Implementasi sistem pembuiayaan pendidikan di SMP Nurul Falah Bojong Gede

(1)

IMPLEMENTASI SISTEM PEMBIAYAAN

PENDIDIKAN DI SMPI NURUL FALAH

BOJONGGEDE

Oleh :

103018227367

HIMAH SEPTANIA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Himah Septania, NIM : 103018227367, IMPLEMENTASI SISTEM PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI SMP ISLAM NURUL FALAH BOJONGGEDE BOGOR, skripsi program strata satu (SI) Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.

Penelitian ini bertujuan mengetahui Implementasi Sistem Pembiayaan Pendidikan Di SMP Islam Nurul Falah Bojonggede Bogor. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis, dengan mengambil 25 orang guru sebagai sampel penelitian. Sampel diambil dengan teknik acak sederhana (simple random sampling), bentuk instrumen yang digunakan adalah kuesioner/angket dan wawancara dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus persentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi sistem Pembiayaan Pendidikan di SMP Islam Nurul falah Bojonggede Bogor sudah berjalan dengan Efektif. Hal ini terbukti dalam enam Indikator, lima diantaranya menyatakan sangat tinggi, dan satu indikator yang menyatakan sedang yaitu indikator sumber pembiayaan yang menyangkut dalam sistem pembiayaan di sekolah dalam meningkatkan Kegiatan belajar siswa.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak SMP Islam Nurul Falah Bojonggede Bogor sebagai penambah wawasan pengetahuan pelaksanaan Implementasi Sistem Pembiayaan Pendidikan di sekolah, sebagai bahan masukan tentang pentinggnya sitem pembiayaan bagi sekolah yang bersangkutan sehingga apa yang di rencanakan dalam RAPBS berjalan dengan efektif dan efisien. Dan aktif terhadap penyelenggaran pendidikan disekolah guna meningkatkan mutu pendidikan.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagian, tempat ku bersandar dan bersyukur atas seluruh nikmat yang tanpa batas telah diberikan. Sholawat serta salam senantiasa mentelimuti Rosulullah SAW terrcinta beserta keluarga para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “ Implementasi Sistem Pembiayaan Pendidikan Di SMP Islam Nurul Falah Bojonggede Bogor “ ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu Pendidikan (S.Pd). Dalam Penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapakan motivasi, do’a dan bantuan dari banyak pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakrta

2. Ketua Jurusan dan Seketaris Jurusan Kependidikan Islam Program studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiayah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakrta

3. Abd Rozak, M.Si, pembimbing skripsi dan pembimbing akademik yang telah memberikan ilmu dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skrisi ini. 4. Seluruh dosen dan staff jurusan kependidikan Islam program Studi

Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan begitu banyak pengalaman dan ilmu pengetahuan kepada penulis.

5. Staff Perpustakaan Utama dan Fakultas Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta.

6. Kepala Sekolah, staff dan dewan guru SMP islam Nurul Falah yang telah memberikan izin dan bantuan informasi kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian.

7. Kedua orang tua H. Ahmad Dahlan. S,Pd.i dn Hj. Amiah yang sangat penulis cintai dan sayangi, hanya karya ini lah yang dapat membuat bangga kalian. Ke dua adik terrcinta Ainie septiani dan Rizki yanti diani yang telah member


(7)

perhatian dan doa, semoga Allah yang membalas semuanya. untuk fatih terimakasih atas senyum dan candamu untuk penulis.

8. Teman-teman KI_MP angkatan 2003, buat Sahabat-sahabatku, Khusnul Khotimah, Ade faizatul mutmainah, Asih sumiasih, Ikrimah, Iis umairoh, Siti hasah, Khorunisa. Keep on Fighting spirit your Friend....

9. AA Teman_Sahabat_Kekasih yang selalu memberikan motifasi dan arti kesabaran dalam menghadapi pelajaran hidup.

Terima kasih yang tak terhingga kepada semuanya.

Penulis memohon maaf kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga. Semoga amal baik yang diberikan mendafat pahala yang setimpal dari Allah SWT, amin. Dan harapan penulis semoga tugas akhir ini dapat berguna dan bermanfaat walau skrifsi jauh dari kata sempurna.

Jakarta 16 September 2010.


