Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Korelasi Antara Sistem Absensi Sidik Jari dengan Motivasi Kerja

6.1.5. Status dan Pengakuan

Status dan pengakuan merupakan suatu penghargaan yang diberikan kepada karyawan karena pengabdiannya terhadap perusahaan. Status ini menunjukkan posisi karyawan dalam sebuah organisasi dan masyarakat, sehingga para karyawan merasakan dirinya mempunyai suatu pegangan pekerjaan tetap. Dalam populasi, karyawan yang berstatus PNS berjumlah 105 orang yaitu sekitar 60 persen dari jumlah populasi, sedangkan karyawan yang berstatus non-PNS berjumlah 70 orang yaitu sekitar 40 persen dari jumlah populasi. Dalam penelitian ini responden yang berstatus PNS berjumlah 22 orang yaitu sekitar 73,3 persen, dan yang berstatus non-PNS berjumlah 8 orang yaitu sekitar 26,7 persen.

6.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Dalam pembuatan kuesioner, kerangka konsep dituangkan dalam bentuk variabel- variabel penelitian yang dituangkan menjadi bentuk pertanyaan. Keseluruhan pertanyaan dalam kuesioner berjumlah 33 butir pertanyaan dimana masing- masing pertanyaan memiliki bobot nilai yang sama dengan pertanyaan lainnya. Setelah kuesioner rampung dilakukan pengujian terhadap kuesioner tersebut dengan menggunakan teknik product moment. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan alat ukur penelitian dalam mengukur permasalahan yang ada. Uji validitas dilaksanakan dengan cara menyebar kuesioner kepada 30 orang responden. Berdasarkan hasil uji coba kuesioner, ternyata terdapat dua butir pertanyaan yang memiliki nilai korelasi lebih kecil dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel pada db = 28 dan a = 5 persen adalah 0,361 dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Adapun dua butir pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang berhubungan dengan penerapan sistem absensi finger print. Dengan demikian kedua pertanyaan tersebut harus dihilangkan. Data hasil perhitungan validitas dapat dilihat pada Lampiran 6. Uji reliabilitas kuesioner dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner ini cukup tepat dan akurat untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya. Perhitungan nilai reliabilitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua dimana seluruh pertanyaan yang ada dipisahkan menjadi dua kelompok pertanyaan bernomor ganjil dan genap. Hasil dari uji reliabilitas kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil uji melalui teknik belah dua me nghasilkan nilai reliabilitas total sebesar 0,94. Nilai reliabilitas tersebut lebih besar dari nilai r tabel yaitu 0,361 dengan selang kepercayaan 95 persen untuk 30 orang responden. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut cukup reliabel dan terpercaya untuk digunakan dalam tahapan penelitian selanjutnya.

6.3. Penerapan Sistem Absensi Finger Print

Bagian ini menjelaskan hasil penelitian tentang penerapan sistem absensi finger print yang diterapkan institusi khususnya FMIPA-IPB berdasarkan penilaian karyawan. Penilaian karyawan diperoleh dari perhitungan jawaban- jawaban kuesioner yang disebarkan kepada 30 orang responden. Absensi menjadi masalah yang sangat penting karena absensi merupakan bukti kehadiran seorang karyawan dalam bekerja dis uatu perusahaan atau institusi. Variabel absensi finger print yang dimaksud meliputi megisi absen, penerapan absen, sarana penunjang, kesesuaian absen dengan pekerjaan, metode absen yang mudah, absen adalah hal yang penting, kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan, insentif, sikap, dan perasaan lebih baik dalam bekerja.

