Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara berkembang yang sedang membangun tatanan perekonomiannya. Dimana penggerak perekonomian Indonesia selain dari hasil agraris maupun manufaktur, ada sektor lain yang ikut meramaikan roda perekonomian Indonesia. Sektor tersebut adalah ritel. Awalnya, pasar ritel Indonesia dikuasai oleh beberapa pemain ternama yang sudah lama berkecimpung dalam usaha ini. Hero, Indomaret, Ramayana, Matahari, Alfa adalah beberapa nama yang telah lama menguasai jagad eceran Indonesia. Namun serbuan hipermarket yang begitu gencar di tahun 2000-an menjadikan peta persaingan bisnis ritel menjadi makin sengit. Pertumbuhan hipermarket sangat fenomenal, yaitu 15 per tahun dan itu menjadikan pertumbuhan supermarket tertinggal jauh hanya 7 per tahun sedangkan pasar tradisional justru turun 8,1, jadi secara tidak langsung hipermarket telah mengambil potensi yang seharusnya diambil oleh supermarket dan pasar tradisonal wet market. Pertumbuhan itu menyebabkan bisnis eceran hipermarket paling tinggi dibandingkan jenis bisnis eceran lainnya di Indonesia Sudarmadi, 2004:29. Perkembangan yang sangat tinggi ini menunjukkan bahwa pasar Indonesia memiliki potensi yang sangat menjanjikan bagi usaha ritel. 1 Pertumbuhan hipermarket yang sangat fenomenal itu didorong oleh beberapa indikator di pasar. Indikator yang pertama adalah kenaikan hipermarket khususnya karena didukung oleh pertumbuhan konsumen urban yang berpendapatan Rp 1,25 - 1,8 juta. Pada tahun 2004 persentase pada kelompok ini mencapai 27 dan jumlah konsumen kelas ini mencapai 22 juta orang. Indikator yang kedua perkembangan hipermarket sebenarnya juga seiring maraknya produk-produk yang berada di pasar mengalami segmentasi, dan hampir semua produk di leverage ke dalam banyak segmen. Indikator yang ketiga berkembangnya hipermarket secara pesat di Indonesia karena mampu menawarkan harga yang paling rendah, produk selalu Fresh perputarannya cepat, area belanja luas dan jumlah produknya lengkap. Ritel menjadi salah satu kegiatan perekonomian yang menjadi target para investor dalam mengembangkan bisnisnya. Itu dilihat dari perkembangan retail di Indonesia cukup pesat. Hypermart, Makro, Giant dan Carrefour adalah nama-nama yang dikenal bertipe hypermarket. Lahan yang luas, display yang lega, pilihan barang yang sangat bervariatif dan serba ada sekaligus menjunjung kemudahan berbelanja, menjadi karakteristik tersemat dalam istilah hipermarket. Perusahaan yang disebut terakhir, hingga tahun 2007 menduduki nomor wahid dari sisi penjualan. Carrefour berasal dari Perancis dan memulai sejarahnya di Indonesia pada bulan Oktober 1998 dengan membuka unit pertama di Cempaka Putih. Pada tahun yang sama, Continent yang juga sebuah paserba Pasar Serba Ada dari Perancis, membuka unit utamanya di Pasar Festival. Di penghujung tahun 2 1999, Carrefour dan Promodes induk perusahaan Continent yang berbasis di Perancis melakukan konsolidasi atas semua usahanya di seluruh dunia dengan nama Carrefour. Konsolidasi ini membuat Carrefour jadi grup usaha retail terbesar kedua di dunia setelah Wal-Mart asal Amerika. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, Carrefour sudah mempunyai 30 gerai yang tersebar di Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi. Setelah mengakuisisi saham PT. Alfa Retailindo, Tbk Alfa, kini Carrefour memiliki 60 gerai di Indonesia di Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Yogyakarta, Semarang, Medan, Palembang dan Makassar dengan 11 ribu karyawan profesional yang siap untuk melayani para konsumen. Di tingkat global, Carrefour beroperasi di 32 negara dengan 15 ribu gerai dan 490 ribu karyawan. Di Eropa, Carrefour jadi peretail pertama, mengalahkan Wal- Mart www.carrefour.com. Pada 2007, total penjualan mencapai US 141,09 miliar. Bersama Wal-Mart dan Tesco Inggris, Carrefour adalah 3 dari 10 megaretail yang meraup keuntungan 50 persen www.etcgroup.org. Perkembangan Carrefour yang pesat mempunyai pengaruh terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Menyediakan lapangan pekerjaan, menumbuhkan usaha-usaha kecil menengah yang merupakan pemasok bagi Carrefour dan menambah income untuk negara serta ikut meramaikan roda perekonomian Indonesia. Menurut Berman dan Evan 2001:70 , ada beberapa hal yang membuat industri retail penting untuk dipelajari, yaitu : pertama, implikasi retailing pada perekonomian global. Penjualan retail dan daya serap tenaga kerjanya menjadi 3 kunci dalam perekonomian global. Kedua, fungsi retail dalam rantai distribusi. Retail menjadi bagian