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Sistem Pembiayaan Pendidikan ... 7

1. Pengertian Sistem ... 7

2. Pengertian Pendidikan ... 8

3. Pengelolan Pembiayan ... 14

4. Komponen dan Sumber Dana Pembiayaan ... 14

5. Sumber Pembiayaan Pendidikan ... 15

6. Prinsip-prinsip Dasar formula Pembiayaan yang baik ... 18

7. Klasifikasi Biaya Pendidikan ... 20

B. Implementasi Pembiayaan Pendidikan ... 21

C. Kerangka Berfikir ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 24

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

C. Metode Penelitian ... 25

D. Sumber Data ... 25

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

F. Kisi-kisi Angket ... 27

H. Teknik Analisis data dan Pengujian Hipotesis ... 29

BAB IV HASIL PENELITI

AN

A. Gambaran Umum Penelitian ... 40

1. Sejarah Singkat SMP Islam Nurul Falah Bojonggede ... 40

2. Visi dan Misi SMP Islam Nurul Falah Bojonggede ... 40

3. Keadaan Guru dan Siswa ... 41

4. Sarana dan Prasarana ... 42


(9)

C. Pengujian Hipotesis ... 51

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi – Kisi Angket ...27

Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana ... 33

Tabel 4.2 Keadaan Guru ... .36

Tabel 4.3 Keadaan Siswa ... .37

Tabel 4.4 Mengetahui Sistem Perencanaan Pendidikan...38

Tabel 4.5 Sekolah Memberikan Pengarajan Sebelum Melaksanakan Pembiayaan ...39

Tabel 4.6 Kepsek Menghargai Pendapat Bawahan ...40

Tabel 4.7 Menbuat RAPBS sebelum memulai KBM...40

Tabel 4.8 Pengorganisasian ...41

Tabel 4.9 Keterlibatan dalam Pengelolan...41

Tabel 4.10 Memantau Kegiatan Pengelolan Pembiayaan Pembiayaan...42

Tabel 4.11 Partisipasi dalam Penyusunan RAPBS ...42

Tabel 4.12 Sumber Pembiayaan di kelola dengan baik...43

Tabel 4.13 Pengelolan Pembiayaan ...44

Tabel 4.14 Pelaksanaan Pengelolaan Pembiayaan ... 44

Tabel 4.15 Pembiayaan Pendidikan di Pertanggungjawabkan ... 44

Tabel 4.16 Kendala pada Pelaksanaan Pembiayaan ... 45

Tabel 4.17 Proses Pelaporan Biaya ... 45

Tabel 4.18 Pengalokasian Sesuai dengan KBM ... 46

Tabel 4.19 Pengalokasian Pembiayaan Terbesar ... 46

Tabel 4.20 Kegiatan yang diawasi ... 47

Tabel 4.21 Kordinasi antara Pengawas dengan sekolah ... 47

Tabel 4.22 Mengetahui Kapan Kegiatan Pengawasan ... 48

Tabel 4.23 Pengawasan di Lakukan Secara Berkala ... 48

Tabel 4.24 Sumber Pembiayaan Pendidikan ... 49

Tabel 4.25 Proses Pengalokasian Pembiayaan ... 50

Tabel 4.26 Partisipasi Guru ... 50

Tabel 4.27 Pengalokasian Pembiayaan Tepat Sasaran ... 51

Tabel 4.28 Mengetahui Pelaksanaan Evaluasi ... 51


(10)

Tabel 4.30 Guru Ikut Serta dalam Evaluasi ... 52

Tabel 4.31 Pelaksanan sSetelah di Evaluasi ... 53

Tabel 4.32 Upaya Sekolah ... 53

Tabel 4.33 Kontribusi Terhadap Keberhasilan ... 54


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Hal ini bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktifitas, tetapi juga akan mempengaruhi terhadap fartilitas masyarakat. Pendidikan menjadi sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan dilingkungan kerja, oleh karena itu tidaklah heran apabila negara yang memiliki produk dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mempunyai tingkat pertumbuhan yang pesat.1

Untuk mempunyai pendidikan yang berkualitas maka diperlukan biaya yang tidak sedikit dengan kata lain pembiayaan dikatakan salah satu komponen produksi yang menentukan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bersama dengan komponen-komponen ilmu pendidikan. Komponen tersebut seperti :

Kurikulum merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit/tersembunyi. Teori-teori yang dikembangkan dalam komponen ini meliputi, antara lain, teori tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi

1

Nanang Fattah, Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001 ), Cet Ke-1, h. 77


(12)

kurikulum, dan modul-modul pengembangan kurikulum. Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan proses pelaksanaan interaksi ditinjau dari sudut peserta didik. teori-teori yang dikembangkan dalam komponen ini meliputi antara lain, teori tentang karakteristik peserta didik, jenis-jenis, dan kondisi-kondisi belajar. Mendidik dan mengajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkaitan dengan proses pelaksanaan interaksi ditinjau dari sudut pendidikan. teori-teori yang dikembangkan dalam komponen ini meliputi, antara lain, teori tentang karakteristik pendidikan, karakteristik pembuatan pendidikan dan mengajar, metode dan teknik mendidik dan mengajar dan sistem pengelolaan kelas. Lingkungan pendidikan berkenaan dengan situasi dimana interaksi belajar-mengajar berlangsung. Teori yang berkaitan dengan lingkungan pendidikan adalah perencanaan pendidikan. manajemen bimbingan konseling, kebijakan pendidikan (daktik) dan ekonomi pendidikan. Evaluasi berkenaan dengan prinsip, mental, teknik, dan prosedur dengan cara-cara bagaimana mengenai pencapaian tujuan pendidikan. sejauhmana kualitas program dan proses pendidikan yang mutu telah tercapai. Teori-teori yang dikembangkan dalam komponen ini mencakup teori tentang model-model penilaian, metode dan teknik, seta instrumen penilaian.

