Pendapatan Margin pihak Bank Muamalat dalam akad Murabahah

Dari Hasil wawancara Jumlah total pembiayaan sepanjang tahun 2010 baik jumlah pembiayaan yang diajukan dan total jumlah nasabah Bank Muamalat cabang Kupang terdapat 2 nasabah yang bermasalah yang kaitannya dengan pembiayaan kendaraan bermotor yang diatas 100 juta dalam hal angsuran dikarenakan nasabah terkendala faktor usaha, yang kemudian pihak Bank Muamalat mengadakan reschedule dalam pengaturan waktu angsuran sehingga memberi nasabah kesempatan untuk menyelesaikan masalah internal yang terjadi pada nasabah tersebut yang telah mempengaruhi pembiayaanya terdahap bank.

D. Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Dari Hasil wawancara, faktor-faktor umum yang mempengaruhi dan menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah adalah sebagai berikut: 3

1. Faktor dari debitur

a. Faktor dari debitur ini, bisa disebut juga faktor dari nasabah itu sendiri, dalam hal ini dijelaskan bahwa setiap nasabah atau debitur memiliki kualitas dan karakter yang berbeda antara satu nasabah dengan nasabah lainnya. b. Faktor Double Financing, atau peminjaman yang diajukan langsung ke dua bank atau lebih. Sebagai contoh Pegawai Negeri Sipil atau PNS yang mengajukan peminjaman dari bank NTT lalu mengajukan peminjaman lagi kebank Muamalat. 3 Wawancara Pribadi dengan Syarifuddin sebagai Head Lending, Kupang, 16 September 2013 c. Faktor kondisi usaha, atau pengajuan pembiayaan untuk usaha produktif, namum usaha yang diajukan mendapat masalah atau macet ditengah jalan. d. Faktor penyalahgunaan pembiayaan, hal ini terjadi dimana nasabah yang melakukan pembiayaan untuk usaha produktif namun dipakai untuk pembiayaan konsumtif.

2. Karakter Nasabah Debitur

Tidak semua debitur mempunyai itikad baik pada saat mengajukan kredit ataupun pada saat kredit yang diberikan sedang berjalan. Itikad tidak baik inilah memang sulit untuk diketahui dan dianalisis oleh pihak bank, karena hal ini menyangkut soal moral ataupun akhlak dari debitur. Bisa saja debitur saat mengajukan kredit menutup-nutupi kebobrokan keuangan perusahaannya dan hanya mengharapkan dana segar dari bank, atau debitur memberikan data keuangan palsu atau berbagai tindakan- tindakan lainnya.

3. Perbandingan Tingkat Modal dengan Hutang

Aspek capital atau modal sebagai kontribusi dari kekayaan equity oleh pemilik perusahaan dan rasionya terhadap utang leverage. Ini dipandang sebagai predictor kebangkrutan yang baik. Leverage yang tinggi dipandang mempunyai probabilitas kebangkrutan yang lebih besar.

4. Faktor dari kreditor

a. Tingkat Jumlah Jaminan

Berbagai ketentuan perundang-undangan yang menjadi koridor bagi bank dalam melakukan kegiatan usaha penyaluran dana. Seperti ketentuan mengenai batas maksimum pemberian kredit atau BMPK, rasio pemberian kredit dilihat dari nilai jaminan yang diberikan dan berbagai aturan lainnya. Namun kadang kala petugas dan pengambil keputusan pemberian kredit tidak memperhatikan hal tersebut, dimana untuk mengejar target, bank sangat agresif untuk menyalurkan dananya tanpa mempertimbangkan faktor risiko yang dapat muncul sewaktu-waktu.

E. Langkah-langkah Penyelesaian Pembiayaan yang Bermasalah

1. Penanganan Apabila Terjadi Tidak Mampu Bayar

Risiko yang tekait dengan pembayaran risiko lain yang mungkin terjadi dalam kontrak murabahah adalah risiko yang terkait dengan pembayaran angsuran dari nasabahnya. Karenanya untuk menghindari risiko ini, dalam klausul kotrak tertulis yang dibuat sebagian besar bank Islam mengharuskan adanya jaminan. Kaitannya dengan risiko yang terkait dengan pembayaran ini atau kemungkinan penunggakan nasabah untuk membayar kewajibannya, Bank Muamalat cabang Kupang membedakannya sebagai berikut 4 : 4 Wawancara Pribadi dengan Marjan sebagai Risk Manager, Kupang, 17 September 2013 a Jika tidak adanya pembayaran atau ketidakmampuan seorang nasabah dalam membayar diakibatkan oleh adanya faktor-faktor di luar kemampuan nasabah untuk mengontrolnya, maka bank Islam secara moral berkewajiban menjadwal ulang pembayaran hutang tersebut. b Jika nasabah memiliki kemampuan untuk membayar tepat waktu dan tidak melakukannya, maka bank Islam dalam kondisi ini menggunakan sistem denda kepada nasabahnya, yang jumlahnya disesuaikan dengan “tingkat laba yang wajar” pada dana bank yang diinvestasikan sebagai opportunity cost biaya untuk menutupi peluang yang hilang dari modal tersebut. c Jika pelunasan pinjaman tidak mungkin dilakukan, maka bank Islam dalam sebagian besar prakteknya akan menyita jaminan yang diberikan beserta barang-barang yang diserahkan kepada nasabah. Melihat beberapa kebijakan yang dilakukan oleh Bank Islam dalam menyikapi risiko pembayaran yang timbul dari pinjaman murabahah yang diberikan, pada dasarnya memiliki kesamaan dengan apa yang dilakukan oleh bank konvensional ketika debiturnya tidak mampu mengembalikan atau melunasi pinjamannya sesuai kontrak yang dibuat, seperti adanya penjadwalan hutang ataupun semacam denda yang diberikan. Termasuk adanya keharusan untuk mengajukan jaminan dari