belum mencapai target. Maka dari itu, diperlukan siklus selanjutnya supaya ketuntasan klasikal siswa mampu mencapai lebih dari 85.
Pada siklus III, siswa yang dikatakan tuntas sejumlah 28 siswa dari 32 siswa dan nilai rata-rata tes evaluasi siswa meningkat menjadi 82,2 dengan
ketuntasan klasikal mencapai 87,5. Adanya peningkatan ini menunjukkan bahwa model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli dapat mempengaruhi hasil
belajar kognitif secara positif. Hal ini sesuai dengan penelitian Devi 2012: 8 yang menyatakan bahwa model pembelajaran ARIAS mampu meningkatkan hasil
belajar aspek kognitif siswa karena model pembelajaran ini disajikan secara menarik dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri sehingga siswa bersemangat
dalam belajar. Terdapat peningkatan nilai kognitif siswa pada siklus III jika dibandingkan
dengan siklus I maupun siklus II. Selain disebabkan karena siswa lebih tertib dalam melaksanakan diskusi dan antusias ketika disuruh mengerjakan soal di
depan, siswa juga aktif untuk menolong teman sebaya yang belum paham tentang materi yang diajarkan. Maka dari itu, seluruh siswa dapat memahami materi. Hal
ini tidak terjadi pada siklus I maupun II. Pada siklus I dan II, guru agak kesulitan untuk mengetahui siswa yang sudah paham tentang materi yang diajarkan dan
yang belum paham. Hal ini dikarenakan siswa yang belum paham hanya diam dan cenderung masih malu untuk bertanya. Faktor kemampuan bertanya, berlatih
mengerjakan soal di depan kelas, dan saling membantu siswa lain inilah yang menyebabkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal dapat lebih terlatih,
sehingga persentase hasil belajar kognitif pada siklus III merupakan yang tertinggi
dibandingkan dua siklus sebelumnya. Ketuntasan klasikal aspek kognitif siklus III sudah mencapai lebih dari 85, sehingga sudah cukup dalam melakukan
penelitian. Nilai rata
– rata dan ketuntasan klasikal dari siklus pertama sampai siklus ketiga memang terjadi peningkatan. Walaupun begitu, berdasarkan uji gain, besar
peningkatan aspek kognitif dari siklus I dan siklus II hanya sebesar 11. Nilai tersebut masih tergolong rendah. Keadaan yang hampir sama juga berlaku pada
hasil belajar kognitif siswa dari siklus II ke siklus III. Berdasarkan nilai uji gain, peningkatan aspek kognitif sebesar 20. Walaupun harga peningkatan tersebut
lebih tinggi dibandingkan harga peningkatan dari siklus I ke siklus II, tetapi nilai 20 juga masih termasuk kategori rendah.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli mampu meningkatkan hasil belajar aspek kognitif. Hal ini sesuai
penelitian Nurhaeni 2011: 88 yang menjelaskan bahwa pembelajaran yang disertai aspek pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan pemahaman siswa,
sehingga hasil belajar mampu meningkat. Peningkatan hasil belajar kognitif di kelas X MIA 2 termasuk kategori rendah. Hal tersebut dikarenakan beberapa
faktor, yaitu: 1 waktu 20 menit dianggap kurang untuk siswa mengerjakan tes evaluasi di setiap akhir siklus, 2 siswa terlalu fokus mencari materi di buku
untuk mengisi soal – soal LDS tanpa memahami lebih lanjut, 3 ada beberapa
siswa yang belum paham tentang materi, tetapi tidak mau menanyakan pada teman atau guru, 4 beberapa siswa tidak fokus pada kegiatan presentasi di depan
kelas maupun ketika dijelaskan guru, dan 5 siswa baru pertama kali melakukan model diskusi sundicate group.
Setiap akhir siklus siswa selalu ditanya tentang tes evaluasi, apakah soal yang dikerjakan termasuk kategori sulit atau mudah. Jawaban bervariasi, ada yang
menjawab mudah, sedang, dan sulit. Ketika ditanya tentang alasannya, siswa yang menjawab mudah beranggapan bahwa soal yang diberikan saat evaluasi hampir
mirip dengan soal – soal yang dikerjakan pada latihan soal pemahaman, hanya
angka dan bentuk soalnya saja yang berbeda. Hal ini dapat disimpulkan bahwa rata
– rata siswa yang beranggapan tes evaluasi mudah dikarenakan mereka melaksanakan kegiatan diskusi dan memperhatikan persentasi dengan sungguh
– sungguh. Sedangkan siswa yang beranggapan bahwa tes evaluasi sulit,
dikarenakan mereka masih belum paham tentang materi yang diajarkan. Ketika diberikan latihan soal, hampir semua siswa mampu mengerjakan, tetapi ketika
diberikan tes evaluasi dengan tipe soal yang berbeda, mereka masih kesulitan. Walaupun pendapat siswa tentang tes evaluasi berbeda
– beda, tetapi rata – rata nilai siswa dari siklus I sampai siklus III mengalami peningkatan.