Komponen-komponen ini harus berjalan secara beriringan, apabila tidak maka cita-cita untuk membuat pendidikan yang berkualitas tidak akan tercapai, selain komponen-komponen diatas maka dibutuhkan dukungan-dukungan lain untuk mencapai pendidikan yang berkualitas misalnya perhatian yang ekstra dari jajaran pendidikan stakeholders dengan dibentuknya komite sekolah yang bertugas mengawasi jalannya pendidikan.

Biaya-biaya pendidikan yang dibelanjakan oleh murid, orang tua atau keluarga dan biaya kesempatan pendidikan dalam penelitian itu tidak termasuk dalam pengertian biaya pendidikan yang bersifat nonbudgetair. pengertian pembiayaan pendidikan yang bersifat budgetair, yaitu biaya pendidikan yang diperoleh dan dibelanjakan oleh sekolah sebagai suatu lembaga. Artinya, biaya-biaya pendidikan yang bersifat budgetair dan nonbudgetair termasuk dalam pengertian biaya pendidikan dalam arti yang luas.


(13)

Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi yang mengakibatkan mahalnya biaya pendidikan yang tidak disertai naiknya anggaran pendidikan oleh pemerintah. Hal ini yang menyebabkan beberapa masyarakat memutuskan untuk tidak menyekolahkan anak-anaknya, yang disertai banyaknya anak putus sekolah di desa dan di pinggiran kota serta kota-kota besar. Disaat pendapatan perkapita bangsa tidak mungkin menurun namun pembiayaan pendidikan justru meningkat, hal ini menyebabkan terjadinya penurunan minat masyarakat terhadap pendidikan. Dalam hal ini pemerintah memperhatikan secara serius soal sistem pendidikan dan juga peningkatan mutu, sebagai dasar dalam anggaran Pendapatan dan Belanja negara serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sudah diamanatkan anggaran 20 %. Tetapi itu baru kerangka besar dan perlu dijabarkan alokasinya menurut jalur, jenis pendidikan, dan hal lain yang lebih rinci.

Selain Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), terdapat pula sumber dana dari masyarakat. Baik yang dipungut lembaga pendidikan dari peserta didik maupun hasil jerih payah lembaga tersebut. Penggunaan dana pendidikan dari negara atau masyarakat itu perlu ada aturan memungut, menyimpan, menggunakan, serta mempertanggungjawabkannya. Pembiayaan pendidikan , harus berwatak sosial, seperti sistem subsidi silang untuk dana yang bersumber dari masyarakat.

Sesuai Undang-Undang Nomor 20/2003 Bab XIII Tentang Pendanaan Pendidikan Pasal 46, 47, 48, dan 49. RPP yang merupakan turunannya pun menggaris bahwa sumber pembiayaan pendidikan berasal dari pemerintah dan masyarakat tidak akan bertentangan dengan prinsip-prinsip pembiayaan yang berwatak sosial.

Pendidikan pada saat ini memiliki masalah antara lain peningkatan kualitas, pemerataan kesempatan, keterbatasan angaran yang tersedia dan belum terpenuhi sumbur daya dari masyarakat secara propesional sesuai dengan prinsip pendidikan sebagai tanggung jawab bersama.

Pendidikan memiliki nilai ekonomis yang dapat di kaji dari aspek biaya produksi (proses pendidikan) dan aspek keuntungan (hasil) dan manfaat perorangan atau individu maupun manfaat secara sosial.


(14)

Biaya dan mutu pendidikan mempunyai keterkaitan langsung, biaya pendidikan memberikan pengaruh yang positif melalui faktor kepemimpinan dan managemen pendidikan, serta tenaga pendidik yang kompeten dalam meningkatkan pelayanan pendidikan melalui mutu pendidikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar.

Biaya pendidikan mencangkup semua pengeluaran yang sudah di anggarkan melalui RAPBS untuk menunjang proses penyelenggaraan pendidikan baik yang berbentuk uang maupun berbentuk jasa misalnya siswa adalah biaya sarana yang bersifat fisik, buku sekolah dan guru yang harus dibayar.

Pengeluaran dan pemasukan uang harus dibukukan dan harus ada pertanggung jawaban. Pengeluaran biaya harus transparan agar tidak terjadi ketimpang siuran antara yang satu dengan yang lainnya. Pengelolaan pembiayaan di lakukan dengan mekanisme dan prosedur yang telah di tetapkan misalnya dengan di tanggulangi oleh kepala tata usaha.

Pengelolaan keuangan harus dikelola dengan baik dan cermat dalam penyelenggaran pendidikan. Pengelolaan keuangan yang baik dan cermat mendapatkan dampak yang baik untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

Dengan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Implementasi Sistem Pembiayaan Pendidikan di SMP Islam Nurul Falah Bojong Gede Bogor “.


(15)

B. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian yang penulis lakukan yang menjadi pembahasan adalah mengenai sistem pembiayaan pendidikan di SLTP Nurul Falah Bojonggede Bogor ini adalah “ Bagaimanakah Implementasinya Sistem Pembiayaan Pendidikan di SLTP Nurul Falah Bojonggede Bogor.

Secara khusus dan melihat pelaksanaan pembiayaan yang terjadi di SLTP tersebut, maka sehubungan dengan ini dapatlah diidentifikasikan masalah-masalah tersebut sebagai berikut :

1. Gambaran sumber dana yang diperoleh untuk proses kegiatan belajar mengajar di SMP Islam Nurul Falah Bojonggede Bogor.

2. Kurang maksimalnya kinerja tenaga yang mengelola system pembiayaan pendidikan di SMP Islam Nurul Falah Bojonggede Bogor.

3. Kurang transparanya pembiayaan pendidikan.

4. Belum diketahuinya strategi pengelolan penyusunan RAPBS di SMP Islam Nurul Falah Bojonggede Bogor.

5. Belum efektifnya penggunaan buku kas sekolah

C.

Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan penelitian ini maka penulis perlu membatasi masalah yang di teliti yaitu :

1. Gambaran mengenai sumber dana pendidikan di SMP Islam Nurul Falah Bojonggede Bogor.

2. Kinerja tenaga pengelola pembiayaan pendidikan di SMP Islam Nurul Falah Bojonggede Bogor.

3. Mekanisme pengelolaan system pembiayaan pendidikan di SMP Islam Nurul Falah Bojonggede Bogor


(16)

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana gambaran mengenai sumber dana pendidikan di SMP Islam Nurul Falah Bojonggede Bogor.

2. Bagaimana mekanisme penggelolaan system pembiayaan pendidikan di SMP Islam Nurul Falah Bojonggede Bogor.

3. Bagaimana kinerja tenaga pengelola pembiayaan pendidikan di SMP Islam Nurul Falah Bojonggede Bogor.

E.

Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan penulis tentang sistem pembiayaan pendidikan.

2. Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi kepala sekolah khususnya bendahara sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.


(17)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Sistem Pembiayaan Pendidikan 1. Pengertian Sistem

Istilah sistem berasal dari bahasa yunani "systema' yang mempunyai pengertian sebagai berikut:

a. Suatu keseluruhan yang termasuk dari sekian bayak bagian (Shorde dan Vich)

b. Hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara teratur.1

Menurut kamus besar bahasa indonesia, sistem adalah perangkat ukur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.2

1

Tatang, M. Amirin, pokok-pokok Teory Sistem, ( Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada, 2001 ), h.1

2

Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1997) edisi ke-2. hal. 950

Jadi sistem merupakan sehimpunan komponen yang melakukan suatu kegiatan atau menyusun untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, istilah sistem adalah mengandung arti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan. Sebagaimana diketahui bersama, bahwa sistem secara umum merupakan sehimpunan bagian atau


(18)

komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan.

Menurut pendekatan sistem, biaya pendidikan merupakan suatu unsur yang menentukan dalam mekanisme penganggaran. Penentuan biaya akan mempengaruhi tingkat efesiensi dan efektivitas kegiatan dalam suatu organisasi yang akan mencapai tujuan tertentu.

Pembiayaan pendidikan adalah sub sistem dari sebuah sistem yang bernama sekolah, namun pembiayaan pendidikan pada satu sekolah juga dapat disebut sistem yang memiliki beberapa sub sistem seperti, biaya langsung, biaya tidak langsung, dam biaya rutin sekolah.