6.3.1. Mengisi Absen

Mengisi absen yang dimaksud di sini adalah pernyataan responden tentang setiap karyawan harus mengisi absensi jam datang dan jam pulang dengan diterapkannya absensi finger print. Hasil jawaban responden tentang mengisi absen dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Hasil Jawaban Responden Mengenai Mengisi Absensi Sidik Jari Untuk pernyataan mengisi absen disesuaikan dengan peraturan institusi yang berlaku. Jawaban responden sangat beragam, sebanyak 40 persen responden menyatakan sangat setuju dan 50 persen responden menyatakan setuju. Sedangkan responden yang menyatakan biasa saja sebanyak 3,3 persen, dan responden yang tidak setuju sebanyak 6,7 persen. Dengan demikian, berarti pada umumnya karyawan di lingkungan FMIPA-IPB setuju untuk mengisi absen jam datang dan jam pulang dengan diterapkannya absensi finger print. Dengan demikian, para karyawan merasakan keadilan dengan mengisi absen bersama-sama. Hal ini membantu karyawan yang rajin bekerja supaya motivasi dan kualitas kerjanya tetap terjaga. Sangat setuju 40 Setuju 50 Biasa saja 3.3 Tidak setuju 6.7 Dilain pihak terdapat karyawan yang bersikap netral atau tidak setuju dengan diterapkannya absensi finger print. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh kebiasaan karyawan yang dulunya suka menitip absen kepada temannya. Dengan diterapkannya sistem absensi finger print ini para karyawan tidak bisa lagi menitip absen, sehingga mereka yang bersangkutan harus datang sendiri untuk mengisi absen atau daftar hadir. Gambar 9 menunjukan pendapat karyawan tentang sudah tepatkah penerapan absensi finger print dimasa sekarang ini, dimana IPB sedang beralih status menjadi PT-BHMN. Gambar 9. Hasil Jawaban Responden Mengenai Ketepatan Penerapan Absensi Sidik Jari Berdasarkan hasil jawaban pada Gambar 9, terlihat sebagian besar karyawan menyatakan penerapan absensi finger print sudah tepat diterapkan pada kondisi sekarang ini. Artinya para karyawan sangat mendukung dan bersemangat dengan diterapkannya absensi ini. Dengan demikian penerapan absensi finger print ini tidak ada masalah. Sebanyak 23,3 persen karyawan bersikap netral dan 6,7 persen tidak setuju dengan penerapan absensi finger print disaat sekarang ini. Kemungkinan disebabkan oleh kebiasaan karyawan yang dulunya suka menitip absen kepada temannya. Dengan diterapkannya sistem absensi finger print ini Sangat setuju 23.3 Setuju 46.7 Netral 23.3 Tidak setuju 6.7 para karyawan tidak bisa lagi menitip absen, sehingga mereka harus datang sendiri untuk mengisi absen.

6.3.2. Sarana Penunjang dan Fasilitas

Kepada karyawan yang menjadi responden ditanyakan bagaimana sarana penunjang dan fasilitas yang ada dalam pelaksanaan absensi dengan finger print. Adapun jawaban dari responden dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Jawaban Responden Tentang Sarana Penunjang dan Fasilitas Adapun sarana penunjang dan fasilitas yang dimaksud di sini adalah transportasi, mesin peralatan finger print, dan transparansi rekap absen. Sebagian besar responden menyatakan bahwa sarana penunjang dan fasilitas yang tersedia sudah sesuai dengan kebutuhan, dan pada kenyataannya institusi sudah menyediakan berbagai fasilitas untuk mendukung penerapan sistem absensi tersebut. Sebagai contoh, institusi menyediakan bis jemputan untuk menjemput dan mengantar karyawan supaya tidak telat datang kekantor. Akan tetapi, jumlah responden yang bersikap netral cukup besar yaitu 36,7 persen atau sepertiga dari total responden. Sisanya 3,3 persen menyatakan bahwa sarana penunjang dan fasilitas yang tersedia belum sesuai dengan Netral 36.7 Memadai 33.3 Sangat memadai 26.7 Tidak memadai 3.3 kebutuhan. Sikap netral ini disebabkan karena karyawan tidak terlalu merasakan manfaat dengan adanya sarana penunjang dan fasilitas tersebut. Terhadap pertanyaan tentang bagaimana kesesuaian antara penerapan absensi finger print dengan kebutuhan dalam pelaksanaan pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 11. Disitu terlihat sebagian besar responden menyatakan bahwa penerapan absensi finger print sesuai dalam pelaksanaan dan kebutuhan pekerjaan. Kesesuaian antara sistem absensi sidik jari yang diterapkan dengan yang diharapkan dikaitkan dengan indikator manfaat, kemudahan, dan ketepatan. Akan tetapi jumlah responden yang bersikap netral cukup besar yaitu sekitar 33,3 persen atau sepertiga dari total responden. Sisanya sebesar 13,3 persen menyatakan bahwa penerapan absensi finger print ini tidak sesuai dengan kebutuhan dan pelaksanaan pekerjaan. Gambar 11. Jawaban Responden Tentang Kesesuaian Absensi Sidik Jari

