xxxvi
singkat, sehingga pasokan oksigen ke otot rahim belum sepenuhnya pulih. Terjadi peregangan leher rahim effacement dan pelebaran, tekanan bayi
pada saraf di dan dekat leher rahim dan vagina, ketegangan dan meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan sendi panggul selama
kontraksi dan turunnya bayi. Terjadi pula tekanan pada saluran kemih, kandung kemih, dan anus, meregangnya otot-otot dasar panggul dan
jaringan vagina, disetai ketakutan dan kecemasan yang dapat menyebabkan dikeluarkannya hormon stress dalam jumlah besar epinefrin, norepinefrin,
dan lain-lain yang mengakibatkan timbulnya nyeri persalinan yang lama dan lebih berat Simkin, 2005.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan
Banyak faktor yang memepengaruhi nyeri persalinan, baik faktor internal maupun eksternal yang meliputi paritas, usia, budaya, mekanisme
koping, emosional, tingkat pendidikan, lingkungan, kelelahan, kecemasan, lama persalinan, pengalaman masa lalu, support system dan tindakan medik
Handerson, 2006. a Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan Bobak, 2004. Bagi primipara, persalinan
yang dialaminya merupakan pengalaman pertama kali dan ketidak tahuan menjadi faktor penunjang timbulnya rasa tidak nyaman atau nyeri.
Sedangkan bagi multipara, mungkin rasa nyeri tersebut berhubungan dengan pengalaman masa lalu yang pernah dialaminya Kartono, 1992.
xxxvii
Wanita primipara mengalami persalinan yang lebih panjang, dibandingkan dengan multipara. Hal ini menyebabkan penigkatan nyeri
pada proses persalinan Handerson, 2006. Hutahaean 2009 mengungkapkan bahwa rasa nyeri pada satu persalinan dibandingkan
dengan nyeri pada persalinan berikutnya akan berbeda. Hal ini disebabkan oleh serviks pada primipara memerlukan tenaga yang lebih
besar untuk meregangkannya, sehingga menyebabkan intensitas kontraksi lebih besar selama kala I persalinan. Penelitian Rusdiatin
2007 menyatakan bahwa sebagian besar pada multipara mengalami tingkat nyeri sedang, sedangkan pada primipara cenderung mrngalami
tingkat nyeri berat. Ini disebabkan multipara pernah mengalami proses persalinan sebelumnya sehingga dimungkinkan ibu tersebut lebih
mempersiapkan diri untuk menghadapi nyeri persalinan. Penelitian tersebut didukung oleh Komariah 2005 yang mendapatkan hasil yang
serupa bahwa paritas merupakan salah satu faktor yang dapat memyebabkan nyeri persalinan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh
adanya perbedaan mekanisme pembukaan serviks yaitu pada primipara ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan
mendatar dan menipis, sedangkan pada multipara ostium uteri internum sudah sedikit membuka, ostium uteri internum dan eksternum serta
penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama, sehingga nyeri pada multipara cenderung lebih ringan dibandingkan dengan
primipara Wiknjosastro, 2005.
xxxviii
b Usia Usia atau umur adalah lama waktu hidup sejak lahir KBBI, 2001. Usia
merupakan tahap perkembangan, ini variabel penting yang akan mempengaruhi reaksi maupun ekspresi seseorang terhadap rasa nyeri
Kozier, 2000. Teori Melzack dalam Rumbin, 2008, menyatakan bahwa usia mempengaruhi derajat nyeri persalinan, semakin muda usia
ibu maka akan semakin nyeri bila dibandingkan dengan usia ibu yang lebih tua. Intensitas kontraksi uterus lebih meningkat pada ibu lebih
muda khususnya pada awal persalinan sehingga nyeri yang dirasakan lebih lama. Pada ibu multipara serviknya lebih lunak dari primipara
karena itu derajat sensitifitasnya terhadap nyeri tidak seperti primipara Hutahaean, 2009. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Komariah 2005 menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap perbadaan usia yang lebih muda dengan usia yang lebih tua. Hal
itu disebabkan bahwa usia muda primipara memiliki sensori nyeri yang lebih intens dari pada multipara meskipun mereka lebih banyak
menerima obat penurun nyeri. Menurut hasil penelitian Astuti 2008 menyatakan usia yang dianggap aman menjalani kehamilan dan
persalinan adalah 20-35 tahun, dalam rentang usia ini kondisi fisik ibu masih dalam keadaan prima. Rahim sudah mampu memberi
perlindungan, mental pun siap untuk menghadapi persalinan. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun bisa menimbulkan masalah,
karena kondisi fisik belum 100 siap. Usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun tergolong dalam wanita hamil yang beresiko tinggi
xxxix
yang beresiko 2,88 kali untuk terjadinya komplikasi persalinan dan ketidak nyamanan nyeri akibat komplikasi yang timbul Astuti, 2008.
c Budaya Ekspresi nyeri persalinan dipengaruhi oleh ras, budaya dan etnik.
