Proses manajemen pada risiko kredit dan analisis kelayakan

2. Party yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klafikasi tertentu atau golongan-golongan berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. 3. Perpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. 4. Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak. 5. Payment yaitu merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperoleh. 6. Profitability untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. 7. Protection tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank, tetapi melalui suatu perlindungan. Analisis 5C dan 7P harus disempurnakan dengan 1S yaitu Syariah Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan dibiayai benar-benar usaha yang tidak melanggar syariah dan sesuai dengan fatwa DSN. 28 Seperti halnya bank konvesional, bank Islam juga menghadapi risiko pembiayaan yang menyalurkan dananya kemasyarakat. Risiko pembiayaan atau sering disebut pula default risk merupakan suatu risiko akibat 28 Hafsah freya Friday, diakses pada 18 Jan 2013 08:40 dari http:freyacatatanku. blogspot.com 201301pembiayaan-dalam-perbankansyariah-i_18.html kegagalan atau ketidak mampuan nasabah pengusaha mengembalikan pinjamanpembiayaan yang diterima dari bank sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan atau dijadwalkan. Ketidakmampuan nasabah memenuhi perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak secara teknis keadaan tersebut merupakan default. Untuk mengantisipasi risiko pembiayaan aktivitas manajemen risiko yang telah ditetapkan untuk bank Islam pada produk murabahah dijelaskan sebagai berikut: 29 Bank membeli barang atau komoditi khusus, kemudian dijual kembali kepada nasabah dengan harga pokok ditambah dengan margin yang telah disepakati bersama. Khusus untuk transaksi murabahah dengan pesanan yang sifatnya mengikat, risiko yang dihadapi bank Islam hampir sama dengan risiko dengan bank konvesional. Sedangkan dalam transaksi murabahah tanpa pesanan atau dengan pesanan yang sifatnya tidak mengikat nasabah untuk membeli, menyebabkan bank menghadapi dua risiko. Pertama, tidak ada jaminan bagi bank islam seandainya pembeli membatalkan transaksi. Kedua, bank Islam akan mengalami risiko kerugian, dikarenakan menurunnya nilai barang tersebut akibat cacat atau rusak selama masa penyimpanan. 30

4. Identifikasi risiko dan antisipasinya

Identifikasi risiko yang dilakukan dalam bank Islam tidak hanya mencakup berbagai risiko yang ada pada bank-bank pada umumnya, 29 Prof. Dr. H. Veithzal Rifai,S.E., M.M., M.B.A. dan Rifki Ismail, S.E., M.Ec. , Ph. D., Islamic Risk Management For Islamic Bank Jakarta, Gramedia pustaka utama, 2013 h.240 30 Ibid h.241-242 melainkan juga meliputi berbagai risiko yang khas hanya ada pada bank-bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, keunikan bank Islam terletak pada enam hal: 31 1. Proses transaksi pembiayaan. Karakteristik bank Islam dalam proses ini setidaknya terlihat pada tiga aspek, yaitu proses transaksi pembiayaan syariah, proses transaksi bagi hasil dana pihak ketiga dan proses transaksi devisa. 2. Proses manajemen. Keunikan bank islam dalam proses manajemen terlihat pada sistem dan prosedur operasional akuntansi dan chart of account CoA, sistem dan prosedur operasional teknologi informasi, sistem dan prosedur operasional tutup buku, serta sistem dan prosedur operasional pengembangan produk. 3. Sumber daya manusia. Keunikan bank Islam dan sumber daya manusia terlihat pada spesifikasi kapabilitas yang tidak hanya mencakup dalam bidang perbankan secara umum tetapi juga meliputi aspek-aspek syariah. 4. Teknologi. Keunikan bank Islam dalam bidang teknologi terlihat pada Business Requirement Specification BRS untuk pembiayaan berbasis bagi hasil dan Business Requirement Specification BRS dana pihak ketiga. 31 A.Karim Adiwarman, “Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan”, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol.3. 2007, h.256-257 5. Lingkungan eksternal. Keunikan bank Islam dalam hal ini terlihat pada keberadaan dual regulatory body, yaitu bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional. 6. Kerusakan. Keunikan bank Islam dalam hal ini terlihat misalnya ketika terjadi kerusakan pada objek ijarah atau IMBT Ijarah Muntahia bit-Tamlik. Antisipasi risiko dalam bank bertujuan untuk: 32 a. Preventive. Dalam hal ini, bank Islam memerlukan persetujuan DPS untuk mencegah kekeliruan proses dan transaksi dari aspek syariah. Disamping itu, bank Islam juga memerlukan opini bahwa fatwa DSN bila bank Indonesia memandang persetujuan DPS belum memadai atau berada diluar kewenangannya. b. Detective. Pengawasan dalam bank Islam meliputi dua aspek, yaitu aspek perbankan oleh bank Indonesia dan aspek syariah oleh DPS. Kadangkala timbul pemahaman yang berbeda atas suatu transaksi apakah melanggar syariah atau tidak. c. Recovery. Koreksi atas suatu kesalahan dapat melibatkan bank Indonesia untuk aspek perbankan dan DSN untuk aspek syariah. 32 Ibid., h. 258 44

BAB III GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA

A. Sejarah Singkat dan Perkembangannya

1 PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia MUI dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada bulan Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se- Indonesia ICMI dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil meraih predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Akhir tahun 90-an, Indonesia mengalami krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen 1 Bank Muamalat Indonesia