Sceen 4 Pendidikan dan Pelatihan

111 Inilah yang kesalehan sosial ajarkan bahwa pendidikan dan pelatihan keterampilan bukan hanya untuk orang yang normal saja tapi juga orang yang tidak mampu seperti orang gila, gelandangan, anak jalanan dan semua masyarakat kalangan bawah kita harus tetap mengajarkan dan memberikan ilmu kita kepada mereka karena kita sesama manusia harus tetap saling tolong menolong dan meskipun sedikit ilmu yang kita berikan bagi mereka dan pengaruhnya sangat besar. Islam adalah agama tolong menolong, Islam menggalakan umatnya agar selalu melepaskan saudaranya yang dalam kesempitan dunia, yang berada dalam kesusahan hidup. Memberikan suatu ilmu tambahan kepada orang-orang yang tidak mampu baik secara fisik maupun rohani merupakan salah satu wujud memberantas kebodohan, apabila seorang manusia hidup tanpa ilmu sedikitpun niscaya ia akan menjadi sampah masyarakat. Oleh karena itu pemberian ilmu berupa keterampilan dan kecakapan diri lifeskill bisa membantu manusia mengarungi kehidupan di dunia. Pemberian pelatihan kecakapan diri ini bisa dilakukan dengan pendekatan-pendekatan agama seperti mengajarkan shalat, mengaji, dan berwudhu. Karena melalui pendekatan-pendekatan agama seseorang bisa mulai kita ajarkan bagaimana disiplin tidak hanya disiplin dalam menjalankan semua perintah Allah saja tapi juga disiplin menjalani setiap pekerjaan yang akan ia lakukan. Meringankan beban orang yang membutuhkan dengan cara memberikan keterampilan hidup lifeskill termasuk suatu ibadah dan insya Allah mendapat pahala hal ini pun sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang berbunyi : 112 Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa meringankan satu kesusahan orang mukmin dari kesusahan- kesusahan-nya di dunia, maka Allah akan meringankan satu kesusahan dari kesusahan- kesusahan pada hari qiyamat. Membantu memberikan keterampilan terhadap golongan orang yang membutuhkan dirasa masih sangat jarang di Indonesia kita selalu sibuk terhadap diri kita. Kita selalu memikirkan bagaimana kita bisa lebih mengasah diri lagi agar kita naik jabatannya, agar kita bisa memperoleh gaji yang lebih besar dan segala macam sikap ke egoisan kita lainnya. Sebenarnya memberikan pelatihan kecakapan diri ini sangatlah mudah kita hanya memerlukan hati yang tulus dan segenap kemampuan kita untuk berbagi terhadap mereka yang membutuhkan. Jadikanlah diri kita penuh dengan rasa kesalehan sosial niscaya tidak akan ada lagi kesulitan yang dialami oleh seluruh masyarakat. a. Narasi Antar Adegan Utama dan Pendukung pada Tabel 3.16 Tabel di atas merupakan serangkaian narasi yang saling berkaitan satu sama lain. Dalam rangkaian gambar di atas, sutradara mencoba menampilkan beberapa adegan kesalehan sosial dalam bentuk melatih dan mengajarkan orang yang tidak mampu dalam konteks beribadah kepada allah SWT yang terjadi dalam Film Penjuru 5 Santri. seluruh adegan 113 berikut ditampilkan mulai dari Gus Pras mencoba mengajarkan orang gila berwudhu, sholat, dan berdoa seperti selayaknya manusia biasa. Pada gambar 1 tabel 3.16 terlihat Gus Pras sedang mengajarkan berwudhu kepada orang gila, walaupun pada awalnya orang gila tersebut tidak mau untuk berwudhu, tetapi Gus Pras terus mengajarinya hingga akhirnya orang gila tersebut mau mengikutinya di mulai dari mencuci tangan, berkumur-kumur, hingga mencuci kaki. Pada gambar 2 tabel 3.16 terlihat Gus Pras membantu orang gila untuk berdiri dan berjalan setelah diajarkan berwudhu, kemudian Gus Pras dan Kiai Landung membawa orang gila ke dalam masjid untuk diajarkan sholat. Pada gambar ke 3 tabel 3.16 Gus Pras memberikan arahan kaki yang benar kepada orang gila walaupun orang gila tersebut awalnya tidak mau dan mengeluh kesakit. Berikut dialognya: Pada gambar 4 tabel 3.16 terlihat Gus Pras sedang menuntun orang gila untuk menggerakan kepala kekiri dan kekanan dengan mengucapkan salam. Gus Pras : Ini salah. Orang Gila : Aaaaa teriak kesakitan Gus Pras : Ini sakit karena salah duduknya. Orang Gila : Gini aja Gus Pras : Ayo sambil membetulkan kaki Gus Pras : assalamualaikum warohmatullah sambil menggerakan kepala rang gila kearah kana dan kiri. Orang Gila : assalamualaikum. 114 Pada gambar 5 tabel 3.16 Gus Pras mengambil tangan orang gila untuk berusap ke wajah dan menuntun orang gila tersebut untuk mengucapkan “alhamdulillah dan Allahu Akbar” kemudian terlihat ketenangan dalam diri orang gila tersebut.