Hasil belajar kognitif siswa setiap siklus jika ditampilkan dalam grafik seperti gambar dibawah ini:
Gambar 4.1 . Grafik hasil belajar kognitif
4.7.2 Hasil Belajar Afektif
Indikator keberhasilan untuk aspek afektif dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan pengamat terhadap kegiatan pembelajaran. Jika hasil tersebut
mencapai 70 secara individual dan 75 secara klasikal, maka hasil belajar dikatakan tuntas. Proses penilaian observasi tersebut dilakukan ketika proses
kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Kegiatan observasi aspek afektif pada penelitian di SMA Negeri 2 Kebumen ini, peneliti dibantu oleh dua teman
kerja sejawat, yaitu: 1 Siti Zulaikhah Mahasiswi Politeknik Dharma Patria Kebumen, 2 Isnaeni Nur Charomah Alumni Poltekkes, dan Uswatun
Khasanah Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Purworejo. Pada siklus I, ketuntasan klasikal hasil belajar afektif sebesar 75. Nilai
prosentase tersebut sudah memenuhi target ketuntasan klasikal, yaitu 75, tetapi sangat perlu dilakukan siklus selanjutnya untuk mengetahui apakah model
pembelajaran yang digunakan mampu meningkatkan hasil belajar afektif atau tidak. Pengamat melakukan observasi untuk memberikan penilaian terhadap
masing – masing siswa sesuai indikator yang telah dibuat. Proses penilaian ini
dilakukan ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Ketuntasan klasikal hasil belajar afektif siklus I sudah tuntas, tetapi berada
pada persentase yang minim. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu: 1. Siswa baru pertama kali melakukan diskusi tipe sundicate group,
sehingga saya dibantu guru harus menjelaskan terlebih dahulu apa pengertiannya.
2. Pada penelitian ini, pembentukkan anggota kelompok secara acak dan bebas. Hal ini tidak biasa dilakukan oleh siswa. Siswa lebih suka memilih
anggota kelompok sendiri. 3. Waktu untuk melakukan diskusi tidak terlalu banyak dikarenakan
sebagian waktu diskusi digunakan untuk menjelaskan prosedur dan langkah
– langkah diskusi. Pada proses refleksi siklus I, permasalahan tersebut kemudian didiskusikan
bersama guru dan pengamat untuk mencari solusi, sehingga pembelajaran pada siklus II dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
Proses penilaian hasil belajar afektif pada siklus II berlangsung lebih lancar dan kondusif. Siswa sudah tidak perlu dijelaskan lagi tentang langkah
– langkah diskusi. Para siswa juga sudah tidak mempermasalahkan tentang
pembagian anggota kelompok secara acak dan bebas. Kegiatan diskusi yang mulai baik ini menyebabkan ketuntasan klasikal meningkat sebesar 9,38, yaitu
menjadi 84,38. Ketuntasan klasikal ini sudah melampaui target, tetapi dikarenakan hasil belajar kognitif yang belum mencapai target dan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar afektif, maka proses penilaian afektif juga dilanjutkan ke siklus III.
Pelaksanaan diskusi pada siklus III berjalan dengan sangat baik. Siswa menjadi lebih aktif, kritis, semangat, dan kondusif, sehingga hasil belajar afektif
pada siklus III mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I dan siklus II. Hal ini dibuktikan dengan ketuntasan klasikal mengalami peningkatan 6,25,
yaitu menjadi 90,63.
