Hubungan antara Pengalaman Nyeri Sebelumnya dengan Nyeri

lxxxvii paritas dengan nyeri persalinan kala I. Hasil yang didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara intensitas nyeri ibu primipara dengan ibu multipara. Selain itu juga dapat disebabkan oleh adanya perbedaan mekanisme pembukaan serviks yaitu pada primipara ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis, sedangkan pada multipara ostium uteri internum sudah sedikit membuka, ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama, sehingga nyeri pada multipara cenderung lebih ringan dibandingkan dengan primipara Wiknjosastro, 2005. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Graston dalam Rumbin, 2008 yang menyatakan bahwa secara signifikan derajat nyeri lebih berat dirasakan pada primipara dibadingkan multipara. Oleh karena itu dikarenakan setiap persalinan selalu disertai rasa nyeri maka sebaiknya petugas kesehatan lebih memahani dan mengembangkan teknik pengendalian nyeri dengan berbagai metode, salah satunya dengan pijatan pada punggung atau teknik relaksasi pada pernapasan dengan demikin ibu dapat merasakan nyeri lebih ringan.

E. Hubungan antara Pengalaman Nyeri Sebelumnya dengan Nyeri

Persalinan Kala I Fase Aktif Pengalaman nyeri sebelumnya merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan nyeri persalinan. Hasil penelitian menunjukan bahwa persentase pengalaman nyeri sebelumnya diketahui lebih dari setengah responden yang diteliti merupakan ibu yang tidak memiliki pengalaman nyeri sebelumnya lxxxviii sebanyak 51,6. Jadi 51,6 ibu beresiko terhadap nyeri persalinan yang akan dirasakan pada kala I fase aktif. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, didapatkan rata-rata nyeri yang dirasakan ibu yang tidak memiliki pengalaman nyeri sebelumnya lebih tinggi yaitu 4,09 dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengalaman nyeri sebelumnya yaitu 2,77. Sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Kozier 2000 bahwa pengalaman nyeri sebelumnya mengubah sensitivitas seseorang terhadap nyeri yang dirasakan selanjutnya. Didapatkan nilai p lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman nyeri sebelumnya dengan nyeri persalinan kala I fase aktif. Sejalan dengan penelitian Rusdiatin 2007, yang menyatakan terdapat hubungan antara pengalaman nyeri sebelumnya dengan nyeri persalinan kala I. Hal ini dibuktikan dengan tinggi derajat nyeri yang dirasakan ibu pada ibu yang tidak memiliki pengalaman nyeri sebelumnya dibandingakan dengan ibu yang memiliki pengalaman nyeri sebelumnya. Ibu yang mempunyai pengalaman nyeri sebelumnya dimungkinkan lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi nyeri yang selanjutnya. Pengalaman nyeri sebelumnya yang dinyatakan oleh Potter dalam Rusdiatin 2007, bahwa seseorang yang telah mengalami nyeri berulang dan berhasil mengatasinya maka orang tersebut akan lebih mudah untuk menginterpretasikan perasaan nyeri tersebut sehingga klien mempunyai persiapan yang lebih baik untuk menghadapi perasaan nyeri yang selanjutnya. Oleh sebab itu tingkat nyeri pada responden yang memiliki pengalaman lxxxix sebelumnya akan lebih ringan dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki pengalaman nyeri sebelumnya. Penelitian ini tidak sejalan dengan Komariah 2005, yang mendapatkan hasil tidak terdapat hubungan antara pengalaman sebelumnya dengan nyeri persalinan kala I. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang, cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian nyeri selama rentang kehidupannya, bagi beberapa orang nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis dan persisten Brunner Suddarth, 2001. Untuk itu diharapkan kepada perawat khususnya perawat maternitas untuk lebih memperhatikan ibu dalam proses persalinan kala I fase aktif, dikarenakan ini merupakan puncak nyeri dalam persalinan. Sehingga diharapkan perawat mampu memberikan motivasi kepada ibu agar dapat melewati proses tersebut dengan aman dan nyaman dengan cara mengajarkan beberapa teknik non farmakologi seperti relaksasi, tarik nafas dalam, atau massage.

F. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Nyeri Persalinan Kala I