terakhir dalam rantai distribusi, retail menjadi penghubung antara final konsumer, dengan manufaktur dan whole saler. Ketiga, hubungan antara retailer dengan supplier mempunyai pandangan yang berbeda. Dengan meningkatnya bisnis-bisnis eceran apalagi toko yang berciri hipermarket yang menyediakan berbagai macam produk dengan menekankan harga murah, peranan toko sendiri juga sangat penting didalam memenuhi kebutuhan konsumen, karena didalam toko biasanya konsumen sering melakukan proses pencarian, pemilihan dan pengambilan keputusan atas suatu produk. Oleh karena itu, lingkungan dan fasilitas dalam toko haruslah mendukung dalam pengambilan keputusan atas suatu produk. Konsumen juga memiliki bermacam – macam motivasi atau alasan untuk berbelanja, itu dikarenakan para konsumen melakukannya selain untuk mendapatkan produk, konsumen juga memandang berbelanja sebagai suatu hal yang menyenangkan yang disertai atau lebih ke aktifitas-aktifitas seperti yang diungkapkan Assael 1992:662 berikut ini: 1. Menikmati lingkungan toko. 2. Menelusuri dan mengamati penawaran-penawaran toko. 3. Mendapatkan informasi dari pramuniaga tentang produk. 4. Membelanjakan uang. Lingkungan dalam toko memiliki peran yang sangat penting untuk menarik minat konsumen. Lingkungan toko dengan fasilitas fisiknya beserta 4 dengan suasana dalam toko, penetapan harga serta promosi dan pelayanan yang diberikan suatu toko memberikan stimuli-stimuli yang diterima oleh konsumen tersebut sehingga menimbulkan persepsi terhadap keseluruhan toko tersebut yang disebut store image. Di Indonesia, Carrefour cukup pesat perkembangannya. Hal tersebut diawali dari penerapan strategi pemasaran yang sesuai dengan pola perilaku konsumen saat ini. Sistem pemasaran memadukan antara bauran pemasaran dan kualitas pelayanan. Dengan begitu, setidaknya harapan-harapan konsumen dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginannya dapat terwujud. Hal tersebut merupakan pondasi Carrefour dalam menanamkan citra dibenak konsumen. Fokus terhadap konsumen, Carrefour terjemahkan dalam 3 pilar utama yang diyakini akan dapat membuat Carrefour menjadi pilihan tempat belanja bagi para konsumen Indonesia. Ketiga pilar utama tersebut adalah sebagai berikut : 1. Harga yang bersaing. 2. Pilihan yang lengkap. 3. Pelayanan yang memuaskan. Umumnya konsumen akan tertarik membeli sebuah produk setelah melihat dan mempertimbangkan harganya. Dalam penentuan harga, perusahaan tersebut harus membuat analisis yang tepat sasaran. Dan itu pun harus dibarengi dengan kualitas produk yang baik sehingga jaminan kualitas bisa dirasakan oleh konsumen. 5 Promosi secara umum harus menciptakan hubungan dengan konsumen. Promosi penjualan harus membantu memperkuat posisi produk dan menciptakan keterkaitan jangka panjang dengan konsumen, dan konsumen akan jauh lebih banyak mengenal produk yang ditawarkan. Kualitas pelayanan sangat menentukan kemajuan dari bisnis retail. Dalam hal ini, memberikan kualitas pelayanan service quality yang baik dan memberi kepuasan kepada konsumen, dipandang sebagai sesuatu yang harus dimiliki untuk mendapatkan keunggulan yang berkelanjutan Shemwell, Yavas dan Bilgin, 1998. Perusahaan yang mengadopsi kualitas pelayanan juga dapat menbangun keunggulan bersaing. Rapert dan Wren dalam Ariyanto: 2003. Kualitas pelayanan yang baik terutama dalam usaha membangun kepercayaan pelanggan merupakan kunci yang menentukan dalam meraih keberhasilan pada sektor ritel modern Sitathan, 2003. Citra perusahaan kemungkinan dapat menjadi faktor yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan suatu perusahaan. Sehingga citra dapat mempengaruhi kegiatan pemasaran suatu organisasi atau perusahaan yang berorientasi pada laba maupun non laba. Zeithhaml, et all 1996 menyarankan bahwa hubungan konsumen dengan perusahaan dikuatkan ketika pelanggan membuat penilaian yang positif tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh suatu perusahaan dan dilemahkan ketika konsumen membuat penilaian negatif tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan tidak sesuai dengan yang konsumen harapkan. 6 Perilaku berlangganan petronage konsumen mengarah pada perusahaan tertentu bergantung pada citra image perusahaan. Semakin mengesankan citra perusahaan, valensi valence konsumen pada perusahaan semakin tinggi. Ariyanto, 2003. Oleh karena itu penulis ingin memberikan gambaran tentang “Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian dengan Citra Toko sebagai Variabel Intervening”. Studi kasus dilaksanakan di Carrefour Lebak Bulus.

B. Perumusan Masalah