Nilai rata – rata dan ketuntasan klasikal dari siklus pertama sampai siklus
ketiga terjadi peningkatan. Berdasarkan uji gain, besar peningkatan aspek afektif dari siklus I dan siklus II sebesar 10. Hampir sama dengan hasil belajar kognitif,
nilai tersebut termasuk kategori rendah. Keadaan berbeda terlihat pada hasil belajar afektif siswa dari siklus II ke siklus III. Berdasarkan nilai uji gain,
peningkatan hasil belajar aspek afektif sebesar 30. Nilai peningkatan tersebut lebih tinggi dibandingkan harga peningkatan dari siklus I ke siklus II. Nilai 30
juga sudah termasuk kategori sedang. Siklus I sampai siklus III, kehadiran siswa masuk kelas untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran sudah baik. Sebagian besar siswa langsung masuk kelas ketika kegiatan pembelajaran mata pelajaran sebelumnya sudah usai.
Hanya sebagian kecil siswa yang tidak langsung masuk kelas dikarenakan ada urusan dengan guru tertentu atau mengembalikan alat ke laboratorium. Walaupun
begitu, kegiatan pembelajaran dengan model ARIAS dengan Tim Ahli dari siklus I sampai siklus III berjalan dengan baik dan lancar.
Kegiatan pembelajaran siklus I, rata – rata siswa masih pasif terhadap
kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa masih belum mengenal tentang model yang baru dan merasa diawasi, sehingga tingkah laku siswa menjadi kaku.
Setelah dilaksanakan refleksi bersama guru dan pengamat, ada beberapa bagian yang diperbaiki seperti yang sudah dijelaskan di subbab 4.5 Hasil Penelitian,
sehingga pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dan siklus III, siswa sudah lebih aktif, baik melakukan diskusi, bertanya, menanggapi, mengeluarkan pendapat, dan
sebagainya.
Sebelum dilaksanakan pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli, siswa disuruh mengisi angket untuk mengetahui minat siswa terhadap
kegiatan diskusi pada mata pelajaran fisika. Berdasarkan data awal, siswa kurang berminat terhadap kegiatan diskusi, hal ini yang juga menyebabkan siswa pasif
ketika melaksanakan diskusi pada siklus pertama. Setelah siswa dijelaskan tentang manfaat diskusi dan kegiatan presentasi, pada bagian akhir siklus pertama siswa
sudah mulai berminat pada kegiatan diskusi, sehingga pelaksanaan pembelajaran pada dua siklus selanjutnya semakin lancar. Hasil penelitian tentang minat diskusi
siswa dijelaskan lebih lanjut pada sub-subbab 4.7.4 Peningkatan Minat Siswa. Secara umum dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARIAS
dengan Tim Ahli mampu meningkatkan hasil belajar afektif. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Husna 2010: 17 yang menyatakan bahwa model
ARIAS dapat meningkatkan hasil belajar belajar aspek afektif yang ditunjukkan dengan perbedaan hasil belajar afektif antara kelas yang menggunakan model
ARIAS dengan kelas yang menggunakan model konvensional. Hasil belajar afektif siswa ditampilkan dalam grafik seperti gambar
dibawah ini:
Gambar 4.2. Grafik hasil belajar afektif
4.7.3 Hasil Belajar Psikomotor
Indikator keberhasilan untuk aspek psikomotor dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan pengamat terhadap kegiatan pembelajaran. Jika hasil
tersebut mencapai 75 secara individual dan 75 secara klasikal, maka hasil belajar dikatakan tuntas. Seperti halnya proses penilaian afektif, penilaian
psikomotor juga melalui proses observasi yang dilakukan ketika proses kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Kegiatan observasi aspek psikomotor pada
penelitian di SMA Negeri 2 Kebumen dibantu oleh dua teman kerja sejawat, yaitu: 1 Isnaeni Anjarwati Mahasiswi Politeknik Dharma Patria Kebumen, 2
Rini Imroatin Wijayanti Mahasiswi STAINU Kebumen, dan Ristya Yuliana. Ketuntasan klasikal hasil belajar psikomotorik pada siklus I sebesar 71,88.
Nilai tersebut belum mencapai target, yaitu sebesar 75, sehingga perlu dilanjutkan ke siklus II. Hasil belajar psikomotor pada siklus I belum mencapai
target dikarenakan beberapa faktor, yaitu: 1. Ada dua kelompok yang belum selesai mengerjakan LDS, sehingga
kesulitan ketika melakukan presentasi di depan kelas, 2. Kegiatan presentasi tidak maksimal dikarenakan waktu diskusi yang lama,
3. Sebagian siswa tidak menguasai materi yang dipresentasikan, 4. Kemampuan komunikasi siswa di depan kelas masih rendah,
Selain hal tersebut, masih banyak siswa yang masih gaduh ketika kegiatan presentasi berlangsung. Setelah kegiatan belajar mengajar pada siklus I selesai,
guru mata pelajaran dan pengamat melakukan diskusi untuk merencanakan siklus II supaya kegiatan presentasi menjadi lebih baik lagi.
