Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

No. 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikandan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah. 10 Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki prospek yang baik dalam kegiatan ekonomi, hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya lembaga keuangan bank dan non bank yang berkembang dengan baik. Pengembangan keuangan Indonesia juga ditandai dengan adanya diversifikasi produk keuangan, yaitu dengan bermunculannya lembaga pembiayaan oleh bank yang dapat dijadikan alternatif dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pembiayaan yang diinginkan. Semakin berkembangnya lembaga keuangan yang menawarkan pembiayaan alternatif bagi dunia usaha serta kebutuhan masyarakat indonesia dalam sistem perekonomian Indonesia. Perluasan lembaga keuangan pembiayaan disambut baik oleh pemerintah, yaitu dengan adanya Kepres No 61 Tahun 1998, dimana dalam Kepres ini didalamnya terdapat landasan operasional yang jelas. Adapun beberapa jenis usaha dalam lebaga pembiayaan diantaranya adalah sewa guna usaha leasing, modal ventura venture capital, piutang, factoring, 10 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik Depok, Gema Insani ,2001 h. 26 pembiayaan konsumen consumers finance, dan perdagangan surat berharga. 11 Melihat karakteristik pembiayaan jenis usaha yang beragam, maka perusahan pembiayaan yang melakukan lebih dari satu kegiatan sering disebut dengan multifinance company. 12 Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan dengan mempertahankan dan meningkatkan pelanggan. Mempertahankan pelanggan berarti perusahaan harus mampu memuaskan apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggannya melebihi apa yang diberikan pesaing, sedangkan meningkatkan pelanggan berarti perusahaan harus dapat menangkap setiap peluang yang ada melalui strategi pemasarannya untuk mendapat pelanggan baru. 13 Dalam perkembangan selanjutnya, landasan hukum perusahan pembiayaan semakin kuat dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84PMK.0122006 tentang perusahaan pembiayaan, yang menjelaskan bahwa: “Perusahan pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan”. 14 11 Ade Arthesa Edie Handiaman, Bank Lembaga Keuangan Bukan Bank, Jakarta: PT. Indeks, 2006., h.248. 12 Andi Soemitra, Bank Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana 2009., h.332. 13 Taktik Suryani , Perilaku Konsumen Implikasi pada strategi pemasaran Yogyakarta , graha ilmu 2008 h 2. 14 Peraturan Menteri Keuangan No 84PMK.0122006, Tentang Perusahaan Pembiayaan. Peraturan Menteri Keuangan inilah yang membuat posisi lembaga pembiayaan memiliki peluang yang besar dalam mengembangkan dan menguatkan lembaga pembiayaan di Indonesia. Sistem keuangan Islam yang bebas dari prinsip bunga diharapkan mampu menjadi alternatif terbaik dalam mencapai kesejahteraan masyarakat. Penghapusan sistem bunga ini memiliki dampak makro yang cukup baik bagi perkembangan ekonomi Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syariah dalam menjalankan kegiatannya. 15 Untuk mewujudkan sistem keuangan yang adil dan efisien, maka setiap tipe lapisan masyarakat harus terwadahi keinginannya dalam berinvestasi dan berusaha, sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka. Lembaga pembiayaan harus memfasilitasi hal tersebut guna menampung seluruh keinginan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan sumber dana yang mereka inginkan. Disamping itu, peran dan kinerja perbankan tidak akan optimal tanpa didukung oleh sistem keuangan yang tangguh robust financial system. Sistem keuangan yang tangguh harus mampu menghindari dan memecahkan masalah keuangan yang dihadapi, yaitu potensi adanya risiko sistemik ketidak stabilan sistem keuangan sistemik risk, potensi adanya risiko bank run, resiko kelebihan atau kekurangan likuiditas perbankan, dan risiko terhadap buruknya pelayanan yang diberikan oleh bank. Dengan alasan 15 Ade Edia, Bank Lembaga, h 5 itulah, maka diperlukan institusi –institusi pendukung dalam sistem keuangan, seperti lembaga pembiayaan yang ada saat ini. 16 Setelah lahirnya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur seraca rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah, dan juga menganjurkan adanya dual banking system. Yaitu adanya bank konvensional yang konversi menjadi Bank Umum Syariah, dan juga menganjurkan setiap bank konvensional memliki Unit Usaha Syariah, Hal tersebut memberikan respon yang cukup baik dari masyarakat. Eksistensi bank syariah semakin diperkuat dengan adanya UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah pada tanggal 17 juni 2008, sehingga memperkuat kedudukan bank syariah dalam perbankan nasional. Selain berfungsi sosial, bank syariah juga mempunyai fungsi yang sama dengan bank konvesional, yaitu sebagai lembaga yang berfungsi menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan dana masyarakat melalui pembiayaan. Dalam perbankan konvesional penyaluran dana kepada nasabah selalu dalam bentuk uang yang kemudian terserah bagi nasabah debitur untuk memakainya. Sedangkan diberikannya pembiayaan, diperlukan analisa kelayakan pembiayaan oleh bank syariah dengan tujuan agar bank tersebut yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar aman dalam arti uang yang disalurkan pasti kembali. Bank harus lebih selektif dan hati-hati dalam 16 Ibid, h. 7-8 menyalurkan dana ke masyarakat, agar bank tidak mengalami kerugian dikemudian hari. Jika penyaluran dana tersebut mengalami kerugian maka pihak bank dalam kegiatan operasionalnya akan terganggu. Jika pembiayaan sudah mengalami penunggakan pembayaran, pihak bank harus siaga memantau usaha nasabah agar tidak terjadi lagi penunggakan dibulan berikutnya. Pembiayaan ini harus ditangani agar tidak menjadi pembiayaan bermasalah macet yang nantinya menimbulkan kerugian bagi pihak bank. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli ditunjukan untuk memiliki barang, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditunjukan untuk mendapatkan jasa. Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang ditunjukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus. 17 Dilihat dari kategori diatas pembiayaan adalah suatu proses, mulai dari analisis kelayakan pembiayaan sampai kepada realisasinya. Namun realisasinya pembiayaan bukanlah tahap terakhir dari proses pembiayaan perlu adanya pemantauan terhadap nasabah yang telah disetujui, karena berguna untuk mengurai risiko dari kegagalan pembiayaan murabahah bermasalah dikemudian hari, karena setiap pengusaha berbeda karakternya, ada yang bisa mencapai kesuksesan besar dan ada juga yang rugi dalam menjalankan usahanya yang pada akhirnya mereka tidak bisa mengembalikan modal yang dibiayai oleh bank syariah, pemantauan ini berguna untuk 17 Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keunangan Jakarta : PT Jasa Grafindo Persada , 2008 h.97 menjaga uang nasabah investor yang telah mengamanahkannya ke bank syariah untuk dikelola. Berdasarkan paparan diatas yang telah dibahas tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk membahas dan meneliti permasalahan penyaluran pembiayaan yang dianggap bermasalah, yang tentunya tidak boleh menyimpang dari peraturan yang ditetapkan Bank Indonesia dan Syariat Islam. Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi ini, penulis mengangkat judul “Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah dan Penanganan Risiko Kredit pada kendaraan bermotor ” Studi pada Bank Muamalat Cabang Kupang , Provinsi Nusa Tenggara Timur.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih fokus, maka penulis memberikan batasan, yaitu dengan cara bagaimana bank syariah khusunya Bank Muamalat cabang Kupang memberikan kelayakan dan penanganan pembiayaan terutama dalam akad murabahah yang hanya difokuskan pada pembiayaan kendaraan bermotor. 2. Perumusan Masalah Masalah peneliti pun dirumuskan dalam beberapa pertayaaan sebagai berikut: 1. Bagaimana mekanisme operasional dan pembiayaan pada akad murabahah dalam kendaraan bermotor? 2. Peranan manajemen risiko yang digunakan oleh Bank Muamalat dalam mengantisipasi pembiayaan yang bermasalah pada kendaraan bermotor? 3. Bagaimana perhitungan margin oleh Bank Muamalat cabang Kupang dalam pembiayaan murabahah pada kendaraan bermotor ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis kelayakan dan penanganan pembiayaan yang bermasalah pada kendaraan dalam akad murabahah. 2. Untuk mengetahui seberapa besar keuntungan bagi Bank Muamalat cabang Kupang dalam pembiayaan murabahah ini. 3. Mengetahui bagaimana penanganan dan pengelolaan manajemen risiko dalam pembiayaan murabahah. 2. Manfaat Penelitian Secara lebih spesifik manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat bagi penulis : hasil penelitian ini di harapkan berguna bagi kehidupan pelajar dan mahasiswa serta untuk menambah wawasan lebih kepada penulis tentang produk Bank Muamalat cabang Kupang khususnya pada pembiayaan murabahah pada pembiayaan kendaraan bermotor. 2. Manfaat bagi Bank Muamalat : dapat menjadi solusi bagi pihak Bank dalam pembiayaan murabahah yang baik dan tepat guna serta tidak bertentangan dengan nilai syariah berdasarkan teori-teori yang ada juga dapat menjadi bahan evaluasi serta masukan untuk lebih memajukan pembiayaan tersebut. 3. Manfaat bagi akademisi : dapat menambah pengetahuan tentang Pembiayaan murabahah dalam aspek perhitungan serta resiko. Dapat menjadi referensi awal bagi akademis yang akan melanjutkan penelitian yang serupa dengan penelitian ini, baik dilakukan di lokasi yang sama maupun di lokasi yang berbeda.

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode empiris-kualitatif-deskriptif, yaitu suatu pendekatan yang mencoba menggambarkan keadaan obyek yang sedang diteliti secara apa adanya. 2. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dan didukung oleh data literatur. 3. Sumber Data a. Primer: data pokok yang didapat dari responden pihak Bank Muamalat berupa hasil wawancara. b. Sekunder: data literatur yang terkait dengan penelitian ini berupa brosur, buku-buku maupun internet. 4. Teknik pengumpulan data Penelitian ini berbentuk studi kasus case study dan bersifat mencari penjelasan tentang “Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah dan Penanganan Risiko Kredit pada Kendaraan Bermotor”. Untuk meneliti secara cermat masalah ini, maka ada beberapa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian, yaitu: a. Observasi Dalam penelitian ini melakukan sebuah pengamatan langsung ke Bank Muamalat Indonesia untuk mendapatkan sebagian data dalam melakukan penulisan ilmiah ini. b. Wawancara Dalam tahap selanjutnya pun penulis melakukan sebuah wawancara langsung kepada salah satu narasumber yang berada di dalam lingkup Bank Muamalat, agar mendapatkan data yang lebih akurat dalam memperoleh data untuk penyusunan karya ilmiah ini. c. Studi Dokumentasi Hal ini dilakukan untuk menjadi data pendukung dalam pembahasan karya ilmiah ini, dimana akan mendapatkan data-data terdahulu khususnya yang bersangkutan dengan pembiayaan murabahah agar dapat menjadi sebuah panutan bagi penulis.