Sistem pembiayaan pendidikan tidak terlepas dari kegiatan penyusunan Anggaran Belanja Sekolah atau sering disebut (ABS) format yang digunakan untuk menyusun RAPBS meliputi sumber pendapatan dan pengeluaran. Sistem pembiayaan pendidikan harus ditata penggunaannya karena selain dana dari APBN/APBD, dana pendidikan jiga dipungut dari masyarakat melalui lembaga –lembaga pendidikan. “dana yang besunber dari APBN dan masyarakat, semua harus ada aturan bagaimana memungutnya, bagaimana menggunakan, kemudia bagaimana mempertanggungjawabkananya.” Sistem pendidikan seharusnya berangkat dari pandangan bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara, kaya maupun miskin.

Dari beberapa definisi di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa sistem pembiayaan pendidikan merupakan seluruh pengeluaran yang berupa sumber daya (imput) baik yang barang atau berupa uang yang dikeluarkan oleh semua kalangan baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, orang tua, sehingga tercapai tingkat mutu pendidikan yang diharapkan

2. Pengertian Pembiayaan Pendidikan

Setiap oraganisasi membutuhkan dana untuk membiayai kegiatannya. Begitu pula dengan organisasi pendidikan, dimulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, mengadakan kegiatan senantiasa membutuhkan biaya pendidikan.


(19)

Kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan biaya adalah uang yang dikeluarkan untuk mengadakan sesuatu3

Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kualitas pendidikan dasar menghasilkan manfaat berupa peningkatan kualitas SDM. Di sisi lain, proritas alokasi pembiayaan dasar seyogianya diorientasikan Dari definisi biaya dapat disimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan adalah seluruh anggaran yang dikeluarkan untuk biaya pendidikan baik secara langsung maupun tidak secara langsung. Biaya pendidikan langsung yang terdiri dari biaya-biya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belanja siswa berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua maupun siswa sendiri. Dan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang dibilang (opportunity Cost) yang dikorbankan siswa selama belajar. Pembiayaan pendidikan menyangkut sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.

Semua pembiayaan harus dapat digali, direkam (dipelihara dan dikonsolidasikan sebaik mungkin) agar penggunaan biaya yang ada dapat didayagunakan secara tepat guna dan tepat arah. Dalam pengelolaan atau pengaturan keuangan bukan merupakan tugas yang ringan tetapi memerlukan berbagai unsur yang diperlukan. Pengaturan pelaksanaan dalam pembiayaan mempinyai peran yang penting sehingga secara nyata berbeda dengan tugas-tugas lain. Unsur kepribadian kepercayaan terhadap diri sendiri mempunyai peran yang utama dan kesadaran akan kepribadaiannya bahwa dirinya mengabdi kepada negara dan pendukung rancangan pembangunan, di butuhkan pula dalam pengaturan pelaksanaan pembiayaan.

Konsep biaya ini perlu mendapat perhatian yang cukup besar bagi pra perencanaan dan pengelolaan pendidikan. Hal ini bertujuan bertujuan memperluas wawasan dan pengetahuan, meningkatkan kesadaran dan tanggungjawab dalam pelaksanaan pendidikan dan meningkatkan kemampuan pelaksanaan pendidikan dalam mengembangkan langkah-langkah pengelolaan sebagai tindak lanjut alokasi biaya.

3


(20)

untuk mengatasi permasalahan dalam hal aksesibilitas dan daya tampung, karena itu, dalam mengukur ekfektivitas pembiayaan oendidikan dasar, terdapat prasyarat yang perlu dipenuhi agar alikasi anggaran yang tersedia dapat terarah penggunaannya.

Prasyarat efektivitas pembiayaan pendidikan dasar mencangkup tersedianya standar pembiayaan pendidikan, mengacu pada standardisasi pelayanan minimal, standardisasi pelayanan teknis, standardisasi satuan pembiayaan; standar pelayanan minimal meliputi kurikulum, guru, akreditasi serta standar pelayanan teknis seperti sarana prasarana. Standardisasi proses penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas berpatokan pada indikator standar pelayanan minimal pendidikan.

Standardisasi biaya sekolah terkait standar pelayanan minimal pendidikan, sehingga besar unit cost per siswa per tahun dapat diperhitungkan lebih rinci, standardisasi biaya ini antara lain memuat penetapan besaran minimal biaya diperlukan bagi kesejahteraan tenaga kependidikan; kegiatan belajar-mengajar, kegiatan kesiswaan/ekstrakulikuler, kegiatan peningkatan mutu, dan biaya lainya. Standardisasi biaya sekolah juga memuat komponen-komponen biaya tetap dan komponen-komponen biaya tidak tetap. Komponen biaya tetap, antara lain mencangkup penggajian tenaga kependidikan dan biaya oprasiaonal sekolah, sedangkan komponen biaya tidak tetap mencangkup pembiayaan pendidikan dasar yang berbaris pada program/kinerja.

Biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) seperti telah dijelaskan sebelumnya, biaya langsung adalah segala pengeluaran yang secara langsung menunjang penyelenggaraan pendidikan dan biaya tidak langsung adalah segala pengeluaran yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan.