Pelaksanaan presentasi pada siklus II lebih baik dibandingkan sebelumnya, sehingga menyebabkan hasil belajar psikomotorik pada siklus II juga mengalami
peningkatan. Ketuntasan klasikal aspek psikomotor pada siklus II sebesar 81.25. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan diskusi yang sudah baik, sehingga kegiatan
presentasi juga lebih lancar, aktif, dan siswa lebih siap materi yang disampaikan. Walaupun ketuntasan klasikal sudah melebihi target, tetapi hal yang masih kurang
adalah kemampuan komunikasi siswa dalam menyampaikan materi masih rendah dan suasana kelas yang masih gaduh, sehingga perlu dilanjutkan ke siklus III.
Setelah pelaksanaan pembelajaran siklus II selesai, guru dan pengamat melakukan diskusi untuk rencana pembelajaran pada siklus III.
Ketuntasan klasikal aspek psikomotorik pada siklus III sebesar 87,50. Nilai tersebut meningkat dari siklus II. Hal ini dikarenakan semua siswa sudah
bisa menyampaikan materi di depan kelas dengan baik dan suasana kelas juga lebih kondusif.
Nilai rata – rata dan ketuntasan klasikal dari siklus pertama sampai siklus
ketiga terjadi peningkatan. Berdasarkan uji gain, besar peningkatan aspek psikomotor dari siklus I dan siklus II sebesar 32. Seperti halnya pada hasil
belajar afektif, nilai tersebut juga sudah termasuk kategori sedang. Keadaan yang hampir sama juga berlaku pada hasil belajar psikomotor siswa dari siklus II ke
siklus III. Berdasarkan nilai uji gain, peningkatan hasil belajar aspek psikomotor sebesar 38. Nilai peningkatan tersebut lebih tinggi dibandingkan harga
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Nilai 38 juga sudah termasuk kategori sedang.
Kemampuan siswa dalam menyiapkan materibahan presentasi dari siklus pertama sampai siklus ketiga sudah cukup baik dan mengalami peningkatan. Pada
siklus pertama, masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam mencari materi di buku sumber, sehingga ketika melakukan presentasi menjadi
kurang maksimal. Selama proses presentasi, siswa mampu berkomunikasi dengan peserta
diskusi dengan cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya sikap aktif siswa dari siklus pertama sampai siklus ketiga. Selain hal tersebut, kemampuan
siswa untuk mengajak siswa lain supaya berpartisipasi dalam diskusi juga sudah lumayan baik. Siswa yang melakukan presentasi mampu mengajak siswa lain
supaya memperhatikan dan aktif mengeluarkan pendapat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model
ARIAS dengan Tim Ahli mampu meningkatkan hasil belajar aspek psikomotor siswa. Hal ini sesuai penelitian Devi 2012: 97 yang menyatakan bahwa model
pembelajaran ARIAS dapat menumbuhkan rasa percaya diri yang meningkatkan semangat belajar siswa, sehingga hasil belajar aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor meningkat. Hasil belajar psikomotorik ditampilkan dalam grafik seperti gambar
dibawah ini:
Gambar 4.3. Grafik hasil belajar psikomotor
Hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor pada siklus III sudah melampaui target ketuntasan klasikal, sehingga peneliti tidak melanjutkan ke
siklus IV. Selain hal tersebut, selama proses pembelajaran berlangsung, terkadang guru keluar dari skenario pembelajaran yang disusun. Hal ini wajar, karena
bertujuan supaya siswa tidak bosan dan pembelajaran tidak terkesan kaku. Kegiatan pembelajaran juga kadangkala berubah, sehingga perilaku guru
menyesuaikan keadaan kelas yang sedang berlangsung. Skenario yang disusun di RPP merupakan sumber kegiatan guru di kelas. Walaupun terkadang guru keluar
dari skenario, tetapi dasar kegiatan di kelas sebagian besar masih bersumber pada RPP.
4.7.4 Peningkatan Minat Diskusi Siswa
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa minat siswa terhadap kegiatan diskusi pada mata pelajaran fisika mengalami peningkatan untuk setiap siklus.
