lxxxix
sebelumnya akan lebih ringan dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki pengalaman nyeri sebelumnya.
Penelitian ini tidak sejalan dengan Komariah 2005, yang mendapatkan hasil tidak terdapat hubungan antara pengalaman sebelumnya dengan nyeri
persalinan kala I. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang
akan datang, cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian nyeri selama rentang kehidupannya, bagi beberapa orang nyeri masa
lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis dan persisten Brunner Suddarth, 2001.
Untuk itu diharapkan kepada perawat khususnya perawat maternitas untuk lebih memperhatikan ibu dalam proses persalinan kala I fase aktif, dikarenakan
ini merupakan puncak nyeri dalam persalinan. Sehingga diharapkan perawat mampu memberikan motivasi kepada ibu agar dapat melewati proses tersebut
dengan aman dan nyaman dengan cara mengajarkan beberapa teknik non
farmakologi seperti relaksasi, tarik nafas dalam, atau massage.
F. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Nyeri Persalinan Kala I
Fase Aktif
Pendidikan merupakan suatu usaha sendiri untuk mengembangkan keperibadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung
seumur hidup Tawi, 2008. Menurut Azwar 1996 dalam Tawi 2008 pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang,
xc
pendidikan juga dapat mendewasakan seseorang sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih tepat.
Hasil penelitian didapatkan 79,7 ibu dengan pendidikan rendah dan 20,3 ibu dengan pendidikan tinggi. Sehingga 79,7 ibu yang beresiko
terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif lebih banyak dibandingkan dengan ibu dengan pendidikan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-
ranya nyeri yang dirasakan ibu yang memiliki pendidikan rendah tidak jauh berbeda dengan rata-rata nyeri yang dirasakan ibu yang memiliki pendidikan
tinggi. Rata-rata nyeri pada ibu yang memiliki pendidikan rendah yaitu 3,49 dan ibu yang memiliki pendidikan tinggi yaitu 3,31.
Didapatkan pula nilai p lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan nyeri persalinan
kala I fase aktif. Peneliti mendapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan rendah dan tinggi tidak ada hubungannya dengan nyeri persalinan kala I fase aktif.
Sejalan dengan penelitian Komariah 2005 bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan nyeri persalinan kala I dimana nilai
p lebih besar dari 0,05. Hal ini tidak sejalan dengan yang dikatakan oleh Notoatmodjo 2003, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin banyak
bahan, materi dan pengetahuan yang dimiliki untuk mencapai perubahan tingkah laku yang lebih baik.
Hasil penelitian bertolak belakang dengan teori yang dikemukakan sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian ini tidak semua responden
dengan tingkat pendidikan rendah mengalami nyeri hebat karena itu semua
xci
tergantug pada kesiapan ibu tersebut untuk menghadapi nyeri yang akan
dihadapinya.
G. Hubungan antara Induksi dengan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif