mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel yang satu dengan yang lainnya.
4.5.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner yang akan disebarkan pada karyawan, sebelumnya melalui pengujian terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat validitas
dan reliabilitas kuesioner tersebut. Uji validitas kuesioner bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana alat
pengukur yang digunakan mampu mengukur apa yang ingin diukur Umar, 2002. Langkah- langkah pengujian validitas kuesioner tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur. a. Mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang akan diukur dari
literatur yang ditulis para ahli. b. Bila di dalam literatur tidak diperoleh definisi atau rumusan konsep yang
akan diukur, maka menjadi tugas peneliti untuk membuat definisi dan rumusan konsep tersebut.
c. Menanyakan langsung kepada calon responden mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur.
2. Melakukan uji coba kuesioner kepada sejumlah responden. Jumlah responden untuk uji coba adalah minimal 30 orang, karena distribusi skor atau nilai akan
lebih mendekati kurva normal. Asumsi kurva normal sangat dibutuhkan dalam perhitungan statistik.
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban dan menghitung korelasi antara masing- masing pernyataan dengan skor total memakai rumus teknik korelasi Product
Moment, dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : r = nilai korelasi n = jumlah responden sampel
X = skor masing- masing pernyataan dari setiap responden Y = skor total semua pernyataan dari setiap responden
4. Membandingkan nilai r-hitung dengan r-tabel dan menarik kesimpulan. Jika r- hitung lebih besar dari r-tabel pada tingkat signifikansi a = 0.05 5 persen,
maka pertanyaan yang terdapat pada kuesioner adalah signifikan dan memiliki validitas atau terdapat konsistensi internal dalam pernyataan.
Setelah melakukan uji validitas dilanjutkan dengan uji reliabilitas jika alat ukur dinyatakan telah valid. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil
pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel Singarimbun dan Effendi, 1989. Sevilla dalam Umar 1999 menyatakan bahwa
reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Pengujiannya dapat dilakukan secara internal yaitu
pengujian dengan menganalisis konsistensi butir-butir pertanyaan yang ada, dan secara eksternal yaitu melakukan test-retest. Metode yang digunakan untuk
menguji reliabilitas pada penelitian ini adalah teknik belah dua, di mana alat pengukuran yang disusun harus memiliki cukup banyak item pertanyaan atau
pernyataan dan digolongkan menjadi dua belahan. Cara menghitung reliabilitas dengan teknik belah dua adalah sebagai berikut :
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑ ∑
− −
− =
] ][
[
2 2
2 2
Y Y
n X
X n
Y X
XY n
r
1 Menguji validitas item. Item- item yang tidak valid dikumpulkan dan dibuang.
2 Membagi item yang valid menjadi dua belahan, dengan cara acak atau berdasarkan nomor ganjil–genap.
3 Skor untuk masing- masing item pada tiap belahan dijumlahkan. 4 Mengkorelasikan skor total belahan pertama dan belahan kedua dengan
teknik korelasi product moment. Secara statistik angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritis r tabel.
5 Mencari angka reliabilitas keseluruhan item dengan rumus di bawah ini :
Keterangan : r.tot = angka reliabilitas seluruh jawaban r.tt
= angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua 4.5.2. Koefisien Korelasi
Rank Spearman
Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya khusus untuk data
ordinal, yaitu penerapan absensi finger print dengan motivasi dan kinerja karyawan. Dalam penelitian ini, variabel bebas X adalah absensi finger print dan
variabel terikat Y adalah motivasi dan kinerja karyawan. Menurut Siegel 1997, langkah-langkah yang ditempuh dalam mempergunakan metode Rank Spearman
adalah :
tt r
tt r
tot r
. 1
. 2
. +
=
1 Nilai pengamatan dari dua variabel yang diukur hubungannya diberi rank. 2 Setiap pasang jenjang rank dihitung perbedaannya.
3 Perbedaan setiap rank yang dihitung, dikuadratkan kemudian dijumlah. Di bawah ini adalah model rumus korelasi koefisien Rank Spearman, yaitu :
rumus 1
Keterangan : rs = koefisien korelasi Rank Spearman di = selisih besarnya rank dari variabel X dan variabel Y
n = jumlah sampel
4 Apabila dalam penelitian terdapat dua subyek atau lebih yang mempunyai nilai sama atau angka yang sama, maka rumus perhitungan koefisien korelasinya
adalah sebagai berikut :
rumus 2
dengan ketentuan :
∑ ∑
− −
=
x
T n
n X
12
3 2
∑ ∑
− −
=
y
T n
n Y
12
3 2
∑ ∑
− =
12
3
t t
x y
T
Keterangan : r
s
= koefisien korelasi Rank Spearman n = banyaknya pasangan data
Tx = faktor koreksi X Ty = faktor koreksi Y
T = faktor koreksi yang berangka sama t = banyaknya observasi yang berangka sama
1 6
1
2 1
2
− −
=
∑
=
n n
d r
n
i i
s
∑ ∑
∑ ∑
∑
− +
= 2
2 2
2 2
2
Y X
d Y
X r
i s
Σ X
2
= jumlah ranking yang sama pada variabel X Σ
Y
2
= jumlah ranking yang sama pada variabel Y Σ
d
i 2
= selisih antara rank X dengan rank Y Σ
Tx dan Σ
Ty berturut-turut adalah banyaknya nilai pengamatan X dan banyaknya nilai pengamatan Y untuk semua kelompok yang berlain- lainan dan
memiliki observasi berangka sama. Aplikasi rumus diatas terhadap penelitian ini yaitu kadang-kadang terjadi dua subyek atau lebih mendapat skor sama pada
variabel sama. Apabila proporsi angka sama tidak terlalu banyak, rumus korelasi pertama masih bisa dipakai. Akan tetapi, apabila proporsi angka sama sangat
besar, maka harus dipergunakan rumus kedua, karena rumus tersebut memiliki faktor koreksi dalam menghitung r
s
. Selain itu ranking berangka sama dalam variabel akan mengurangi jumlah kuadrat
∑ x
2
atau ∑
y
2
dibawah harga N
3
- N:12, sehingga mengakibatkan r
s
yang didapat tidak akurat. Karena alasan itu penulis membutuhkan rumus alternatif dalam penelitian ini.
Selain untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, koefisien korelasi juga dapat digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel-
variabel yang diukur. Yaitu jika r
s
0 +, artinya ada hubungan positif atau searah antara penerapan absensi finger print dengan motivasi dan kinerja
karyawan, dan jika r
s
0 -, artinya ada hubungan negatif atau berlawanan arah antara penerapan absensi finger print dengan motivasi dan kinerja karyawan,
sedangkan jika r
s
= 0, artinya tidak ada hubungan antara penerapan absensi finger print dengan motivasi dan kinerja karyawan.
4.5.3. Signifikansi Koefisien Korelasi