Definisi Menulis Hakikat Menulis

Dari beberapa manfaat di atas, dapat dilihat bahwa menulis memang sangat penting dimiliki oleh seseorang untuk mengenali kemampuan dan potensi yang dimiliki, dan dapat membantu kita dalam berpikir secara kritis.

3. Tujuan Menulis

Setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan agar tulisan tersebut memiliki makna bagi setiap pembacanya. Tujuan pembelajaran menulis harus didasari oleh tujuan menulis tersebut. Tujuan mempelajari menulis adalah agar memiliki kemampuan dan pengalaman menulis serta mendapatkan kemampuan itu untuk berbagai keperluan. Tujuan dalam sebuah tulisan itu sangat beraneka ragam, seperti: a. Memberitahukan atau mengajar; b. Meyakinkan atau mendesak; c. Menghibur atau menyenangkan; d. Mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi- api.” 13 Jadi dapat disimpulkan, bahwa tujuan menulis itu sangat beraneka ragam, diantaranya untuk memberitahukan atau menginstruksikan, meyakinkan atau mempersuasikan, menghibur atau menyenangkan, dan mencurahkan perasaan. Setiap penulis memiliki tujuan masing-masing dalam menuangkan ide atau gagasannya dalam sebuah tulisan.

4. Langkah-langkah Menulis

Sebelum menulis, terdapat langkah-langkah yang harus diperhatikan, yaitu: a. Persiapan preparation 1 Buat kerangka tulisan outline; 2 Temukan idiom yang menarik eye catching; 3 Temukan kata kunci key word. 13 Ibid., h.24 b. Menulis writing 1 Ingatkan diri agar tetap logis; 2 Baca kembali setelah menyelesaikan satu paragraf; 3 Percaya diri akan apa yang ditulis. c. Editing 1 Perhatikan kesalahan kata, tanda baca, dan tanda hubung; 2 Perhatikan hubungan antarparagraf; 3 Baca esai secara keseluruhan. 14 Jadi dapat disimpulkan bahwa sebelum menulis harus memiliki sebuah persiapan terlebih dahulu, setelah itu baru dapat menulis dan terakhir adanya proses editing agar tulisan tersebut indah dan mudah untuk dipahami.

B. Hakikat Puisi

1. Definisi Puisi

Puisi memiliki makna yang luas dan beragam. Puisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, merupakan “ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. ” 15 Melalui puisi orang memilih kata dan memadatkan bahasa. Luxemburg dalam Siswanto mengatakan bahwa puisi adalah “teks-teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur.” 16 Dengan kata lain, isinya bukan hanya sebuah cerita, tetapi lebih mengungkapkan perasaan pengarang. Waluyo juga mendefinisikan puisi merupakan “bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.” 17 Penyair mempunyai maksud tertentu mengapa baris-barisnya dan bait- baitnya disusun sedemikian rupa. 14 Alex dan H. Achmad H.P, Op.cit., h. 107 15 Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.cit., h.706 16 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, Jakarta: PT.Grasindo, 2008, h.107 17 Ibid., h.108 Puisi merupakan karya yang dimaksudkan oleh pengarang sebagai puisi dan diterima dengan sama oleh pembaca. Roman Jacobson, seorang ahli linguistik dari Prancis, menekankan pada fungsi puitik teks, yakni “sebuah fungsi yang mengarahkan segenap upaya dan perhatian pada unsur- unsur teks itu sendiri.” 18 Selain itu, Pradopo mengatak an bahwa “puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam suasana yang berirama. Puisi adalah pengalaman, imajinasi, dan sesuatu yang berkesan yang ditulis sebagai ekspresi seorang dengan menggun akan bahasa tak langsung.” 19 Artinya, puisi ditulis oleh seseorang sebagai bentuk ekspresi yang menggunakan bahasa tak langsung dan merupakan suatu hasil pengalaman, imajinasi maupun sesuatu yang berkesan dalam dirinya. Puisi adalah “perasaan seorang penyair diwaktu senggangnya. Puisi muncul dari kebebasan berkhayal yang mungkin diutamakan oleh seorang penyair.” 20 Dengan berkhayal, akan banyak imajinasi-imajinasi yang muncul dari pemikiran sang penyair. Sayuti memberikan batasan, puisi merupakan “pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek-aspek bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik tertentu sehingga puisi itu dapat membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengarnya.” 21 Puisi adalah dunia dalam kata. Isi yang terkandung dalam puisi merupakan cerminan pengalaman, pengetahuan, dan perasaan penyair yang membentuk sebuah dunia bernama puisi. Panuti Sudjiman dalam Kamus Istilah Sastra menguraikan bahwa puisi adalah “ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra dan rima serta penyusunan larik dan bait.” 22 18 Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra, Magelang: Indonesia Tera, 2003, h.40 19 Sigit Mangun Wardoyo, Teknik Menulis Puisi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h.19-20 20 Vincent B. Leitch, The Norton Anthology of Theory and Criticism, London: , h.1805 21 Sukino, Menulis itu Mudah, Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS, 2010, h.113 22 Antilan Purba, Sastra Indonesia Kontemporer, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, h. 9-10