2.1.5 Ketuntasan Belajar
Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan
tingkat kemampuan
rata-rata siswa,
kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran. Menurut Depdiknas 2009: 20 ketuntasan belajar adalah tingkat ketercapaian kompetensi setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan
kriteria ketuntasan minimal KKM adalah batas minimal pencapaian kompetensi pada setiap aspek penilaian mata pelajaran yang harus dikuasai siswa. Karena
KKM sebagai acuan hasil pembelajaran dapat dikatakan tercapai atau tidak oleh guru maupun siswa.
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi berkisar antara 0-100 dengan kriteria ideal ketuntasan untuk
masing-masing indikator 75 BSNP, 2006: 12. Ketuntasan belajar KKM individual mata pelajaran matematika yang ditetapkan oleh SMP Negeri 30
Semarang yaitu sebesar 75. Sedangkan indikator ketuntasan klasikal dalam penelitian ini yaitu apabila sekurang-kurangnya 75 dari jumlah yang ada di
kelas tersebut telah tuntas belajar secara individu.
2.1.6 Model Pembelajaran Advance Organizer
2.1.6.1 Pengertian Model Advance Organizer
Advance organizer adalah konsep yang dikembangkan dan sistematis dipelajari oleh David Ausubel pada tahun 1960. Ausubel adalah pelopor aliran
kognitif, dia mengemukakan teori belajar bermakna meaningful learning. Belajar bermakna adalah proses mengaitkan informasi baru dengan konsep-
konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Advance organizer merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif di dalam
merancang pembelajaran. Sehingga menurut Ausubel model ini adalah model belajar bermakna.
Model Advance Organizer merupakan salah satu model yang termasuk dalam kategori model pemprosesan informasi dalam mengajar. Menurut
Suprihatiningrum 2013: 187, model ini menekankan pada pengolahan informasi dalam otak sebagai aktivitas mental siswa. Model ini akan mengoptimalkan daya
nalar dana daya pikir siswa melalui pemberian masalah yang disajikan oleh guru. Tugas siswa adalah memecahkan masalah-masalah tersebut. Dalam model ini
akan merangkai kegiatan-kegiatan siswa mulai dari siswa mulai dari siswa menanggapi rangsangan dari lingkungan, mengolah data, mendeteksi masalah,
menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol, baik verbal dan nonverbal.
Penggunaan advance organizer sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memperoleh informasi baru, karena
merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsep-konsep dasar tentang apa yang dipelajari, dan hubungannya dengan materi yang telah ada
dalam struktur kognitif siswa. Jika ditata dengan baik,advance organizer akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru,serta hubungannya
dengan materi yang telah dipelajari. Karena pada prinsipnya model advance organizeradalah model pembelajaran yang mana siswa dapat menyerap, mencerna
dan mengingat bahan pelajaran dengan baik.
Menurut Ausubel yang dikutip oleh Huda 2014: 107 model advance organizer ini dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa
–pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas, dan
memelihara pengetahuan tersebut dengan baik. Dengan kata lain, struktur kognitif harus sesuai dengan jenis pengetahuan apa yang ada dalam pikiran kita, seberapa
banyak pengetahuan tersebut, dan bagaimana pengetahuan ini dikelola.
2.1.6.2 Sintak Model Advance Organizer
Langkah-langkah dalam model Advance Organizer terdiri atas tiga tahap kegiatan yang saling berkaitan. Tahap pertama adalah presentasi advance
organizer,tahap kedua adalah presentasi tugas pembelajaran atau materi pembelajaran, dan tahap ketiga adalah penguatan pengolahan kognitif. Tahap
terakhir ini menguji hubungan materi pembelajaran dengan gagasan-gagasan yang ada untuk menghasilkan proses pembelajaran aktif. Ringkasan struktur pengajaran
model advance organizer adalah sebagai berikut: Tahap pertama adalah penyajian atau presentasi Advance Organizer, dalam tahap
ini yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh guru meliputi: 1.
Mengklarifikasi tujuan-tujuan pengajaran 2.
Menyajikan organizer 3.
Mengidentifikasi karakteristik- karakteristik konklusif. 4.
Memberi contoh-contoh 5.
Menyajikan konteks. 6.
Mereview penjelasannya. 7.
Mendorong kesadaran dan pengetahuan siswa.
Tahap kedua adalah presentasi tugas atau materi pembelajaran, kegiatan yang dilakukan meliputi:
1. Menyajikan materi.
2. Mempertahankan atau menjaga perhatian siswa.
3. Memperjelas aturan materi pembelajaran yang masuk akal.
Tahap ketiga adalah penguatan pengolahan kognitif, kegiatannya meliputi: 1.
Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi integratif. 2.
Menganjurkan pembelajaran resepsi aktif. 3.
Membangkitkan pendekatan kritis pada materi pelajaran 4.
Mengklarifikasikan Kegiatan-kegiatan di atas dirancang untuk meningkatkan kejelasan dan
kemantapan materi pembelajaran yang baru sehingga gagasan-gagasan yang hilang tidak terlalu banyak hanya karena disebabkan ketidakjelasan satu sama
lain. Tahap pertama terdiri dari tiga aktivitas: mengklarifikasi tujuan-tujuan
pelajaran, menyajikan advance organizer, dan mendorong kesadaran pengetahuan yang relevan. Aktivitas awal tersebut penting bagi guru untuk merencanakan suatu
pelajaran sebab dengan mengklarifikasikan tujuan-tujuan pelajaran di awal pembel ajaran dapat menarik perhatian siswa dalam mengarahkan mereka pada
tujuan-tujuan pembelajaran untuk memperoleh pembelajaran yang bermakna. Presentasi suatu organizer tidak perlu terlalu panjang, tetapi hal tersebut
harus dapat dihayati, dipahami dengan jelas, dan secara terus menerus berhubungan dengan materi yang sedang dilaksanakan yang berarti bahwa
pembelajar harus sudah akrab dengan bahasa atau gagasan dalam organizer tersebut.