Ekspresi ini didasarkan pada sifat wanita terhadap nyerinya dan pengalaman saat hamil dengan bantuan perawat untuk menghindari label
yang dipengaruhi budaya. Pengaruh budaya dapat menimbulkan harapan yang tidak realistis dan dapat mempengaruhi respon serta persepsi
individu terhadap nyeri. Misalnya wanita asli dari Amerika menahan nyeri dengan menunjukkan sikap diam, sedangkan wanita Hispanik
menahan nyeri dengan bersikap sabar, tetapi mengangggap sebagai sesuatu yang wajar jika berteriak-teriak Bobak, 2004. Penelitian
dilakukan oleh Mulyati 2002 dalam Komariah 2005 menjelaskan bahwa budaya mempengaruhi ekspresi nyeri internal pada ibu primipara.
Penting bagi perawat maternitas untuk mengetahui bagaimana kepercayaan, nilai, praktik budaya mempengaruhi seorang ibu dalam
mempresepsikan dan mengespresikan nyeri persalinan. Kebudayaan mempengaruhi bagaimana seseorang mengekspresikan nyeri. Dalam
agama tertentu, kesabaran adalah hal yang paling berharga dimata Tuhan. Kadang-kadang nyeri dianggap sebagai peringatan atas kesalahan yang
telah dibuat sehingga orang tersebut pasrah dalam menghadapi nyeri Taylor, 1997 dalam Komariah, 2005.
xl
d Mekanisme Koping Setiap individu mempunyai cara untuk menghadapi stress. Mekanisme
ini membantu ibu mengendalikan rasa nyeri, walaupun nyeri yang dirasakan sangat mengganggu. Kadang individu sulit menggunakan
koping yang dimiliki. Secara normal, ibu dapat belajar mengatasi nyerinya secara teratur. Ibu yang sebelumnya mengalami persalinan yang
lama dan sulit akan mengalami cemas yang berlebihan terhadap persalinan berikutnya. Akan tetapi, pengalaman melahirkan sebelumnya
tidak selalu berpengaruh buruk terhadap kemampuannya untuk mengatasi nyeri. Lingkungan yang mendukung dapat mempengaruhi persepsi ibu
terhadap nyeri. Dukungan selama persalinan membantu menurunkan cemas dan meningkatkan kemampuan ibu untuk menangani ketidak
nyamanan dan keefektifan metode pengurangan nyeri yang lain Mander, 2003. Secara normal orang belajar mengatasi nyeri pada saat terjadinya
nyeri, dan menggunakan koping yang sama pada saat terjadi nyeri berikutnya Sherwen, 1995. Penelitian Rusdiatin 2007 menyatakan
bahwa ibu yang sebelumnya pernah mengalami persalinan akan lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan selanjutnya.
e Faktor Emosional. Menurut Dick-read 1959. Bahwa rasa nyeri yang dihasilkan dari rasa
takut, tegang selalu berjalan beriringan, untuk menghilangkan nyeri perlu tindakan yang meringankan ketegangan dan ketakutan, dengan relaksasi
mental dan fisik Bobak, 2005. Ketakutan terhadap sesuatu yang tidak
xli
diketahui adalah hal yang negatif mempengaruhi klien dan keluarganya. Bila ibu mengerti nyeri yang terjadi dalam tubuhnya selama proses
melahirkan maka ibu tidak akan ketakutan Sherwen, 1995. Ketegangan emosi akibat rasa cemas sampai rasa takut memperberat persepsi nyeri
selama persalinan. Rasa cemas yang berlebihan juga menambah nyeri. Nyeri dan cemas menyebabkan otot menjadi spastik dan kaku.
Menyebabkan jalan lahir menjadi kaku, sempit dan kurang relaksasi. Nyeri dan ketakutan dapat menimbulkan stress. Terjadinya reaksi stress
yang kuat dan berkelanjutan sehingga akhirnya akan berdampak negatif terhadap ibu dan janinnya.
f Tingkat Pendidikan Ibu yang berpartisipasi dalam pendidikan kelahiran bayi lebih memahami
apa yang terjadi dalam proses persalinan dan sedikit mengalami kecemasan. Ibu yng mengikuti kelas prenatal dan melahirkan secara
alamiah menunjukkan perilaku yang tenang dalam merasakan nyeri saat persalinan Sherwen. Penelitian Komariah 2005 mendapatkan hasil
bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap nyeri persalinan berbeda dengan yang dinyatakan oleh Reeder 1997 dalam Komariah 2005
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara ibu yang memiliki pendidikan tinggi dibandingkan dengan yang tingkat pendidikannya
rendah. Notoatmodjo 2003, mengatakan semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin banyak bahan, materi dan pengetahuan yang
dimiliki untuk mencapai perubahan tingkah laku yang baik. Jadi ibu yang
xlii
berpendidikan tinggi lebih bisa mentoleransi terhadap nyeri yang dialaminya.
g Support System. Dengan adanya dukungan suami, keluarga, selama proses persalinan
dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin juga membantu mengatasi rasa nyeri persalinan Martin, 2002. Penelitian Risanto 2010
menyatakan bahwa ibu yang memperoleh dukungan psikososial selama persalinan memiliki skor nyeri yang rendah dibandingkan dengan ibu
yang tidak mendapatkan dukungan psikososial. Penelitian terkait dilakukan oleh Wibawanto 2003 dalam Yumni 2006 menyimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna nilai nyeri antara ibu yang didampingi oleh suami dan ibu yang tidak didampingi suami. Berbeda
dengan penelitian yang dilakuakan oleh Yumni 2006 bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ibu yang di dampingi oleh
suami dan ibu yang tidak didampingi oleh suami.
h Kelelahan Nyeri selama persalinan mempengaruhi kondisi ibu berupa kelelahan.
