Stevie Duma : Sikap Mahasiswa Usu Terhadap Pola-Pola E-Learning
, 2009.
Bieter Pierson dalam Santrock, 2007 mengatakan bahwa siswa-siswi yang masih duduk di bangku sekolah sudah dipersiapkan untuk menghadapi dunia
yang nantinya akan berbasis teknologi. Sehingga semenjak duduk di bangku sekolah mereka telah diperkenalkan dengan teknologi. Hal ini menunjang
kesimpulan bahwa mahasiswa yang juga masih merupakan pelajar di perguruan tinggi nantinya adalah orang-orang yang akan bergabung di dunia yang berbasis
teknologi. Sehingga penerapan teknologi dalam keseharian mereka juga dibutuhkan. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya mahasiswa yang menggunakan
berbagai macam alat bantu elektronik dalam penyelesaian tugasnya. Namun William Sawyer 2007 mengatakan bahwa saat ini mahasiswa dihadapkan
dengan tantangan-tantangan teknologi informasi yang menyangkut misalnya apakah boleh laptop dan nirkabel diizinkan di dalam kelas jika hanya untuk
menjelajahi web bukannya mengikuti perkuliahan Acohido, dalam William Sawyer 2007. Hal ini didukung oleh Belson dalam William Sawyer 2007
yang mengatakan bahwa sebagian mahasiswa kecanduan internet bukan untuk mengerjakan ugas kuliah ataupun yang berkaitan dengan akademik mereka namun
mereka menggunakan internet untuk menjelajahi web, kelompok chatting, dan membuka situs pornografi.
D. Sikap Mahasiswa USU terhadap E-learning
Thurstone, Likert, dan Osgood dalam Azwar, 2000 menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap objek adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan
mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak mendukung atau
Stevie Duma : Sikap Mahasiswa Usu Terhadap Pola-Pola E-Learning
, 2009.
tidak memihak unfavorable pada objek tersebut. Ada tiga komponen dalam sikap : pertama, komponen kognitif yang merupakan persepsi, kepercayaan dan
stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu; kedua, komponen afektif yang merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah
emosi dan ketiga, komponen konatif yang merupakan tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-
cara tertentu Mann dalam Azwar, 2000. Sikap mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning dimaksudkan
sebagai tendensi mental yang diaktualkan atau diverbalkan terhadap penerapan sistem pembelajaran e-learning yang ditinjau dari pola-pola e-learning itu sendiri
yaitu Pertama, individual self-paced e-learning online, Kedua, individual self- paced e-learning offline, Ketiga, group-based e-learning synchronously
,
Keempat, group-based e-learning asynchronously.
Berkaitan dengan komponen-komponen sikap, maka sikap mahasiswa USU terhadap e-learning dapat di jelaskan sebagai berikut:
a. Komponen kognitif Komponen ini merupakan bagian sikap mahasiswa USU yang muncul
berdasarkan persepsi atau kepercayaannya terhadap penerapan sistem pembelajaran e-learning . Misalnya setiap mahasiswa yang dapat mengutarakan
apa itu e-learning maka ia dapat menjelaskan bagaimana e-learning itu. Secara umum dapat dikatakan bahwa komponen kognitif menjawab pertanyaan-
pertanyaan apa yang diyakini, dipikirkan mahasiswa USU.
Stevie Duma : Sikap Mahasiswa Usu Terhadap Pola-Pola E-Learning
, 2009.
b. Komponen afektif Komponen ini merupakan bagian sikap mahasiswa USU yang muncul
berdasarkan apa yang dirasakannya terhadap penerapan sistem pembelajaran e- learning
. Komponen ini menjawab pertanyaan: apa yang dirasakan mahasiswa USU terhadap penerapan sistem pembelajaran e-learning. Misalnya mahasiswa
USU merasa senang ketika sistem belajar e-learning dapat memudahkan mereka dalam pengerjaan tugas, maka hal tersebut termasuk komponen afeksi. Perasaan
seperti senang atau tidak senang yang berhubungan dengan penerapan sistem e- learning,
termasuk komponen afektif. Jadi afektif menimbulkan evaluasi emosional terhadap objek.
c. Komponen konatif Berdasarkan komponen-komponen kognitif dan afektif nampak adanya
kecenderungan untuk bertindak sebagai reaksi terhadap penerapan sistem e- learning
. Komponen ini menjawab pertanyaan-pertanyaan bagaimana kesediaan atau kesiapan mahasiswa USU untuk bertindak terhadap penerapan dan
pelaksanaan sistem pembelajaran e-learning. Mahasiswa yang memperlihatkan tingkah laku seperti aktif mensosialisasikan penerapan dan pelaksanaan e-
learning , mencari informasi menegenai dampak positif penerapan e-learning dan
sebagainya merupakan contoh yang tergolong dalam komponen konatif. Kemungkinan mahasiswa untuk bersikap positif terhadap pola-pola e-
learning , bisa dikarenakan adanya pengalaman pribadi yang dirasakan individu,
seperti jika ia mempunyai pengalaman dengan keempat pola e-learning yang telah disebutkan, maka ia cenderung untuk bersikap positif. Selain itu pengaruh orang
Stevie Duma : Sikap Mahasiswa Usu Terhadap Pola-Pola E-Learning
, 2009.
lain yang dianggap penting pun bisa menjadikan sikap mahasiswa menjadi positif, seperti jika orang yang dianggap penting tersebut pernah mengenalkan ataupun
mampu mempengaruhi seseorang yang dalam penggunaan pola-pola e-learning yang telah disebutkan ,maka seseorang tersebut juga cenderung untuk besikap
positif.
Stevie Duma : Sikap Mahasiswa Usu Terhadap Pola-Pola E-Learning