asuransi syariah pada tahun 2001 oleh Dewan Syariah Nasional DSN.
Dalam DSN No.21DSN-MUIX2001 bagian pertama mengenai ketentuan umum angka 1, disebutkan pengertian asuransi syariah
ta’min, takaful, atau tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau
pihak melalui investasi dalam bentuk a set dan atau tabarru’, yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad perikatan yang sesuai dengan syariah.
13
13
Wirdya Ningsih, et all, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia Jakarta: Kencana, 2005, cet.2.
17
Kehadiran asuransi syariah pun tampaknya merupakan sebuah media untuk terjemalnya kemaslahatan umat. Sedangkan kemaslahatan umat itu sendiri merupakan
tujuan utama dari syariat islam. Hal ini berarti bahwa kehadiran asuransi syariah seiring dengan tujuan yang dikehendaki dan disyariatkannya ajaran islam kepada
umat manusia, yakni kemaslahatan manusia itu sendiri. Selain itu, asuransi syariah juga memiliki fungsi yang dapat membantu
program pemerintah dalam mensejahterakan kehidupan rakyat. Fungsi ini dapat dilihat segi pembangunan nasional. Maka dari itu kehadiran asuransi syariah
memiliki fungsi untuk mensejahterakan dan menentramkan kehidupan rakyat ketika tertimpa musibah atau bencana.
14
2. Dasar Hukum Asuransi Syariah
Konsep dasar asuransi adalah untuk memberikan ketenangan pada seseorang dari bahaya yang mungkin terjadi dan menyebabkan kerugian materiil. Dengan kata
lain, asuransi bertujuan untuk meminimalisir ketakutan akan kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan dan dapat membawa dampak yang tidak disukai.
15
Target asuransi dengan demikian adalah menghilangkan atau meminimalisir ketakutan dan kekhawatiran. Hal ini menurut syara’ sah-sah saja, atau diterima
maqbul. Dari sisi lain, seorang mukmin dituntut untuk selalu takut kepada Allah SWT.,
dan sudah menjadi tabiatnya pula untuk takut terhadap siksa, baik di dunia maupun
14
Yadi Janwari, Asuransi Syariah Pustaka Bani Quraisy
15
Husain Husain Syahatah, Asuransi dalam Perspektif Syariah Jakarta: Amzah, 2006.
18
akhirat. Juga khawatir terhadap keluarga dan anak-anaknya jika kelak ia meninggal dunia, khawatir akan kekurangan harta dan buah-buahan, serta takut dari kezaliman.
Fakta ini didasarkan pada firman Allah SWT., di dalam Alquran :
Artinya : Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurungan harta, jiwa, dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang- orang yang sabar. QS. Al-Baqarah 2;155.
Dari ayat diatas, tampak jelas bahwa jiwa manusia selalu diliputi beragam ketakutan dan kekhawatiran, dan karenanya dia membutuhkan solusi untuk
meringankan atau bahkan menghilangkan perasaan tersebut. Dalam hal ini, Islam telah meletakkan sebuah pendekatan untuk mencapai tujuan tersebut yang
diaktualisasikan dalam bentuk ketakwaan kepada Allah, penerapan sistem solidaritas social, dan perilaku yang baik dan terpuji, sekaligus dorongan untuk menabung demi
kemaslahatan generasi mendatang, juga gotong royong, saling membantu, solider, dan menjalin persaudaraan diantara kaum muslimin sebagai saudara seiman.
Landasan hukum asuransi syariah bertumpu pada konsep ta’awun tolong-
metolong, dan at- ta’min memberi rasa aman, Allah SWT., berfirman :
Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.QS. Al-
Ma’idah 5; 2.
19
Dalam ayat diatas menjelaskan bahwa semua peserta asuransi adalah sebagai keluarga besar yang menanggung dan menjamin resiko terhadap satu sama lain. Dari
paparan di atas dapat kita simpulkan bahwa asuransi dari ketakutan dan marabahaya pada dasarnya adalah gagasan yang acceptable atau dapat diterima menurut Islam.
Dalam pelaksanaannya, landasan hukum yang digunakan oleh perusahaan asuransi syariah mengacu pada ketentuan pasal 1 ayat 1 UU. No. 2 tahun 1992
tentang usaha perasuransian, yang menerangkan bahwa “asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada pihak tertanggung dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
melalui pihak ketiga, yang mungkin akan diderita oleh pihak tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.
16
3. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah
Pada dasarnya, prinsip-prinsip yang terdapat dalam asuransi konvensional, juga berlaku pada asuransi syariah. Seperti, prinsip Insurable Interest, prinsip
Idemnity, prinsip Subrogasi, prinsip Proximate Cause, prinsip Contribution, prinsip
16
M. Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional :Teori, system, Aplikasi, dan Pemasaran Jakarta: Kholam Publishing, 2006, Cet.1.