Setelah presentasi organizer dalam tahap pertama, materi pembelajaran dipresentasikan dalam tahap kedua dalam bentuk ceramah, diskusi, film,
eksperimentasi, atau membaca. Selama presentasi, pengolahan materi pembelajaran perlu dibuat dengan jelas pada siswa sehingga mereka memiliki
seluruh indera petunjuk dan dapat melihat urutan logis dari materi tersebut dan bagaimana pengolahan tadi berhubungan dengan advance organizer Joyce dan
Weil, 2009: 290. Tujuan dalam tahap ketiga adalah melabuhkan materi pembelajaran baru
ke dalam struktur kognitif siswa yang sudah ada yakni, memperkuat pengolahan kognitif siswa. Ada beberapa cara untuk memfasilitasi pendamaian materi baru
dengan struktur kognitif siswa, diantaranya guru dapat: 1 mengingatkan siswa tentang gagasan-gagasan, 2 meminta ringkasan tentang sifat-sifat penting materi
pembelajaran yang baru, 3 mengulang definisi-definisi yang tepat, 4 meminta perbedaan-perbedaan diantara aspek-aspek materi, dan 5 meminta siswa
mendeskripsikan bagaimana materi pembelajaran mendukung konsep dan rancangan yang digunakan sebagai organizer.
Model advance organizer berguna khususnya untuk menyusun rangkaian atau arah kurikulum dan melatih siswa secara sistematis dalam suatu gagasan
kunci bidang tertentu. Langkah demi langkah, konsep-konsep dan rancangan- rancangan penting dijelaskan dan diintegrasikan, sehingga pada akhir pengajaran,
pembelajar akan memperoleh perspektif tentang seluruh bidang yang dikaji.
2.1.6.3 Kelemahan dan Kelebihan Model Advance Organizer
Setiap model pembelajaran yang diterapkan oleh pengajar tidak lepas dari kelebihan dan kelemahan.Adapun kelebihan dari model pembelajaran advance
organizer diantaranya: 1
Guru dapat mengontrol keluasan materi pembelajaran sehingga siswa dapat menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2 Apabila materi pelajaran cukup luas dan waktu yang dimiliki luas maka teori
ini sangat tepat dilakukan. 3
Siswa dapat mendengar melalui peraturan tentang suatu materi pelajaran, sekaligus siswa dapat melihat atau mengobservasi.
4 Pembelajaran ini dapat digunakan dalam jumlah siswa yang cukup banyak.
Selain kelebihan juga terdapat kekurangan, diantara kekurangan model advabce organizer antara lain:
1 Materi pra syarat harus sudah diajarkan.
2 Harus ada kerjasama aktif antara guru dan siswa.
3 Memakan waktu yang relatif lama.
2.1.7 Pendekatan ATONG
Pendekatan ATONG adalah pembelajaran yang dipolakan dengan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Siswa juga selalu dibawa pada suasana
Aamati terhadap semua situasi belajar, lalu Ttanya pada setiap masalah muncul, supaya mereka melakukan Oolah atas jawaban dari pertanyaan,
kemudian Nnalar untuk seterusnya sampai pada Ggagas suatu ide atau inovasi baru Sukestiyarno, 2013. Amati artinya siswa membaca, mendengar, menyimak,
melihat terhadap semua situasi belajar untuk melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi. Tanya artinya siswa mengajukan pertanyaan tentang informasi
yang tidak dipahami dari apa yang diamati untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan dan berpikir kritis pada
setiap masalah yang muncul. Olah artinya melakukan eksperimen, mengolah informasi dari hasil eksperimendan mengolah jawaban dari kegiatan menanya
untuk mengembangkan sikap jujur , teliti, dan disiplin. Nalar artinya mencermati dan menyimpulkan hasil kegiatan mengolah untuk mengembangkan kemampuan
berpikir induktif dan deduktif dalam mengambil kesimpulan dan Gagas artinya mendapatkan suatu ide atau inovasi baru untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif siswa Sukestiyarno, 2013. Hal ini dilakukan agar belajar siswa menjadi lebih bermakna, proses pembelajaran menggunakan pendekatan
ilmiah.Cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang berpedoman pada suatu metode ilmiah adalah dengan menggunakan
pendekatan ilmiah. Langkah-langkah pendekatan ATONG Sukestiyarno, 2013 adalah
sebagai berikut. Tahap 1
: Siswa meng-Amati terhadap sesuatu yang akan dipelajari. Disini dimulai dengan melakukan eksplorasi terhadap konsep
yang dipelajari di rumah melalui tugas terstruktur. Tahap 2
: Siswa meng-Tanya dari hasil eksplorasi maupun saat tatap muka terhadap segala sesuatu masalah yang dihadapi.
Tahap 3 : Siswa meng-Olah terhadap informasi yang diterimanya.
Melalui diskusi kelompok digunakan untuk memecahkan masalah yang ada. Diskusi dirancang agar semua terlibat dengan
cara memberi giliran. Tahap 4
: Siswa me-Nalar terhadap apa yang dipelajari. Melalui sharing hasil untuk mengungkapkan nalar yang dipikirkan melalui
kelompok maupun individu. Tahap 5
: Siswa meng-Gagas ide yang dirangkumnya. Melalui presentasi hasil diskusi akan muncuk gagasan siswa. Pada tahap ini guru
merangkum isi bahan yang baru dipelajari.Akhirnya ditutup dengan tugas terstruktur konsep yang akan datang.
2.1.8 Model Advance Organizer Berbasis ATONG