Hubungan antara Paritas dengan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif

lxxxvi kelak. Sehingga tiap ibu yang akan bersalin dapat mempunyai gambaran tentang apa yang akan dialami termasuk nyeri pada persalinan.

D. Hubungan antara Paritas dengan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan Bobak, 2004. Hasil penelitian menunjukan persentase paritas diketahui sebagian besar responden yang diteliti merupakan primipara 59,4. Sehingga 59,4 ibu primipara beresiko terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif. Bagi primipara, persalinan yang dialaminya merupakan pengalaman pertama kali dan ketidak tahuan menjadi faktor penunjang timbulnya rasa tidak nyaman atau nyeri. Sedangkan bagi multipara, rasa nyeri tersebut berhubungan dengan pengalaman masa lalu yang pernah dialaminya Kartono, 1992. Hasil analisis bivariat didapatkan rata-rata nyeri pada ibu primipara lebih tinggi yaitu 3,97 dibandingkan dengan rata-rata nyeri pada ibu multipara yaitu 2,69. Terlihat bahwa nyeri pada ibu primipara lebih tinggi dibandingkan dengan ibu multipara hal ini disebabkan ibu multipara pernah mengalami proses persalinan sebelumnya. Didukung oleh penelitian Rusdiatin 2007, yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat nyeri antara ibu primipara dengan ibu multipara terhadap nyeri persalinan kala I. Berdasarkan hasil perhitungan statistik didapatkan nilai p lebih kecil dari α sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan nyeri persalinan kala I fase aktif. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Komariah 2005, menyatakan bahwa terdapat hubungan antara lxxxvii paritas dengan nyeri persalinan kala I. Hasil yang didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara intensitas nyeri ibu primipara dengan ibu multipara. Selain itu juga dapat disebabkan oleh adanya perbedaan mekanisme pembukaan serviks yaitu pada primipara ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis, sedangkan pada multipara ostium uteri internum sudah sedikit membuka, ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama, sehingga nyeri pada multipara cenderung lebih ringan dibandingkan dengan primipara Wiknjosastro, 2005. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Graston dalam Rumbin, 2008 yang menyatakan bahwa secara signifikan derajat nyeri lebih berat dirasakan pada primipara dibadingkan multipara. Oleh karena itu dikarenakan setiap persalinan selalu disertai rasa nyeri maka sebaiknya petugas kesehatan lebih memahani dan mengembangkan teknik pengendalian nyeri dengan berbagai metode, salah satunya dengan pijatan pada punggung atau teknik relaksasi pada pernapasan dengan demikin ibu dapat merasakan nyeri lebih ringan.

E. Hubungan antara Pengalaman Nyeri Sebelumnya dengan Nyeri