Metode Pengumpulan Data METODE PENELITIAN

3.7.3 Metode Tes

Metode ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar kognitif pokok bahasan alat-alat optik. Tes evaluasi diberikan pada siswa saat pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli sudah selesai. Metode tes sangat penting dilaksanakan sebagai proses evaluasi. Instrumen tes disusun untuk mengetahui hasil belajar siswa. Sebelum instrumen digunakan untuk mengambil data, terlebih dahulu dianalisis validitasnya, reliabilitasnya, tingkat kesukaran, dan daya beda soal.  Validitas butir soal tes Menurut Arikunto 2010b: 72, untuk mengetahui validitas suatu soal digunakan korelasi point biserial : r xy = koefisien korelasi product moment N = jumlah subyek X = skor tiap butir soal yang diraih tiap siswa Y = skor total yang diraih tiap siswa X = jumlah skor per butir soal dari seluruh siswa Y = jumlah skor total siswa seluruhnya. Harga xy r yang diperoleh dibandingkan dengan tabel r dengan taraf signifikan 5. Jika harga tabel hitung r r , maka item soal yang diuji bersifat valid. } }{ { 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r xy  Reliabilitas soal Arikunto 2010b: 100 menuliskan bahwa reliabilitas dapat dihitung dengan korelasi KR-20 yang rumusnya adalah: r 11 = s s pq n n 2 2 1 Keterangan : r 11 = indeks korelasi harga reliabilitas n = banyaknya butir item p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah, q = 1 – p s 2 = standar deviasi standar deviasi adalah akar varians. Harga 11 r yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel r product moment dengan taraf signifikan 5. Jika harga tabel r r 11 product moment, maka instrumen yang diuji bersifat reliabel.  Taraf kesukaran Menurut Arikunto 2010a: 208, indeks kesukaran butir soal dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : JS B P Keterangan : P = indeks kesukaran soal B = banyaknya siswa yang menjawab benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Arikunto 2010b: 210 juga mengklasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut : Soal dengan P = 0,00 adalah soal terlalu sukar Soal dengan 3 , 00 , P adalah soal sukar Soal dengan 7 , 3 , P adalah soal sedang Soal dengan 00 , 1 7 , P adalah soal mudah Soal dengan P = 1,00 adalah soal terlalu mudah.  Daya pembeda Sesuai penjelasan Arikunto 2010a: 213, untuk menentukan daya pembeda butir soal adalah sebagai berikut: PB PA JB BB JA BA D Keterangan : JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar JA BA PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar JB BB PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Menurut Arikunto 2010a: 218, daya pembeda diklasifikasikan sebagai berikut : Soal dengan 00 , D adalah soal sangat jelek Soal dengan 20 , 00 , D adalah soal jelek Soal dengan 4 , 2 , D adalah soal cukup Soal dengan 70 , 4 , D adalah soal baik Soal dengan 00 , 1 7 , D adalah soal sangat baik Jika D = negatif, maka butir soal semuanya tidak baik. Jadi, semua butir soal yang mempunyai D negatif sebaiknya dibuang.

3.7.4 Lembar Angket

Proses penelitian di kelas X MIA 2, lembar kuesioner ada dua jenis. Lembar kuesioner pertama untuk mengetahui permasalahan – permasalahan siswa ketika menerima pembelajaran fisika. Lember kuesioner ini diberikan pada saat peneliti melakukan observasi. Lembar kuesioner kedua atau disebut dengan angket utama, disusun untuk mengetahui peningkatan minat siswa terhadap kegiatan diskusi mata pelajaran fisika untuk setiap siklusnya. Sebelum angket utama digunakan untuk mengambil data, terlebih dahulu dianalisis validitas dan reliabilitasnya. 1. Validitas Menurut Arikunto 2010b: 72, salah satu cara untuk mengetahui validitas instrumen adalah dengan rumus korelasi point biserial sebagai berikut: } }{ { 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r xy Keterangan : r xy = koefisien korelasi product moment N = jumlah subyek X = skor tiap butir soal yang diraih tiap siswa Y = skor total yang diraih tiap siswa X = jumlah skor per butir soal dari seluruh siswa Y = jumlah skor total siswa seluruhnya Jika r x hitung r tabel maka soal tersebut valid Butir angket dikatakan valid jika harga r hitung r tabel dengan taraf signifikansi 5. Hasil analisis uji coba butir angket didapatkan bahwa butir angket yang valid adalah butir nomor 1, 3, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, dan 30, sedangkan soal yang tidak valid adalah nomor 2, 4, 5, dan 29. 2. Reliabilitas Menurut Arikunto 2010b: 239, untuk menentukan reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian, digunakan rumus Alpha sebagai berikut: 2 2 11 1 1 t b k k r Keterangan : r 11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal b = jumlah varians butir t = varians total Jika r 11 hitung r tabel berarti tes tersebut reliabel. Harga 11 r yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel r product moment dengan taraf signifikan 5. Jika harga tabel r r 11 product moment maka instumen yang diuji bersifat reliabel. Dari hasil analisis data, hasil uji coba butir soal didapatkan harga reliabilitas 11 r sebesar 0,913 dan jika diambil tingkat kesalahan α = 5 dengan banyaknya peserta uji coba N = 14 siswa, maka diperoleh tabel r = 0,532. Karena tabel r r 11 , maka dapat disimpulkan bahwa soal yang diujicoba adalah reliabel. 3.8 Metode Analisis Data 3.8.1. Ranah Afektif Sistem penskoran yang digunakan adalah skala Likert. Dengan skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan Sugiyono, 2011: 93. Skor yang diperoleh masing – masing siswa dihitung dengan menjumlahkan skor yang diperoleh siswa untuk setiap item. Sedangkan untuk menghitung persentase ranah afektif menggunakan rumus dari Arikunto 2010a: 236 , yaitu: Persentase Nilai Akhir =

3.8.2. Ranah Psikomotorik

Pengukuran ranah psikomotorik biasanya berupa matrik Arikunto, 2010a: 182. Ke bawah menyatakan perperincian aspek bagian keterampilan yang akan diukur, kekanan menunjukkan besarnya skor yang dapat dicapai. Keseluruhan hasil sesuai dengan skor yang diperoleh. Skor yang diperoleh masing – masing siswa dihitung dengan menjumlahkan skor yang diperoleh siswa untuk setiap item. Sedangkan untuk menghitung persentase ranah psikomotorik menggunakan rumus dari Arikunto 2010a: 236 yaitu: Persentase Nilai Akhir =

3.8.3. Ranah Kognitif

Data hasil belajar kognitif diperoleh dari hasil tes yang mempunyai sistem penskoran yang dirumuskan oleh Sudijono 2009: 303, yaitu: S = R dengan S = skor yang diperoleh Raw Score R = jawaban yang betul Sedangkan untuk memberikan nilai tes siswa, Arikunto 2010a: 236 menuliskan rumusnya sebagai berikut: N =