Biaya pribadi (private cost) adalah pengeluaran keluarga uruk pendidikan, biaya pendidikan ini dikenal juga dengan pengeluaran rumah tangga (house hold ex penditure) dan biaya sosial (social cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk pendidikan baik untuk sekolah maupun


(21)

melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah dan digunakan untuk membiayai pendidikan.4

Menurut Departemen Pendidikan Nasional biaya pendidikan adalah seluruh pengeluaran yang berupa sumber daya (input) baik berupa barang atau berupa uang yang ditujukan untuk menunjang kegiatan proses belajar mengajar.

Selain klasifikasi tersebut diatas, biaya juga diihat dari biaya lancar (recurrwnt cost) dan biaya kapital (copital cost). Biaya lancar adalah biaya yang dikeluarkan untuk jangka waktu pendek dan relatif, seringkali bisa diperbaharui atau habis dipakai (persable cost).

5

Menurut Indra Bastian, biaya pendidikan adalah upaya mengumpulan dana untuk membiayai operasional dan pengembangan sektor pendidikan.6

Sedangkan menurut Abbas Ghazali, biaya pendidikan dapat didefinisikan nilai rupiah dari seluruh sumber daya (Input) yang digunakan untuk kegiatan pendidikan.7

Biaya-biaya pendidikan yang dibelanjakan oleh murid, atau orang tua/keluarga dan biaya kesempatan pendidikan dalam penelitian ini tidak termasuk dalam pengertian biaya pendidikan yang bersifat nonbudgetair. Pengertian pembiayaan pendidikan yang bersifat budgetair, yaitu biaya pendidikan yang diperoleh dan dibelanjakan oleh sekolah sebagai suatu lembaga. Akan tetapi biaya pendidikan yang bersifat budgetair yang dapat diartikan biaya pendidikan yang diperoleh dan dibelanjakan untuk kemudian direncanakan, dikelola dan diawasi oleh sekolah sebagai suatu lembaga.

Dari pengertian diatas tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa biaya pendidikan merupakan seluruh pengeluaran yang bersumber daya baik berupa barang ataupun uang yang ditunjukan untuk menunjukan proses belajar mengajar dalam penyelenggaraan pendidikan.

4

Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. 4. hal.4

5

Departemen Pendidikan Nasional, Pengkajian Pembiayaan Pendidikan Dari Masa Ke Masa, (Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Nasional,1999), hal. 5

6

Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Erlangga), hal. 160

7


(22)

Artinya, biaya-biaya pendidikan yang bersifat budgetair dan nonbudgetair

termasuk dalam pengertian biaya pendidikan dalam arti yang luas.

Dalam Anggaran pemerintah (APBN, APBD propinsi, maupun APBD kabupaten/kota) harus menjamin pemenuhan biaya tetap, sedangkan untuk memenuhi komponen biaya tidak tetap dirancang mekanisme bantuan/subsidi, baik yang berupa blok grant maupun specific grant, bahkan juga dana hibah bersaing. Standar-standar inilah yang akan menjadi alat ukur bagi stakeholders untuk menilai efektivitas alokasi anggaran pendidikan. DPRD dapat menggunakannya untuk menilai kinerja eksekutif, masyarakat dapat menggunakan untuk menilai kualitas pelayanan pendidikan. Di sisi lain, evaluasi perencaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyaluran anggaran perlu dilakukan secara sinergis dan integratif antara

stakeholders. Untuk mewujudkan kondisi ini, perlu dibangun rasa saling percaya, baik internal pemerintah maupun antara pemerintah dengan masyarakat. Keterbukaan, partisipasi, dan akuntabiliti dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan, hingga pengawasan menjadi kata-kata kunci untuk mewujudkan efektivitas pembiayaan pendidikan.

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Dalam Oxford Advance Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah :”put something into effect ”(penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak).

Implementasi biaya pendidikan meliputi biaya langsung (direct cos) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung terjadi dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji, guru, baik yang dikeluarkan pemerintah, orang tua, maupun siswa sendiri. Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan


(23)

yang hilang (earnig forgone) dalam bentuk biaya kesempetan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa selama belajar.8

3. Pengelolaan Pembiayaan

Untuk mengukur biaya pendidikan melalui konsep biaya pendidikan sifatnya lebih komleks dari keuntungan, karena komponen biaya terdiri dari lembaga jenis dan sifatnya. Biaya pendidikan bukan hanya berbentuk uang atau rupiah, tetapi juga dalam bentuk biaya kesempatan (opportunity coct). Biaya kesempatan ini sering disebut “income forgone”. Income forgone

yaitu potensi pendapatan bagi seorang siswa selama ia mengikuti pelajaran atau menyelesaikan studi.

