nilai LoP dari tiap label untuk file bendera19a dengan berbagai ukuran codebook pada ukuran repetisi yang sama.
Tabel 26. Nilai LoP dari file bendera19a untuk ukuran codebook 64 dan 128 dengan ukuran repetisi 5
Label
Log of probability LoP Codebook 64
Codebook 128 Bendera
-120.88 -154.16
Bandeng -121.66
-182.33 Kerong -136.02
-186.06 Kakap -174.75
-199.91 Hiubambu -188.18
-221.41
Dari nilai LoP diatas dapat dilihat bahwa nilai LoP untuk label bendera dengan file yang sama berubah dari -120.873606 untuk ukuran codebook 64
menjadi -182.337599 untuk ukuran codebook 128. Nilai LoP untuk label bandeng pada ukuran codebook 128 lebih besar dari pada label bendera yaitu -154.16. Oleh
karena inilah maka sistem akan salah mengindentifikasi dan label yang diidentifikasi adalah label bandeng.
6.4.2. Pengaruh perubahan ukuran repetisi
Perubahan ukuran repetisi yang semakin meningkat akan membuat tingkat akurasi dari sistem pengenalan gelombang perubahan fase semakin
meningkat, peningkatan ini dapat dilihat pada Tabel 11. Peningkatan besar repetisi akan membuat jumlah data dari gelombang perubahan fase semakin banyak,
sehingga data yang digunakan untuk pembuatan basis data pada proses ‘make label ‘ akan semakin banyak pula. Perubahan data ini tentu akan mempengaruhi
proses ‘make codebook’ dan ‘make HMM’ menjadi lebih akurat karena data ini lebih mewakili keseluruhan gelombang perubahan fase yang mempunyai
karakteristik tertentu yang belum tercakup oleh repetisi sebelumnya. Dari Tabel 11 juga dapat dilihat peningkatan tingkat akurasi ini lebih baik dibandingkan
dengan peningkatan tingkat akurasi ketika ukuran codebook meningkat.
Peningkatan besar repetisi jika dilihat dari tiap label belum tentu meningkatkan besar tingkat akurasi. Sama seperti pada peningkatan ukuran
codebook ada label dari gelombang perubahan fase yang tingkat akurasinya tetap dan menurun seperti yang terlihat pada Tabel 11 – 15. Akan tetapi, tetap dan
menurunnya tingkat akurasi tiap label ini tidak mempengaruhi terhadap tingkat akurasi dari keseluruhan sistem sebab nilai tingkat akurasi ini tetap meningkat.
Berkurangnya tingkat akurasi untuk tiap label ini dikarenakan beberapa gelombang pantulan fase yang awalnya teridentifikasi oleh sistem menjadi tidak
teridentifikasi. Salah satunya terjadi pada file bandeng16a untuk besar codebook 32 dari besar repetisi 10 ke 15 seperti yang terlihat dalam hasil recognition pada
Tabel 5. Salah pengidentifikasian ini bisa terjadi karena peningkatan repetisi berarti menambah data untuk membuat label data base. Ketika repetisi ini
bertambah masing-masing label akan mempunyai data baru terhadap keseluruhan sinyal gelombang perubahan fase yang direpetisi yang berbeda dengan kondisi
sebelumnya. Data baru ini akan mempengaruhi proses pembentukan codebook dan pembentukan model HMM sehingga perhitungan untuk mendapatkan nilai
LoP juga ikut berubah. Ternyata data baru ini terhadap file bandeng16a lebih mengarah ke label yang berbeda dikarenakan ada sedikit dari penambahan data
yang cenderung ke label lain. Pada Tabel 27 adalah nilai-nilai LoP dari tiap label untuk file bandeng16a dengan ukuran codebook berbeda.
Tabel 27. Nilai LoP dari file bendera16a untuk ukuran repetisi 10 dan 15 dengan ukuran codecook 32
Label Log of Probability
Repetisi 10 Repetisi 15
Hiubambu -58.34 -48.42 Bandeng
-73.25 -59.70
Kakap -111.24 -76.00
Bendera -124.79 -80.48
Kerong -154.35 -112.39
Dari nilai LoP diatas dapat dilihat bahwa nilai LoP untuk label bandeng dengan file yang sama berubah dari -58.34 untuk besar repetisi 10 menjadi -59.70
untuk besar repetisi 15. Nilai LoP untuk label hiubambu pada besar repetisi 15 lebih besar dari pada label bandeng yaitu -48.42. Oleh karena inilah maka sistem
akan salah mengindentifikasi dan label yang diidentifikasi adalah label hiubambu.
6.4.3. Pengaruh perubahan ukuran durasi