Meningkatnya minat siswa terhadap kegiatan diskusi disebabkan karena penerapan model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli dapat mengajak siswa
untuk belajar bersama teman – teman sebayanya dan dengan suasana yang
menyenangkan. Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan diperlukan adanya media maupun model pembelajaran yang menarik bagi siswa. Dengan
demikian siswa merasa senang, tidak tertekan, dan tanpa disadari mereka sudah banyak belajar. Selama proses pembelajaran, pengenalan konsep - konsep
dilakukan dengan cara berdiskusi yang didasarkan pada Lembar Diskusi Siswa LDS. Berdasarkan uraian-uraian di atas, menunjukkan bahwa siswa sangat
berminat belajar dengan model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli karena
model ini tidak hanya dapat mengaktifkan siswa tetapi juga membuat siswa merasa senang.
Siswa disuruh untuk mengisi angket minat diskusi pada akhir pembelajaran. Tujuan utama dari angket ini adalah untuk mengetahui minat siswa
terhadap kegiatan diskusi pada mata pelajaran Fisika. Analisis data angket menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus pertama,
mayoritas siswa berminat jika pada pembelajaran fisika selalu dilaksanakan kegiatan diskusi. Walaupun sebagian besar siswa berminat, tetapi ada siswa yang
kurang berminat, sehingga sangat perlu dilaksanakan evaluasi. Hasil angket siklus kedua menunjukkan bahwa semua siswa menyatakan
berminat terhadap kegiatan diskusi pada mata pelajaran fisika. Sedangkan pada siklus ketiga, semua siswa menyatakan sangat berminat. Hal tersebut merupakan
usaha keras dari peneliti dan guru untuk merencanakan kegiatan diskusi dengan baik dan maksimal, sehingga siswa tidak hanya paham pada materi yang diajarkan,
tetapi juga merasa senang. Satu hal yang tidak diketahui dari siswa adalah peneliti tidak mengetahui apakah siswa hanya sangat berminat pada model diskusi dalam
pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli, atau sangat berminat pada semua jenis model diskusi.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli mampu meningkatkan minat
diskusi siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ifadloh et al. 2012: 7 yang menyatakan bahwa model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, akan
mampu meningkatkan minat diskusi siswa terhadap proses pembelajaran.
Peningkatan minat siswa terhadap kegiatan diskusi jika ditampilkan dalam bentuk gambar seperti dibawah ini:
Gambar 4.4 . Grafik rata
– rata peningkatan minat diskusi siswa
Adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dan siklus II ke siklus III menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dengan model
pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli berkontribusi positif dalam memecahkan berbagai permasalahan siswa yang mengakibatkan hasil belajar kurang maksimal,
walaupun berdasarkan uji gain, peningkatan hasil belajar kognitif hanya masuk dalam kategori rendah. Hal ini sesuai hasil penelitian Siahaan et al. 2010:30
yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran ARIAS lebih baik daripada hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran
konvensional. Sthyawati 2011: 84 juga menyatakan bahwa berdasarkan hasil pengamatan pada tiap siklus penelitiannya, nilai rata
– rata hasil belajar siswa meningkat setelah diterapkan model pembelajaran ARIAS. Sama halnya dengan
hasil penelitian Husna 2010: 18 yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang
berarti antara pembelajaran ARIAS dengan hasil belajar fisika, terutama pada aspek kognitif dan afektif.
Siswa sangat antusias ketika peneliti memberikan motivasi dan penjelasan manfaat ilmu fisika melalui cerita, gambar, maupun video. Cara tersebut mampu
meningkatkan semangat siswa. Hal ini dibuktikan dari banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan ke peneliti terkait dengan kemanfaatan ilmu fisika. Sifat
semangat yang ada pada siswa sangat berkontribusi positif ketika menerima pelajaran fisika. Siswa lebih antusias dan cepat paham tentang materi yang
diajarkan. Selain itu, kepercayaan diri siswa juga meningkat. Dibuktikan dengan meningkatnya antusias siswa ketika mengerjakan latihan soal di papan tulis.
Meningkatnya rasa percaya diri siswa menyebabkan hasil belajar siswa meningkat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Rifki 2008: 95 yang
menunjukkan bahwa semakin kuat atau tinggi rasa percaya diri siswa maka akan semakin tinggi prestasi belajarnya.