5. Seceen 5 Profesionalisme

Tabel 3.17 Visualisasi: Denotasi Pada gambar pertama Terlihat dua orang pria berhadapan dengan kiai Landung dan empat santri. Pada gambar kedua terlihat seorang pria yang mengenakan seragam dinas sedang berbincang dengan seorang pria berkemeja. Pada gambar ketiga terlihat kerumunan orang sedang berdiri dan ditengah-tengah terlihat dua orang sedang berjabat tangan. Pada gambar keempat terlihat tiga orang pria sedang mengamati sesuatu di balik semak belukar. Gambar 1 Gambar 2 115 Gambar 3 Gambar 4 Konotasi Konotasi yang ingin disampaikan dari rangkaian adegan di atas ialah sikap profesionalisme seorang pimpinan yang ditunjukan oleh pak lurah sebagai pemimpin desa pak lurah selalu sigap menanggapi setiap masalah yang sedang terjadi didaerahnya. Dalam rangakain gambar ini Pak lurah sigap menanggapi laporan dari pak kiai yang mengatakan bahwa ada kegiatan muncurigakan di dalam hutan dan patut untuk di telususri lebih lanjut, kemudian pak lurah beserta pak RT dan Gus Pras bersama-sama menyelidiki kegiatan tersebut. Inilah seharusnya sikap yang harus dicontoh oleh para pemimpin. 116 Sebagai harapan sekaligus pelindung dan pengayom masyarakat pemimpin harus bisa tanggap memutuskan apa saja tindakan yang harus di lakukan agar masyarakatnya bisa aman, tentram dan nyaman. Pemimpin pun harus berani turun langsung ketika ada masalah di dalam wilayahnya dia tidak boleh asal dalam mengutus orang untuk menyelidiki masalah tersebut. Sebagai seorang pemimpin sudah pasti harus mampu mengemban amanah yang diberikan salah satu upaya mengemban amanah adalah menumbuhkan sikap kesalehan sosial dalam diri pemimpin itu sendiri lalu selah sikap kesalehan sosial mampu ia tanamkan dan ia terapkan niscaya pempin tersebut akan dinilai sebagai pemimpin yang profesional oleh masyarakatnya sekaligus bisa dijadikan contoh oleh masyarakat. “Para tokoh masyarakat di desa cenderung mengahrgai hak pendapat masyarakat, sehingga tidak terjadi pemimpin yang mutlak dan seorang lurah harus turun langsung kemasyarakat apabila terjadi hal-hal yang diperlukan bahkan kejadian yang mencurigakan yang bisa mengancam masyarakat setempat. Pemimpinlah yang harus ikut andil dalam menyikapi permasalahan yang ada karena pemimpin itu sudah diberikan amanah untuk menjalani tugas-tugasnya. Begitu juga ada hubungan baik antara pemerintah setempat dengan pesantren dan masyarakat sekitarnya itu yang di tunjukan pada film tersebut. Makanya saya membuat adegan dimana pemimpin itu harus bersikap seperti yang dicontohkan oleh film sekaligus menjadi teguran pada pemimpin-pempimpin kita sekarang ini khususnya para pejabat yang ada di Indonesia ”. 11 Mitos Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah menyukai senang jika salah seorang diantara kamu mengerjakan suatu pekerjaan dilakukan dengan profesionalsempurna” HR. Imam Baihaqi. 11 Wawancara dengan Sutradara dan Penulis Skenario Film Penjuru 5 Santri Plaza Tamini Square pada 8 Juni 2015. 117 Bekerja secara sungguh-sungguh dan menjunjung tinggi sikap keprofesionalan sangatlah patut kita tiru dan kita jadikan sebagai etos kerja. Dan dalam hal ini yang ditampilkan dalam adegan di atas adalah sebuah sifat profesional dari seorang pipminan lurah. Seperti yang kita pahami bersama bahwa sebagai seorang pemimpin kita wajib untuk mengayomi seluruh masyarakat yang kita pimpin. Namun diera milenium seperti ini banyak sekali manusia-manusia licik yang mengandalkan jabatannya demi meraup keuntungan semata dan tidak jarang banyak sekali kasus pemimpin seperti ini yang berujung hotel prodeo. Hal ini harus kita sadari bahwasanya apabila kita diberikan jabatan kita harus tetap amanah dalam menjaga kepercayaan yang sudah diberikan masyarakat bekerja secara maksimal dan profesional maka akan tercipta suatu sistem pemerintahan yang adil bagi seluruh masyarakatnya karena dipimpin oleh pimpinan yang shaleh dan mampu bekerja secara profesional.

a. Narasi Antar Adegan Utama dan Pendukung pada Tabel 3.17

Pada tabel di atas merupakan serangkaian narasi yang saling berkaitan satu sama lain. Dalam rangkaian gambar di atas, sutradara mencoba menampilkan beberapa adegan kesalehan sosial dalam menjalankan profesi sesuai dengan keahlian menjujung tinggi amanah yang diberikan dan selalu memberikan kemanfaatan dan kemaslahatan untuk kepentingan umat yang terjadi dalam Film Penjuru 5 Santri. Seluruh adegan ini dimulai dari Pak Lurah datang ke Pondok Pesantren hingga Pak Lurah Blusukan ke hutan.