tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.
16
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam
murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah, dan dapat bersifat mengikat
atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya bank dapat meminta uang muka pembelian pada nasabah.
Dalam kasus jual beli biasa, misalnya seseorang ingin membeli barang tertentu dengan spesifikasi tertentu, sedangkan barang tersebut
belum ada pada saat pemesanan, maka si penjual akan mencari dan membeli barang yang sesuai dengan spesifikasinya, kemudian
menjualnya kepada si pemesanan. Contoh si Fulan ingin membeli mobil dengan perlengkapan tertentu yang harus dicari, dibeli, dan dipasang
pada mobil pesanannya oleh dealer mobil. Tranksaksi murabahah
melalui pesanan ini adalah sah dalam fiqih Islam, antara lain dikatakan oleh Imam Muhammad ibnul-Hasan Al-
Syaibani, Imam Syafi’i dan Imam Ja’far Al-Shiddiq.
Dalam murabahah melalui pesanan ini, si penjual beoleh meminta
pembayaran hamish ghadiyah¸ yakni uang tanda jadi ketika ijab-kabul.
Hal ini sekadar untuk menunjukan bukti keseriusan si pembeli. Bila kemudian sipenjual telah membeli dan memasang berbagai perlengkapan
di mobil pesanannya, sedangkan si pembeli membatalkannya, hamish
16
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, II¸ hlm. 293.
ghadiya ini dapat digunakan untuk menutup kerugian si dealer mobil. Bila jumlah
hamish ghadiyah-nya lebih kecil dibandingkan jumlah kerusakan yang harus ditanggung oleh si penjual, penjual dapat meminta
kekurangannya. Sebaliknya, bila berlebih, si pembeli berhak atas kelebihan itu.
17
Dalam murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat
mengikat, pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya . Pembayaran
murabahah dapat dilakukan secara tunai ataupun cicilan. Dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang
untuk cara pembayaran yang berbeda. Murabahah muajjal dicirikan
dengan adanya penyerahan barang diawal akad dan pembayaran kemudian setelah akad awal, baik dalam bentuk angsuran maupun
dalam bentuk lump sum sekaligus.
2. Manfaat dan Risiko Pembiayaan Murabahah
Sesuai dengan sifat bisnis tijarah, transaksi
bai’al-murabahah memiliki beberapa manfaat, demikian juga risko yang harus diantisipasi.
Bai’al-murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli
dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem bai’al-
murabahah juga sangat sederhana.Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah. Diantara kemungkinan risiko yang harus
diantisipasi antara lain sebagai berikut.
17
A.Karim Adiwarman, “Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan”, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, Vol.3. 2007, h.115.
a. Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar
angsuran. b.
Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank
tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut. c.
Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam
perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungin dengan asuransi. Kemungkinan lain
karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak
pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk
menjualnya kepada pihak lain. d.
Dijual; karena bai’ al-murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi
milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi
demikian , risiko untuk default akan besar.
18
Secara umum, aplikasi perbankan dari bai’ al-murabahah dapat
digambarkan dalam skema berikut ini.
18
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik Depok,Gema Insani ,2001 h.107
Skema 2.2 Skema
Bai’ al-Murabahah
2. Akad jual beli 6 . Bayar 5. Terima barang
1. Beli barang 4. Kirim
3. Cara Perhitungan MarginPihak Bank Dalam Akad Murabahah
Pembiayaan murabahah digunakan dalam kondisi dimana bank
tidak memiliki objek yang diinginkan pembeli, skim ini biasanya digunakan untuk membantu pembeli untuk pengadaan objek tertentu
dimana pembeli tidak memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk melakukan pembayaran secara tunai.
Contoh kasus: Bapak Urfan berniat membeli mobil untuk keperluan pribadi
pribadi seharga Rp 120 juta, padahal pada saat itu dia hanya memiliki dana Rp 30 juta. Untuk mengatasi permasalahannya, bapak Urfan pergi
ke Bank Syari’ah untuk mencari solusi. Bagaimana skim yang akan diterima oleh Bapak Urfan?
asumsi: ekspektasi keuntungan Bank Syariah adalah 12th Bank
1. Negosiasi dan
Persyaratan Nasabah
Suplier Penjual
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, bank syar i’ah memberikan
solusi dengan skim Bai’ al-murrabahah sebagai berikut:
19
Perhitungan Bank: Harga mobil
= Rp 120 juta Porsi nasabah
= Rp 30 juta - Porsi bank
= Rp 90 juta Margin keuntungan bank
= Rp 90 juta x 12th x 2 th = Rp 21,6 juta
Skim untuk nasabah: Harga beli mobil
= Rp 120 juta Margin keuntungan bank
= Rp 21,6 juta + Harga jual bank
= Rp 141, 6 juta Angsuran pertama
= Rp 30 juta - Sisa angsuran
= Rp 111,6 juta Angsuran per bulan
= Rp 4.650.000
D. Manajemen Risiko Pembiayaan dan Analisis Kelayakan Pembiayaan
1. Manajemen risiko
Manajamen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Hal ini terkait dengan definisi umum risiko, yaitu pada setiap usahakegiatan
19
A.Karim Adiwarman, “Bank Islam Analisis Fiqh dan Keungan”, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, Vol.3. 2007, h.122