Ditinjau dari sudut human capital ( SDM sebagai unsur modal), pendidikan diperhitungkan sebagai faktor penentuan keberhasilan seseorang, baik secara sosial maipun ekonomi. Nilai pendidikan merupakan aset modal, dimana pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam pendidikan adalah upaya pengumpulan dan untuk membiayai operasianal dan pengembangan sektor pendidikan. Pendidikan merupakan unsur utama pengembangan SDM. SDM dianggap lebih bernilai apanola sikap, prilaku, wawasan, kemampuan, keahlian, serta keterampilan sesuai dengan kebutuhan sebagai bidang dua sektor. Pendidikan merupakan salah satu alat pengubah karakter manusia. Dengan pendidikan, manusia dapat mengetahuai segala sesuatu yang tidak atau belum diketahuai sebelumnya. Pendidikan merupakan hak seliruh umat manusia. Hak untuk memperoleh pendidikan harus diakui oleh kesempatan dan kemampuan serta kemaunanya. Denagn demikian, peranan pembiayaan pendidikan terlihat jelas dalam peningkatan kualitas SDM agar sejajar dengan manusia lain. Baik secara regional (otonomi daerah), nasional, maupun internasional (global).

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan mengelola, proses melakukan kegiatan tertentu dengan mengarahkan

8

Nanang Fattah, Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001 ), Cet Ke-1, h. 47


(24)

tenaga orang lain, proses yang membantu merumuskan kebijakansanaan dalam tujuan organisasi, proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolan meliputi banyak kegiatan dan semuanya itu bersama-sama menghasilkan suatu tujuan akhir, yang diberikan informasi bagi penyempurnaan kegiatan. Penganggaran merupakan bagian dari pengelolaan pembiayaan yang merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran (budget). Budget merupakan rancangan oprasional yang dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu, oleh karena itu dalam anggaran tergambar kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu lembaga. Penyusunan anggaran merupakan langkah-langkah positif untuk merealisasikan rencana yang telah disusun. Kegiatan ini melibatkan pimpinan tiap-tiap unit organisasi.

4. Komponen dan Sumber Dana Pembiayaan.

Komponen biaya pendidikan ditentukan oleh komponen-komponen kegiatan yang menunjang proses pendidikan di suatu sekolah. Komponen tersebut meliputi kesejahteraan pegawai (seperti gaji pokok, tunjangan-tunjangan, honor menguji dan membuat soal dan penghasilan lainnya yang sah), sarana dan prasarana (seperti ruang belajar, ruang laboratoium, ruang perpustakaan, ruang kantor, dan tempat ibadah), pelaksanaan pelajaran (seperti buku paket, media pendidikan, bahan dan alat laboratorium, komputer, dan alat-alat tulis kantor).

Sebagai diketahui bersamana bahwa dalam manajemen keuangan didalamnya terdapat kegiatan pembiayaan pendidikan, yang harus dilaksanakan dengan baik dan teliti, oleh karena itu perlu diketahui beberapa konsep dari pembiayaan pendidikan sebagai berikut:

a. Pembiayaan (Financing)

Pembiayaan (Financing) adalah bagaimana dana atau sumber dan bagaimana menggunakan dana itu dengan memanfaatkan rencana biaya standar, memperbesar modal kerja, dan merencanakan kebutuhan masa datang.


(25)

b. Keuangan ( finance )

Urusan keuangan pada suatu institusi, seperti pada lembaga pendidikan, tidak saja mencangkup uang pembayaran yang sah, tetapi juga kredit bank, definisi dari keungan itu sendiri adalah seni untuk mendapatkan alat pembayaran.

c. Penganggaran (Badgeting )

Anggaran adalah sebuah rencana pengeluaran dari penerimaan sekolah dikemudian hari dalam jangka waktu satu tahun.didalam anggaran terdapat proses perencanaan dalam pemilihan langkah-langkah dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Sumber Pembiayaan Pendidikan

Sumber pendanaan pendidikan di Indonesia, telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No: 20 tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional pada pasal 47 ayat 1dan 2 berbunyi:

Ayat (1): “ Sumber pendanaan pendidikan di tentukan bedasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan berkelanjutan.”Ayat (2): pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang- undang yang berlaku.9