Model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada kegiatan motivasi. Kegiatan motivasi yang
dilakukan peneliti terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MIA 2. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Inayah et al. 2012: 9 yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh langsung yang positif antara kegiatan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar. Model ARIAS dengan Tim Ahli ini juga mampu
meningkatkan sikap kerjasama antar siswa, sehingga pemahaman siswa meningkat. Sama halnya dengan hasil penelitian Amri 2011: 102-103 yang
menyatakan bahwa kerja sama siswa mempengaruhi keberhasilan belajar fisika..
17
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab 4, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli mampu meningkatkan hasil belajar kognitif pada pokok bahasan alat
– alat optik, walaupun berdasarkan uji gain, peningkatan yang terjadi termasuk kategori rendah.
Model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli mampu meningkatkan kemampuan afektif siswa, terutama pada aspek kehadiran di kelas,
keaktifan, minat terhadap pembelajaran, sebagai pendengar yang baik, dan kedisiplinan mengumpulkan tugas.
Model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli mampu meningkatkan kemampuan psikomotor siswa, terutama pada aspek kemampuan siswa
dalam menyiapkan materibahan presentasi dan demonstrasi, melakukan presentasi dan demonstrasi, berkomunikasi dengan peserta diskusi,
mengajak siswa lain supaya berpartisipasi dalam diskusi, dan bekerjasama dalam kelompok.
Setelah melaksanakan pembelajaran dengan model ARIAS dengan Tim Ahli, minat siswa terhadap kegiatan diskusi mengalami peningkatan. Hal
tersebut dibuktikan dari hasil angket yang menunjukkan bahwa siswa sangat berminat melakukan diskusi pada pembelajaran fisika.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli dapat selalu digunakan pada pembelajaran fisika karena berdasarkan hasil penelitian, model ini mampu
meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, psikomotor, dan minat diskusi siswa.
2. Kegiatan diskusi dalam pembelajaran fisika menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli harus dilaksanakan sesuai waktu yang ditentukan supaya
kegiatan presentasi dapat maksimal dan sesuai tujuan pembelajaran. 3. Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran fisika menggunakan model
ARIAS dengan Tim Ahli, minat siswa terhadap kegiatan diskusi sangat tinggi, sehingga kegiatan diskusi bisa dilanjutkan pada pembelajaran berikutnya.
4. Kegiatan memotivasi harus selalu diberikan supaya siswa selalu semangat dan antusias ketika menerima pelajaran fisika.
5. Latihan soal – soal fisika harus diberikan kepada siswa secara rutin, supaya
siswa lebih terampil dalam mengerjakan soal – soal fisika pada saat tes.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. W. Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Amri, S. M. 2011. Peningkatan Hasil Belajar Fisika Melalui Penerapan Model Bakorusiru
Siswa Kelas X-TKR3 SMK Negeri 1 Semarang. Laporan Penelitian. Semarang: SMK Negeri 1 Semarang.
Arikunto, S. 2010a. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan 13
th
ed.. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arikunto, S. 2010b. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik 10
th
ed.. Jakarta: Rineka Cipta.
Arista, F. S., M. Nasir, Azhar. 2013. Analisis Kesulitan Belajar Fisika Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Pekanbaru. Laporan Penelitian. Pekanbaru: FMIPA
Universitas Riau. Chang, M. M., J. D. Lehman. 2002. Learning Foreign Language Through an Interactive
Mulimedia Program: An Experimen Study on The Effects of the Relevance Component of the ARCS Model. CALICO Journal, 201, 81-98. Tersedia di
www.calico.com [diakses 13-7-2014]. Devi, F. R. 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran
ARIAS Assurance, Relevance, Interest, Assessment, and Satisfaction. Laporan Penelitian. Demak: SMA Islamic Centre.
Dipodjoyo, A. S. 1984. Komunikasi Lisan. Yogyakarta: Penerbit Lukman. Fracom G. T. C. Reeves. 2010. Significant Contributor to the Field of Educational
Technology. Educational Technology Article. Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi
Aksara. Handayani, S. A. Damari. 2009. Fisika 1: untuk SMAMA Kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Husna. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ARIAS disertai Tugas Awal
Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMAN 8 Padang. Laporan Penelitian. STKIP PGRI Sumbar.
Ifadloh, V. N., N. B. Santoso, K. I. Supardi. 2012. Metode Diskusi dengan Pendekatan Science, Environment, Technology, Society dan Media Question Card. Unnes Science
Education Journal, 12: 120-125.