Tabel 1. Perbandingan Kelemahan dan Keunggulan Beberapa Sistem Pencatatan Absensi
No Faktor
Kelemahan
Kart u absensi dan mesin pencet ak wakt u
1 Magnetic tape
reader bar code reader
2
Finger print scanner dan sof t war e absensi
3
1. Ketidakjujuran
karyawan via “buddy punching”
teman sekerja yang mencatatkan
kehadiran Seringkali terjadi. Kartu
absensi digunakan bersama-sama
Dapat terjadi. Kartu magnetik
dapat digunakan bersama-sama
Tidak mungkin terjadi. Sidik jari tidak dapat
digunakan oleh rekan sekerja yang lain
2. Manipulasi atau
hilangnya kartu absensi
Mungkin terjadi. Kartu absensi dapat
dipertukarkan antar rekan sekerja hilang
Mungkin terjadi. Kartu magnetic
dapat dipertukarkan antar
rekan sekerja hilang
Tidak mungkin terjadi, karena tidak menggunakan
kartu. Sidik jari seseorang selalu unik tidak ada yang
sama. Dapatmenggunakan lebih
dari 1 jari sebagai identifikasi
3. Kesalahan
ketidak akuratan pencatatan waktu
kerja karyawan Kurang akurat. Pencetak
waktu dapat diset atau reset manual, sehingga
pencatatan menjadi tidak akurat
Akurat. Pencatatan waktu
menggunakan komputer, sangat
akurat Akurat. Pencatatan waktu
menggunakan komputer, sangat akurat
4. Otomatisasi
sistem pelaporan dan integrasi
dengan sistem informasi
kepegawaian Secara manual. Harus
dilakukan secara manual,kemungkinan
kesalahan penyalinan data dari kartu absensi
cukup besar Dapat secara
otomatis. Mungkin dapat
diintegrasikan dengan sistem
terkomputerisasi Otomatis dan integrasi ke
sistem kepegawaian. Selalu dapat dilakukan
otomatisasi pelaporan, menggunakan sistem yang
terintegrasi.
Sumber : http: www.informatika.lipi.go.idjurnalimplementasi-teknologi biometric- untuk-sistem-absensi-perkantoran November 2005
Peningkatan motivasi dan kinerja karyawan adalah hasil yang diharapkan oleh setiap perusahaan atau institusi khususnya Institut Pertanian
Bogor setelah dilaksanakannya program absensi dengan menggunakan finger print. Penerapan program yang tepat, diharapkan dapat memotivasi karyawan
untuk bekerja lebih baik dan memberikan kontribusi yang terbaik kepada institusi.
1.2. Perumus an Masalah
Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu dari empat perguruan tinggi negeri yang terkemuka di Indonesia bersama ITB, UI, dan UGM. Untuk
mempercepat ke empat perguruan tinggi tersebut menjadi perguruan tinggi bertaraf internasional, maka pemerintah sejak tanggal 26 Desember 2000 telah
memberikan status sebagai Perguruan Tinggi - Badan Hukum Milik Negara PT- BHMN.
Status sebagai PT-BHMN bukan merupakan swastanisasi, melainkan pemberian otonomi yang luas. Dimiliki secara efisien dan akuntabel agar dapat
mempercepat tercapainya peningkatan kualitas penyelenggaraan tri dharma perguruan tinggi, yaitu pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pemberdayaan
pada masyarakat. Institut Pertanian Bogor menyikapi pemberian otonomi tersebut dengan melakukan penataan internal terhadap berbagai aspek, baik organisasi,
program pendidikan, penelitian, sistem keuangan, manajemen sumberdaya manusia, fasilitas, dan pembangkitan pendapatan.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam – Institut Pertanian Bogor FMIPA-IPB merupakan suatu lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan mulai dari strata S0, S1, S2, dan S3. FMIPA-IPB memiliki sembilan departemen Departemen Biologi, Fisika, Kimia, Matematika, Statistika,
Geofisika dan Meteorologi, Ilmu Komputer, Biokimia, dan MKDU yang di dalamnya terdapat sekitar 200 orang karyawan penunjang. Diantara karyawan
tersebut terdapat perbedaan status kepegawaian antara Pegawai Negeri Sipil PNS dan Pegawai Honorer Non-PNS. Perbedaan status tersebut menjadi penghambat
bagi perkembangan karier karyawan non PNS, walaupun secara kualitas dan masa kerja mereka sudah memenuhi syarat untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
Rendahnya perputaran posisi karyawan dalam organisasi, perbedaan pemberian kompensasi antar karyawan, dan rendahnya tingkat disiplin institusi dalam
menerapkan peraturan yang berlaku, dapat mempengaruhi tingkat motivasi dan kinerja karyawan. Selain itu korupsi waktu yang sering terjadi antar karyawan
karena mentalitas pegawai yang rendah mengakibatkan motivasi menjadi rendah dan kinerja semakin menurun.
Dalam upaya mencapai efisiensi kerja, faktor kehadiran absensi karyawan merupakan hal yang cukup penting. Apalagi berhubungan dengan
produksi, penggajian, prestasi kerja, dan lain- lain. Pada alat pencatatan absensi karyawan yang konvensional memerlukan banyak intervensi pegawai bagian
administrasi kepegawaian SDM atau Human Resources Management, maupun kejujuran karyawan. Hal ini memungkinkan adanya manipulasi data kehadiran
apabila pengawasan yang kontinyu pada proses ini tidak dilakukan secara intensif Cahyana, dalam www.informatika.lipi.go.id.
Dengan sistem absensi berbasis sidik jari biometrics proses pengambilan informasi kehadiran karyawan menjadi hampir 100 persen akurat
karena didasarkan pada sidik jari masing- masing karyawan, serta proses pencatatan dan pelaporannya menjadi otomatis oleh software khusus. Kesalahan
maupun manipulasi catatan dapat dihilangkan karena intervensi pegawai administrasi menjadi minimal. Informasi yang akurat merefleksikan kondisi yang
sebenarnya menjadi landasan untuk pengambilan keputusan serta kebijakan dan kemajuan suatu instansi atau lembaga.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan absensi sidik jari finger print dan penilaian kinerja di FMIPA-IPB Bogor ?
2. Apakah ada hubungan antara penerapan program absensi finger print dengan motivasi dan kinerja karyawan di FMIPA-IPB Bogor ?
3. Sejauh mana hubungan antara absensi finger print dengan motivasi dan kinerja karyawan di FMIPA-IPB Bogor ?
Hal ini berkaitan dengan penataan internal yang dilakukan IPB terhadap manajemen sumberdaya manusia yang dimilikinya.
1.3. Tujuan Penelitian