6.3.3. Kemudahan Absensi Sidik Jari

Jawaban responden terhadap pertanyaan tentang metode absensi dengan sistem finger print baik dan mudah diterapkan berkaitan dengan pekerjaan, dapat dilihat pada Gambar 12. Sangat sesuai 16.7 Sesuai 36.7 Netral 33.3 Tidak sesuai 13.3 Gambar 12. Jawaban Responden Tentang Kemudahan Absensi Sidik Jari Pada Gambar 12 terlihat bahwa hampir 75 persen responden menyatakan pelaksanaan absensi sidik jari sangat mudah dilaksanakan, karena para karyawan hanya memasukan nomor identitas dan meletakan jari jempol ke alat finger print. Proses tersebut tidak memakan waktu yang lama. Selain itu dalam pelaksanaan absensi tidak memerlukan tenaga yang besar karena sistem absensi ini bekerja secara otomatis. Selain itu 13,3 persen responden menyatakan absensi finger print cukup mudah, dan 6,7 persen responden menyatakan tidak mudah. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya tempat tinggal karyawan yang sangat jauh dari kantor, sehingga mereka harus berangkat pagi untuk mengejar absen supaya tidak telat. Gambar 13 menunjukkan pendapat responden terhadap pentingnya mengisi absen dalam dunia kerja. Tidak mudah 6.7 Sedang 13.3 Mudah 6.7 Sangat mudah 73.3 Gambar 13. Jawaban Responden Tentang Pentingnya Mengisi Absen Jawaban responden tentang pentingnya mengisi absen sangat beragam. Sebagian besar responden menganggap mengisi absen dalam dunia kerja sangatla h penting. Akan tetapi, dilain pihak sebagian lagi bersikap netral dan ada juga yang menganggap mengisi absen tidak diperlukan dalam dunia kerja. Hal tersebut mungkin disebabkan karena seringnya keterlambatan dalam pembayaran insentif absensi yang diberlakukan institusi, sehingga karyawan kurang antusias dengan diterapkannya ansensi tersebut. Hal ini juga dapat menurunkan motivasi dan kinerja karyawan. Untuk itu institusi harus secepatnya mengantisipasi masalah pembayaran insentif tersebut.

6.3.4. Kejujura n, Tanggung Jawab, dan Kedisiplinan

Kejujuran, tanggung jawab, dan kedisiplinan dalam bekerja merupakan sesuatu hal yang langka dan sangat mahal harganya. Biasanya ketiga hal tersebut sangat susah dibangun pada diri seorang pekerja. Hasil jawaban responden tentang pentingnya kejujuran berkaitan dengan diterapkannya absensi sidik jari ini dapat dilihat pada Gambar 14. Sangat tidak penting 3.3 Tidak penting 13.3 Sangat penting 26.7 Penting 33.3 Netral 23.3 Gambar 14. Persentase Jawaban Responden Terhadap Pentingnya Kejujuran Hampir 90 persen responden sependapat dengan pernyataan bahwa kejujuran merupakan hal penting dalam dunia kerja. Apalagi dalam pelaksanaan absensi seringkali terjadi kecurangan. Kadang-kadang karyawan berangkat ke kantor hanya mengisi absen dan stor muka saja, tetapi setelah itu pergi untuk kepentingan pribadi. Hal ini disebabkan karena gaji yang diterima tidak mencukupi kebutuhan hidup karyawan. Hal yang demikian dapat mengikis profit perusahaan dan menimbulkan demotivasi terhadap karyawan yang bersangkutan. Kejujuran dalam pelaksanaan absensi ini sebaiknya harus selalu diawasi dan dipantau oleh atasan atau kepala tata usaha. Apalagi bangsa Indonesia ini sedang dilanda krisis moral dan kepercayaan. Alangkah baiknya kejujuran ini dibangun dan ditanamkan oleh diri masing- masing pekerja. Dilain pihak terdapat 6,7 persen jawaban responden netral, dalam hal ini mungkin responden sudah menanamkan kejujuran pada diri mereka. Gambar 15 di bawah ini, menunjukan jawaban responden tentang tanggung jawab merupakan hal penting dalam dunia kerja. Tanggung jawab ini berkaitan dengan indikator pelaksanaan absensi finger print. Tidak setuju 3.3 Netral 6.7 Setuju 30 Sangat setuju 60 Gambar 15. Persentase Jawaban Responden Tentang Tanggung Jawab Dari grafik diatas terlihat sebagian besar responden bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Walaupun ada sebagian kecil yang berpendapat netral atau tidak setuju dengan tanggung jawab merupakan hal penting dalam dunia kerja. Hal tersebut disebabkan karena masih rendahnya rasa tanggung jawab responden terhadap apa yang mereka lakukan. Kedisiplinan merupakan hal mutlak yang harus dipunyai setiap para pekerja atau karyawan. Karena dengan kedisiplinan para pekerja dapat memajukan suatu perusahaan atau institusi. Selain itu dengan menanamkan kedisiplinan ini, seseorang tidak mungkin telat dalam melakukan absen. Jawaban responden tentang kedisiplinan merupakan hal penting dalam dunia kerja berkaitan dengan penerapan absensi sidik jari, dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Persentase Jawaban Responden Tentang Kedisiplinan Tidak setuju 10 Netral 3.3 Setuju 43.3 Sangat setuju 43.3 Netral 6.7 Setuju 50 Sangat setuju 43.3 Berdasarkan Gambar 16 terlihat hampir 90 persen responden setuju dengan kedisiplinan merupakan hal penting dalam dunia kerja. Meskipun sekitar 6,7 persen responden bersikap netral atau cukup setuju. Hal tersebut dikarenakan para respond en merasa selama ini mereka sudah menegakkan kedisiplinan dalam bekerja, terutama dalam pelaksanaan absensi seiring dengan peraturan yang ditetapkan institusi.

6.3.5. Insentif

Seiring dengan dilaksanakannya absensi finger print, institusi menetapkan penilaian kinerja dan pemberian insentif sebesar Rp. 200.000,- kepada karyawan yang absensinya penuh selama 22 hari kerja per bulan. Insentif yang diberikan ini di luar gaji pokok. Bagi karyawan yang absensinya tidak cukup 22 hari, insentif ini akan dikurangi sebesar Rp. 10.000,- per hari. Bagi karyawan yang selama tiga bulan tidak pernah mengisi absen atau absensinya banyak bolong, maka akan diberi surat peringatan, dan bagi karyawan PNS kenaikan pangkatnya akan menjadi lambat. Jawaban responden terhadap pemberian insentif absensi ini dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pemberian Insentif Netral 13.3 Sangat setuju 53.3 Setuju 33.3 Sebanyak 53,3 persen responden sangat setuju dengan pemberian insentif ini, dan 33,3 persen responden menjawab setuju. Jadi pemberian insentif ini tidak jadi masalah, malah sebaliknya berdampak positif bagi peningkatan motivasi dan kinerja karyawan. Sedangkan 13,3 persen responden bersikap netral, hal ini disebabkan karena sering terjadinya keterlambatan pembayaran insentif tersebut. Adapun jawaban responden tentang digantinya sistem absensi bar code ceklok dengan absensi sidik jari dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 18. Jawaban Responden Mengenai Sikap Mereka Terhadap Absensi Sidik Jari Sebagian besar responden merasakan senang dengan diterapkannya absensi sidik jari. Hal ini disebabkan karena absensi tersebut sangat mudah dilaksanakan dan mempermudah merekap absen karena bekerja secara otomatis. Selain itu, para karyawan sangat gembira karena mereka merasakan keadilan, sebab yang suka menitip absen tidak bisa lagi menitip absen kepada karyawan yang lain. Sekitar 16,7 persen karyawan bersikap netral, 10 persen bersikap tidak senang, dan 3,3 persen merasa sangat tidak senang. Hal ini disebabkan karena mereka tidak bisa lagi menitip absen dan harus datang sendiri untuk melakukan absen kedatangan dan absen jam pulang. Sangat tidak senang 3.3 Tidak senang 10 Netral 16.7 Senang 26.7 Sangat senang 43.3 Kepada responden ditanyakan tentang setelah diterapkannya absensi sidik jari, apakah mereka merasa lebih baik dalam melakukan pekerjaan. Gambar 14 menunjukkan persentase jawaban responden tentang hal tersebut. Gambar 19. Jawaban Responden Tentang Perbaikan Dalam Bekerja Hampir 80 persen para karyawan merasakan lebih baik dalam bekerja setelah diterapkannya absensi sidik jari. Selain itu 23,3 persen karyawan merasakan biasa saja, hal ini disebabkan karena sering kali para karyawan menemukan kejenuhan dalam bekerja yang mengakibatkan tidak ada kemajuan dalam pekerjaan.

6.4. Korelasi Antara Sistem Absensi Sidik Jari dengan Motivasi Kerja

Korelasi yang nyata atau tidak nyata dari masing- masing variabel absensi dengan motivasi kerja karyawan dapat dilihat dari nilai p yang dihasilkan oleh setiap variabel. Nilai p adalah angka probabilitas yang menunjukan signifikansi dari suatu variabel. Nilai p yang lebih kecil dari 0,05 menunjukan bahwa variabel tersebut memiliki korelasi yang signifikan atau nyata dengan motivasi kerja pada tingkat kepercayaan 95 persen atau taraf nyata 5 persen. Sebaliknya nilai p yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak memiliki korelasi signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Adapun nilai p dan r s untuk setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 8. Netral 23.3 Baik 56.7 Sangat baik 20 Tabel 8. Nilai Korelasi r dan Signifikansi p dari Variabel Absensi dengan Motivasi Komponen Absensi Nilai r s Nilai p Megisi Absen Penerapan Absen Sarana Penunjang Kesesuaian Absen Metode Absen Absen Hal yang Penting Kejujuran Tanggung Jawab Kedisiplinan Insentif Sikap Lebih Baik Dalam Bekerja 0,423 0,422 0,540 0,511 0,289 0,494 0,454 0,535 0,385 0,594 0,329 0,489 0,020 0,020 0,002 0,004 0,121 0,006 0,012 0,002 0,036 0,001 0,076 0,006 Keterangan : Tidak terdapat korelasi yang signifikansi pada taraf 5 . Tabel 8 menunjukkan bahwa komponen-komponen absensi yang memiliki korelasi yang signifikan dengan motivasi kerja adalah mengisi absen, penerapan absen, sarana penunjang, kesesuaian absen dengan pekerjaan, absen adalah hal yang penting, kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan, insentif, lebih baik dalam bekerja. Komponen yang tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan motivasi kerja adalah metode absen dan sikap. Mengisi absen memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi kerja. Hal ini dapat diartikan bahwa apabila semua karyawan mengisi absen sendiri-sendiri tanpa diwakili maka motivasi kerja karyawan akan meningkat. Sebaliknya, apabila tidak ada absen maka motivasi kerja karyawan akan menurun, karena dengan tidak adanya absen maka kecurangan akan meraja lela. Kurang kuatnya korelasi antara mengisi absen dengan motivasi kerja terlihat dari nilai korelasinya. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh untuk variabel mengisi absen adalah 0,423. Nilai ini lebih kecil dari 0,500. Nilai koefisien yang lebih kecil dari 0,500 menunjukan kurang kuatnya korelasi, dan demikian sebaliknya. Ketepatan penerapan absensi sidik jari di saat sekarang ini memiliki nilai p = 0,02 yang berarti bahwa penerapan absensi ini memiliki hubungan yang nyata dengan motivasi kerja. Akan tetapi sama halnya dengan variabel 1, penerapan absensi sidik jari bukanlah faktor yang dominan yang mempengaruhi motivasi kerja. Hal ini terlihat dari nilai korelasinya yang kecil dari 0,500 yaitu sebesar 0,422. Dapat diartikan bahwa penerapan absensi sidik jari kurang kuat pengaruhnya terhadap motivasi kerja. Sarana penunjang dan fasilitas memiliki nilai p = 0,002 yang berarti memiliki hubungan yang nyata dengan motivasi kerja. Sedangkan kesesuaian penerapan absensi sidik jari dengan pekerjaan memiliki nilai p = 0,004. Kedua variabel ini memiliki nilai korelasi berturut-turut 0,540 dan 0,511 yang berarti kuatnya hubungan kedua variabel ini dengan motivasi kerja. Pada kenyataannya sarana penunjang dan fasilitas yang disediakan institusi memang memadai, dan penerepan absensi tersebut memang mendukung peningkatan motivasi dan kinerja para karyawan. Metode absensi dan sikap memiliki nilai signifikansi berturut-turut 0,121 dan 0,076. Berarti kedua variabel tersebut tidak memiliki korelasi yang nyata dengan motivasi kerja. Dengan demikian, metode absen dan sikap karyawan terhadap penerapan absensi sidik jari tidak berkaitan dengan motivasi kerja karyawan. Ketidak signifikanan ini juga ditunjukan oleh nilai korelasinya yang relatif kecil yaitu sebesar 0,289 dan 0,329. Absen adalah hal penting dalam dunia kerja. Dengan adanya absen, kita dapat melihat seorang karyawan hadir atau tidak hadir dalam bekerja. Dengan demikian, atasan mudah menilai seorang karyawan dengan melihat rekap daftar hadirnya. Setelah diterapkannya absensi sidik jari ini, para karyawan FMIPA sangat merasakan bahwasanya absensi merupakan hal yang penting dalam dunia kerja. Hal ini terlihat dari nilai signifikannya yaitu sebesar 0,006, artinya semakin baik sistem absensi maka motivasi karyawan akan semakin baik pula. Setelah diterapkannya absensi sidik jari, karyawan juga merasakan bahwa kejujuran, tanggung jawab, dan kedisiplinan merupakan hal yang sangat berharga dan penting dalam dunia kerja. Apabila seorang pekerja dapat menanamkan atau membiasakan ketiga hal tersebut dalam dirinya, maka otomatis motivasi yang dimilikinya akan semakin meningkat dan aura bekerjanya akan semakin positif. Sehingga dalam melakukan pekerjaan mereka tidak gampang bosanmenyerah, dan apa yang ditargetkan biasanya akan tercapai. Hal ini terlihat dari nilai signifikannya yang sangat berpengaruh nyata terhadap motivasi kerja, yaitu berturut-turut sebesar 0,012; 0,002; dan 0,036. Hageman 1993, menyatakan ganjaran berupa uang merupakan motivasi utama bagi karyawan. Uang digunakan oleh karyawan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar dan kebutuhan tingkat atas untuk pengakuan dan prestasi. Teori Motivasi Proses menyatakan, bahwa setiap pekerja mau bekerja giat sesuai dengan harapan yang akan diperolehnya dimana harapan ini merupakan daya penggerak yang memotivasi pekerja. Jika harapan menjadi kenyataan maka pekerja cenderung akan meningkatkan kualitas kerjanya, begitu pula sebaliknya Vroom dalam Umar, 1999. Kuatnya korelasi antara insentif yang diberikan dengan motivasi kerja karyawan FMIPA-IPB terlihat dari nilai koefisien korelasinya. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh untuk variabel pemberian insentif ini adalah 0,594, nilai ini lebih besar dari 0,500. Dengan demikian, pemberian insentif absen yang diterima karyawan sebesar Rp. 200.000,- per bulan berpengaruh langsung pada motivasi kerja karyawan. Hal ini juga diperkuat dengan nilai signifikansi yang diperoleh yaitu sebesar 0,001. Setelah diterapkannya absensi sidik jari, karyawan merasa lebih baik dalam melakukan pekerjaan. Nyatanya pengaruh absensi sidik jari ini terlihat dari nilai signifikansi yang diperoleh yaitu sebesar 0,006. Walaupun hal tersebut di atas tidak terlalu mendominasi salah satu faktor yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan FMIPA-IPB.

6.5. Korelasi Antara Sistem Absensi Sidik Jari dengan Kinerja

Dokumen yang terkait

Sejarah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Aspek Pendidikan

1 29 873

Studi Perancangan Lanskap Kampus Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

0 8 113

Hubungan sistem kontrak kerja dengan motivasi kerja dengan motivasi karyawan (kasus : karyawan kontrak PT. Uintex, Tbk, Bogor, Jawa Barat)

0 9 121

Hubungan Penerapan Program Penilaian Tenaga Penunjang Dengan Motivasi Kerja Pegawai (Studi Kasus di Unit-unit Lingkungan Rektorat Institut Pertanian Bogor, Bogor – Jawa Barat)

0 7 121

Analisis pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga kependidikan (Studi kasus: Sembilan Fakultas Institut Pertanian Bogor, Darmaga Bogor)

0 23 113

HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI (FINGER PRINT) DENGAN MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN Hubungan Penerapan Absensi Sidik Jari (Finger Print) Dengan Motivasi Dan Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Su

0 2 18

HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI (FINGER PRINT)DENGAN MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN Hubungan Penerapan Absensi Sidik Jari (Finger Print) Dengan Motivasi Dan Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Sur

0 3 15

PENDAHULUAN Hubungan Penerapan Absensi Sidik Jari (Finger Print) Dengan Motivasi Dan Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta – Jawa Tengah).

0 2 11

PENILAIAN PEGAWAI TERHADAP PENERAPAN SISTEM ABSENSI SIDIK JARI (FINGER PRINT) DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA (STUDI KASUS PADA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA SELATAN) - POLSRI REPOSITORY

0 0 16

PENILAIAN PEGAWAI TERHADAP PENERAPAN SISTEM ABSENSI SIDIK JARI (FINGER PRINT) DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA (STUDI KASUS PADA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA SELATAN) - POLSRI REPOSITORY

0 0 15