21
ditinjau dari peningkatan produksi sejumlah komoditas yang diperoleh suatu wilayah.
Pertumbuhan regional dapat terjadi sebagai akibat dari penentu-penentu endogen atau eksogen, yaitu faktor-faktor yang terdapat didalam daerah yang
bersangkutan atau faktor-faktor di luar daerah, atau kombinasi dari keduanya. Penentu endogen, meliputi distribusi faktor-faktor produksi seperti tanah, tenaga
kerja, dan modal. Sedangkan penentu eksogen adalah tingkat permintaan dari daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut Glasson,
1997. Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat dalam
era otonomi daerah. Hal ini cukup logis, karena dalam era otonomi daerah masing-masing daerah berlomba-lomba meningkatkan pertumbuhan ekonomi
daerahnya, untuk meningkatkan kemakmuran masyarakatnya. Oleh karena itu, pembahasan tentang struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah akan sangat
penting artinya bagi pemerintah daerah dalam menentukan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong perumbuhan ekonomi daerahnya Sjafrizal,
2008. Perbedaan pokok antara analisis pertumbuhan perekonomian nasional dan
analisis pertumbuhan daerah adalah bahwa yang menjadi titik berat dalam analisis tersebut adalah perpindahan faktor factor movement. Kemungkinan masuk dan
keluarnya arus perpindahan tenaga kerja dan modal menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi regional Richardson, 2001.
Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih cepat apabila
22
memiliki keuntungan absolute kaya akan sumber daya alam dan memiliki keuntungan komperatif apabila daerah tersebut lebih efisien dari daerah lain
dalam melakukan kegiatan produksi dan perdagangan Sirojuzilam, 2008.
2.8 Pembangunan Daerah
Menurut Arsyad 1999 permasalahan pokok pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada
kekhasan daerah yang bersangkutan endogenous development dengan menggunakan potensi sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada
pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang
peningkatan ekonomi. Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regional di Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai
dan mengendalikan hampir sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara, termasuk pendapatan dari hasil sumberdaya alam dari
sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanankelautan. Akibatnya daerah-daerah yang kaya sumberdaya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara
layak. Pembangunan daerah merupakan bagian internal dan integral dari
pembangunan nasional, jika pembangunan daerah gagal melakukan pembangunan maka bisa dikatakan pembangunan nasional juga tidak berhasil. Namun harus
tetap diperhatikan untuk tercapainya keberhasilan pembangunan suatu daerah harus benar-benar memperhatikan kebutuhan, kondisi dan potensi yang dimiliki.
23
Perbedaan kondisi daerah akan mengakibatkan corak pembangunan yang diterapkan berbeda pula. Kebijaksanaan yang diterapkan dan berhasil pada suatu
daerah belum tentu memberikan hasil yang sama bagi daerah lainnya. Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada
Produk Domestik Bruto PDB suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto
PDRB suatu provinsi, kabupaten, atau kota Kuncoro, 2004 Dalam pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan ekonomi di daerah
yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin sumberdaya alam. Hingga tingkat tertentu,
anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam arti sumber daya alam harus dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan
terus. Dan untuk itu diperlukan faktor-faktor lain, diantaranya yang sangat penting adalah teknologi dan sumberdaya manusia Tambunan, 2001.
Perbedaan tingkat pembangunan yang di dasarkan atas potensi suatu daerah, berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik
Regional Bruto PDRB. Secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah terhadap
pembentukan atau pertumbuhan PDRB di suatu daerah, maka semakin tinggi laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut.