Pembahasan ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Stevie Duma : Sikap Mahasiswa Usu Terhadap Pola-Pola E-Learning , 2009.

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang diperoleh, sangat jelas terlihat bahwa dari keempat pola e-learning, 200 subjek yang diolah datanya kebanyakan berada dalam kategori netral, yang artinya mereka mempunyai sikap yang netral terhadap pola e-learning. Krech, dkk 1996 mengatakan bahwa ada kecendrungan ketika sikap yang dimiliki oleh individu terhadap komponen-komponen objek sikap tidak stabil atau tidak konsisten, maka sikap individu tersebut lebih mudah berubah ke arah konsistensi yang meningkat. Selain itu dalam Azwar 2003 disebutkan bahwa individu yang memiliki sikap yang ekstrim cenderung untuk berperilaku yang didominasi oleh keekstriman sikapnya itu, sedangkan mereka yang sikapnya lebih moderat dalam hal ini dianggap lebih netral akan berperilaku yang lebih di dominasi oleh faktor-faktor lain. Hal ini didukung oleh teori perilaku terencana Ajzen dalam Azwar, 2003 yang menyatakan bahwa diantara berbagai keyakinan yang akhirnya akan menentukan intensi dan perilaku tertentu adalah keyakinan mengenai tersedia tidaknya keempatan dan sumber yang diperlukan. Keyakinan ini dapat berasal dari pengalaman dengan perilaku yang bersangkutan di masa lalu, dapat juga dipengaruhi oleh informasi tak langsung mengenai perilaku itu. Newcomb, dkk dalam Setianti, 2007 mengatakan bahwa sikap positif mencendrungkan orang yang bersangkutan kepada pendekatan terhadap objek sikap. Sikap negatif mencendrungkan kepada penghindaran dan sikap netral mendekatkan seseorang untuk tidak mengemukakan sikap. Dalam hal ini terlihat bahwa mahasiswa USU menempatkan kebanyakan sikapnya dalam kategori netral, hal ini bisa saja terjadi dikarenakan kurangnya pengalaman para mahasiswa Stevie Duma : Sikap Mahasiswa Usu Terhadap Pola-Pola E-Learning , 2009. tersebut dengan dunia teknologi sehingga mereka tidak mengemukakan sikap yang positif maupun yang negatif. Hal ini juga lah yang menurut Bullen dalam Suyanto,2005 yang menjadi kelemahan dalam penerapan sistem e-learning. Selain itu penguasaan mahasiswa akan bahasa-bahasa komputer ataupun yang berkaitan dengan teknologi terlihat kurang. Hal ini terbukti dari pelaksanaan baik uji coba alat ukur maupun penyebarn data untuk penelitian, dimana sebagian besar mereka kurang memahami istilah-istilah seperti CD-ROM maupun telekonferens. Namun begitu bukan berarti mereka sama sekali buta akan istilah-istilah tersebut, hanya saja mereka lebih memahaminya dalam bentuk artian yang berbeda. Sikap netral yang terbentuk pada sebagian besar mahasiswa USU dapat dimaklumi jika mengingat 3 fungsi e-learning yang dikemukakan oleh Siahaan dalam Fachri, 2007 yang salah satunya mengatakan bahwa fungsi e-learning adalah sebagai komplemen pelengkap, dalam artian e-learning digunakan untuk melengkapi pengajaran konvensional yang diberikan dosen. Seperti pengenalan mahasiswa terhadap jurnal-jurnal online, dimana mahasiswa terkadang diminta untuk mencari jurnal online. Namun tidak ada penjelasan kepada mereka bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah satu bentuk dari pembelajaran e-learning. Sikap netral yang ditunjukkan oleh sebahagian besar mahasiswa USU memperlihatkan bahwa mereka tidak terlalu antusias dengan adanya pembelajaran e-learning ini. Semuanya tergantung pada situasi yang dalam artian ketika fasilitas itu ada, mereka menikmatinya, namun ketika fasilitas itu tidak ada mereka juga tidak mempermasalahkannya. Selain itu, menurut Eagly dan Chaiken 1993, sikap merupakan kecedrungan mengevaluasi yang akan mempengaruhi bagaimana Stevie Duma : Sikap Mahasiswa Usu Terhadap Pola-Pola E-Learning , 2009. stimulus akan direspon. Evaluasi merupakan gabungan antara keunggulan dan kelemahan yang dimiliki objek dan dinilai sebagai suatu keseluruhan. Sikap netral terhadap pola-pola e-learning terbentuk ketika mahasiswa USU terhadap e- learning yang digambarkan melalui pola-polanya seimbang dalam menyikapi keunggulan dan kelemahannya, baik dari kepercayaannya, perasaan, dan kecendrungan berprilaku. Perubahan sikap netral terhadap pola-pola e-learning dapat terjadi ketika individu disajikan informasi baik dari media massa maupun dari orang lain yang mendukungnya untuk mengarahkannya kepada sikap positif ataupun negatif. Pada penelitian ini terdapat juga sebagian orang yang mempunyai sikap yang positif terhadap pola e-learning. Sikap positif mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning terbentuk dari adanya interaksi yang dialami mahasiswa dengan dunia pendidikannya. Azwar 2003 mengatakan bagaimana individu bereaksi terhada pengalaman saat ini tidak terlepas dari penghayatannya terhadap pengalaman-pengalaman masa lalunya. Ketika mahasiswa mengalami pengalaman yang tidak memuaskan dengan sistem pembelajaran di masa lalu ataupun di masa sekarang dapat membentuk sikap positif terhadap salah satu pola-pola maupun keseluruhan pola-pola e-learning yang ditawarkan. Dalam artian ia setuju dengan adanya penerapan e-learning dalam sistem pembelajarannya. Suryadi 2008 mengatakan bahwa sistem pembelajaran konvensional bukanlah hal yang efektif lagi. Dimana dalam sistem ini masih terlihat jelas pendekatan yang masih bersifat otoriter dan kurangnya kreasi dalam seni mengajar sehingga membuat para pelajar menjadi bosan. Stevie Duma : Sikap Mahasiswa Usu Terhadap Pola-Pola E-Learning , 2009. Terbentuknya sikap positif mahasiswa USU terhadap e-learning juga dipengaruhi dari manfaat yang dirasakan mahasiswa tersebut. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Katz dalam Azwar, 2003 bahwa salah satu dari empat fungsi sikap bagi manusia yaitu fungsi manfaat. Dalam fungsi ini dinyatakan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal- hal yang diinginkannya dan meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkannya. Dengan demikian individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakannya akan mendatangkan keuntungan. Fachri 2007 menyatakan bahwa bagi peserta didik atau pelajar, keberadaan e-learning memungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya peserta didik dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang dan peserta didik pun bisa berkomunikasi dengan pengajar setiap saat. Keberadaan e-learning ini pun dapat membantu peserta didik yang tidak dapat hadir di kelas dengan alasan apapun. Sikap positif ini sendiri dapat timbul karena karena beberapa faktor. Azwar 2003 mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seseorang seperti pengalaman pribadi. Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Sikap positif yang ditimbulkan oleh sebagian mahasiswa USU bisa jadi dikarenakan adalanya penglaman pribadi yang positif juga dalam penggunaan salah satu pola e-learning yang ditawarkan, misalnya mereka merasa lebih fleksibel ketika pengumpulan tugas ataupun berkomunikasi dengan dosen dapat dilakukan dari jarak jauh. Faktor lain yag juga dapat menimbulkan sikap positif Stevie Duma : Sikap Mahasiswa Usu Terhadap Pola-Pola E-Learning , 2009. pada sebagian mahasiswa USU yang terkategori mempunyai sikap yang positif adalah keberadaan media massa. Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun pesan-pesan yang berisi sugesti dapat mengarahkan opini seseorang. Pesan-pesa sugestif yang dibawa oleh informasi-informasi baru, apabila cukup kuat akan memberikan dasar dalam menilai sesuatu sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Hal ini bisa saja menjadi hal yang mendorong mahasiswa USU untuk bersikap positif terhadap e- learning, misalnya informasi yang disajikan media massa tentang e-learning yang dalam hal ini dijabarkan lagi berdasarkan pola-pola dan tentang kemudahan- kemudahan yang didapatkan, serta kondisi perkembangan jaman yang membuat e- learning saat ini menjadi tren dalam proses belajar. Namun begitu bukan berarti tidak ada mahasiswa yang bersikap negatif terhadap pola-pola e-learning ini. Middlebrook dalam Azwar, 2003 mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap yang negatif trhadap objek tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN