Kuatnya korelasi antara insentif yang diberikan dengan motivasi kerja karyawan FMIPA-IPB terlihat dari nilai koefisien korelasinya. Nilai koefisien
korelasi yang diperoleh untuk variabel pemberian insentif ini adalah 0,594, nilai ini lebih besar dari 0,500. Dengan demikian, pemberian insentif absen yang
diterima karyawan sebesar Rp. 200.000,- per bulan berpengaruh langsung pada motivasi kerja karyawan. Hal ini juga diperkuat dengan nilai signifikansi yang
diperoleh yaitu sebesar 0,001. Setelah diterapkannya absensi sidik jari, karyawan merasa lebih baik
dalam melakukan pekerjaan. Nyatanya pengaruh absensi sidik jari ini terlihat dari nilai signifikansi yang diperoleh yaitu sebesar 0,006. Walaupun hal tersebut di
atas tidak terlalu mendominasi salah satu faktor yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan FMIPA-IPB.
6.5. Korelasi Antara Sistem Absensi Sidik Jari dengan Kinerja
Komponen-komponen absensi yang diduga berhubungan dengan kinerja karyawan antara lain mengisi absen, penerapan absen, sarana penunjang,
kesesuaian absen dengan pekerjaan, absen adalah hal yang penting, kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan, insentif, lebih baik dalam bekerja, metode absen,
dan sikap. Tabel 9 menunjukkan nilai p dan r
s
yang menentukan nyata tidaknya hubungan dari setiap komponen absensi dengan kinerja karyawan FMIPA-IPB.
Tabel 9. Nilai Korelasi r dan Signifikansi p dari Variabel Absensi dengan Kinerja
Komponen Absensi Nilai
r
s
Nilai p
Mengisi Absen Penerapan Absen
Sarana Penunjang Kesesuaian Absen
Metode Absen Absen Hal yang Penting
Kejujuran Tanggung Jawab
Kedisiplinan Insent if
Sikap Lebih Baik Dalam Bekerja
0,467 0,635
0,424 0,513
0,255 0,424
0,444 0,484
0,241 0,386
0,512 0,652
0,009 0,000
0,019 0,004
0,174 0,020
0,014 0,007
0,200 0,035
0,004 0,000
Keterangan : Tidak terdapat korelasi yang signifikansi pada taraf 5 . Berdasarkan nilai signifikansi yang tertera pada Tabel 9, ternyata ada
dua variabel yang tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja karyawan. Variabel tersebut yaitu metode absen dan kedisiplinan, dengan nilai
signifikansinya berturut-turut sebesar 0,174 dan 0,200. Dalam pelaksanaannya, metode absensi sidik jari ini memang tidak jauh berbeda dengan metode absen
sebelumnya, yaitu dengan sistem bar kode. Bedanya adalah sistem absensi sidik jari ini tidak dapat diwakilkan ke orang lain. Hal ini ya ng menyebabkan responden
merasa metode absensi ini tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja. Beda halnya dengan kedisiplinan, karyawan merasa kedisiplinan tidak
terlalu berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini disebabkan karena kebiasaan karyawan yang dari dulu santai dalam bekerja, sehingga tidak terlalu terlihat
peningkatan kinerja setelah diterapkannya absensi sidik jari tersebut. Selain itu di duga faktor insentif dan besarnya gaji yang diterima juga mempengaruhi
kedisiplinan tersebut. Karena bagaimana mau disiplin kalau insentif yang diterima karyawan sangat kecil dan tidak mencukupi kebutuhan sehari- hari. Setelah
diterapkannya absensi sidik jari para karyawan harus datang sendiri untuk mengisi absen. Dengan demikian, karyawan mau tidak mau harus tepat waktu dalam
bekerja, sehingga mengisi absen ini cukup signifikan dengan peningkatan kinerja. Hal ini terlihat dari nilai signifikansinya yaitu sebesar 0,009 dengan korelasi 0,467,
walaupun hubungannya tidak terlalu erat. Pemberian status PT-BHMN kepada IPB direalisasikan dengan salah
satu cara yaitu perbaikan manajemen sumberdaya manusia yang dimilikinya. IPB menerapkan absensi sidik jari supaya karyawan tidak bisa lagi menitip absen
kepada temannya, sehingga karyawan dapat memperbaiki kinerjanya. Ketepatan penerapan absensi di saat sekarang ini mempunyai pengaruh yang nyata dengan
peningkatan kinerja karyawan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansinya sebesar 0,000, dengan nilai korelasi sebesar 0,635. Berarti dengan diterapkannya
absensi sidik jari di saat sekarang ini dapat meningkatkan kinerja karyawan. Demikian juga pada variabel sarana penunjang yang disediakan,
hubungannya signifikan dengan kinerja. Hal ini ditunjukan dengan nilai signifikansinya sebesar 0,019 dan nilai korelasinya sebesar 0,424. Nilai korelasi
variabel sarana penunjang sedikit lebih kecil dari nilai korelasi penerapan absen. Ini disebabkan karena banyaknya karyawan yang berdomisili jauh dari kantor,
sehingga mereka harus bangun pagi supaya tidak ketinggalan bis jemputan. Kejujuran dan tanggung jawab dalam bekerja juga berpengaruh nyata
terhadap peningkatan kinerja. Oleh karena, dengan kejujuran dan tanggung jawab yang besar seorang pekerja, akan berkorelasi positif terhadap peningkatan kinerja
karyawan tersebut. Demikian halnya dengan insentif yang diberikan. Insentif ini juga memiliki nilai signifikan yang kecil dari 0,05 yaitu 0,035. Berarti insentif
yang diberikan dapat meningkatkan kinerja karyawan ke arah yang lebih baik. Karyawan FMIPA-IPB sangat senang dengan diterapkannya absensi
sidik jari dan mereka merasakan keadilan, sebab harus bersama-sama dalam menerapkan absensi ini. Tidak ada lagi kecurangan dan merasa kurang puas
dengan sistem absensi ini, karena absensi finger print bekerja secara otomatis dan dibantu dengan peralatan komputer yang canggih. Para karyawan juga merasakan
lebih baik dalam melakukan pekerjaannya, sehingga otomatis kinerja karyawan akan meningkat sesuai dengan yang diharapkan oleh institusi.
6.6. Implikasi Terhadap Institusi