Kelelahan dapat dinetralkan pada tahap persalinan dengan melihat kondisi ibu dan janin, harapan ibu dan sikap koparatif Martin, 2002. Ibu
yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin sebelumnya sudah terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari akhir masa
kehamilannya akan kurang mampu mentolerir rasa sakit Rukyah, 2009.
xliii
Kelelahan terjadi karena perubahan pola tidur, kelelahan dapat merubah dan memperbesar persepsi klien terhadap nyeri. Klien akan lebih tegang
dan cemas jika tidak diberikan pembelajaran terhadap metode penurunan nyeri. Sehingga ibu kehilangan energi dan menurunkan kemampuannya
untuk menggunankan strategi yang dianjurkan untuk mentolerir nyeri Mander, 2003.
i Lama Persalinan. Bila ibu besalin mengalami proses persalinan yang memanjang, maka ibu
akan mengalami: kelelahan dan stress, akibat mempengaruhi ambang rasa nyeri Martin, 2002. Hasil penelitian Larosa 2009 bahwa ada
perbedaan lama persalinan yang bermakna antara primipara dengan multipara dimana lama persalinan kala I pada primipara lebih lama
dibandingkan lama persalinan pada multipara. Persalinan yang berlangsung lama dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi salah satu
komplikasi tersebut adalah nyeri saat persalinan, jika tidak di tangani maka akan berdampak buruk terhadap ibu maupun terhadap janin
Mochtar, 1995.
j Pengalaman nyeri sebelumnya Melalui pengalaman nyeri, wanita mengembangkan berbagai macam
mekanisme untuk mengatasi nyeri tersebut. Pengalaman nyeri sebelumnya mengubah sensitivitas seseorang terhadap nyeri Kozier,
2000. Pasien yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya
xliv
umumnya akan terasa lebih nyeri jika dibandingkan dengan pasien yang sudah pernah mengalami persalinan Handerson, 2006. Hutajulu 2003
mengungkapkan bahwa rasa nyeri pada satu persalinan dibandingkan dengan nyeri pada persalinan berikutnya akan berbeda. Menurut Simkin
2002 wanita yang tidak didukung secara emosional atau mengalami kesulitan dalam persalinan yang lalu maka dapat menyebabkan
persalinan yang sangat nyeri. Rusdiatin 2007, menyatakan bawha seseorang yang mengalami nyeri berulang dan berhasil mengatasinya
maka orang tersebut akan lebih mudah menginterpretsikan perasaan nyeri sehingga klien mempunyai persiapan untuk menghadapi nyeri yang
selanjutnya.
k Tindakan Medik Danuatmaja 2004 mengatakan salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi nyeri persalinan yaitu dengan dilakukannya tindakan medis seperti induksi. Prosedur medik seperti induksi persalinan dapat
mempengaruhi respon terhadap nyeri selama persalinan. Induksi persalinan adalah suatu tindakan atau langkah yang dilakukan untuk
memulai persalinan, baik secara mekanik maupun farmakologi Achadiat, 2004. Penggunaan obat untuk induksi menyebabkan
kontraksi menjadi lebih kuat, lebih tidak nyaman dari kontraksi yang timbul secara spontan. Induksi persalinan adalah penggunaan stimulasi
fisik atau kimiawi untuk mempercepat intensitas kontraksi uterus Asmadi, 2008. Induksi persalinan dapat dilakukan dengan cara
xlv
pemecahan ketuban, pemberian oksitosin, pemberian obat misoprostol, pemberian hormon prostaglandin dan pemasangan balon kateter
Saifudin, 2002. Induksi persalinan dengan menggunakan oksitosin dinyatakan memiliki tingkat nyeri lebih tinggi dibandingkan dengan
induksi yang lain Handerson, 2006. Dampak dilakukan induksi akan timbul kecemasan pada ibu yang sedang mengalami persalinan. Nyeri
yang di timbulkan pada persalinan normal dari rasa agak nyeri berlanjut sampai nyeri yang tidak tertahankan dan berlangsung lama. Sedangkan
nyeri yang di timbulkan akibat induksi persalinan adalah nyeri yang datang tiba-tiba setelah beberapa menit dilakukan induksi. Nyeri
persalinan normal akibat induksi dapat menimbulkan perubahan fisik dan psikologis ibu. Perubahan fisik yang di timbulkan seperti mual-mual,
muntah-muntah dan berkeringat banyak akan mengakibatkan dehidrasi. Danuatmaja 2004, menyatakan bahwa nyeri yang diakibatkan dari
induksi persalinan adalah dua kali lipat dari pada nyeri kontraksi pada persalinan normal.
4. Persalinan Kala I