Sumber pembiayaan pendidikan berasal dari pemerintah, orang tua dan masyarakat hal ini sesuai dengan undang-undang SISDIKNAS 2003. esensi dari sumber pembiayaan mencerminkan bahwa pembiayaan pendidikan tanggung jawab bersama, oleh karna itu peran serta orang tua dan masyarakat di pertarukan dalam menunjang proses pendidikan.10

a. Hasil Penerimaan Umum

Sumber-sumber Biaya Pendidikan dapat dibagi menjadi empat, yaitu

Pada dasarnya merupakan sumber yang terpenting untuk pembiayaan pemdidikan. Termasuk dalam golongan ini semua penerimaan pemerintah disemua tingkat pemerintahan, baik pajak, bantuan luar negeri, maupun pinjaman dari pemerintah. Besarnya

9

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, ( Jakarta ;Sinar Grafika, 2003 ), h. 23-24

10


(26)

biaya pendidikan dan penerimaan pemerintah tersebut ditentukan oleh aparat keuangan pemerintah ditingkat pusat maupun daerah yang dipertimbangkan berdasarkan atas proritas-proritas pendidikan dibandingkan dengan kegiatan pemerintah dibidanglain. Pengeluaran untuk pendidikan dapat diperbesar hanya bila penerimaan pemerintah meningkat atau bila bagian yang diperuntukan pendidikan ditingkatkan, namun hal ini keduanya tidak gampang dilaksanakan dinegara-negara yang sedang berkembang, karena terbatasnya kapasitas perpajakan, belum berkembangnya sistim fiscal serta banyaknya kebutuhan disemua bidang lain.

b. Penghasilan Pemerintah khususnya diperuntukan Pendidikan.

Meskipun itu merupakan dari penerimaan pemerintah, perlu dipisahkan dalam pembahasan ini. Termasuk dalam golongan ini bantuan atau pinjaman luar negri yang diperuntukan untuk pemerintah, seperti UNICEF atau UNESCO, pinjaman dari Bank Dunia dan Sebagainya usaha khusus pemerintah untuk mengumpulkan dana pemerintah seperti pajak-pajak khusus yang sebagian atau seluruh hasilnya diperuntukan sekolah.

c. Iuran Sekolah

Yang termasuk dalam golongan ketiga ini ialah pembayaran orangtua murid langsung kepada sekolah, berdasarkan jumlah anak mereka yang dididik disekolah tersebut. Keputusan mengenai sekolah yang mana anak mereka akan didik da apakah iuran disekolah itu akan dibayar adalah hak orangtua murid, walaupun jmlah iuran itu biasaya itentukan oleh pemerntah, sekolah atau yayasan. Peranan orang tua murd dala menentukan jumlah-jumla itu biasanya terbatas kepada keanggotaan badan sekolah, yayasan, POMG, dan sebagainya.

d. Sumbangan-sumbangan Sukarela Lainnya.

Sumbangan sukarela termasuk sumbangan perseorangan, sumbangan dari masyarakat, panti derma atau badan agama baik dalam negeri maupun luar negeri, berupa uang tunai, barang atau jasa,


(27)

hadiah-hadiah, pinjaman dan segala usaha sekolah untuk mengumpulan dana sifat smbangan tersebut peningkatan smber pembiayaan ini tergantung pada keinginan dan kemampuan masyarakat untuk memajukan pendidikan dan pada tim dapat mendorong oleh pemerintah, umpamanya keringan pajak atau dana imbangan.11

Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 dan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dana pendidikan selain gaji pendidikan dan biaya pendidikan kedinasan mendapat alokasi minimal 29 % dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Daerah (APBN dan APBD). Pembiayaan pendidikan sebesar 20% itu memang seharusnya dipenuhi dari anggaran belanja dan bukan dari anggaran pendapatan. Selanjutnya, hal yang perlu dilakukan adalah menjabarkan anggaran pendapatan 20% tersebut sesuai dengan jalurnya. Hal ini dapat dilihat gambar dibawah ini:

Dalam situasi bagaimana pun, negara tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya terhadap pembiayan pendidikan. Pada sisi lain, negara melalui pemerintah harus terus mensosialisasikan pembiayaan pendidikan dengan mengacu pada standar baku, terutama tentang komponen pendidikan, proses-mengajar, kurikulum, dan target kompetensi lulusan.

Pembiayaan pendidikan harus ditata penggunaannya karena selain dari dana APBN/APBD, dana pendidiakn juga bisa dipungut dari masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan. Dana yang bersumber dari APBN dan masyarakat harus diatur tentang pemungutannya, bagaimana menggunakannya, kemudian mempertanggungjawabkannya. Pengaturan tetang pengelolaan pembiayaan pendidikan agar memiliki dasar hukuman yang kuat perlu diatur setingkat Peraturan Pemerintah (PP).

12

11

Departemen Pendidikan, Sumber-sumber Pembiayaan,(Jakarta: Diktorat Jendral Kebudayaan dan badan Pengembangan Pendidikan), hal21-23

12


(28)

Pendanaan

Hasil penerimaan untuk umum pemerintah pada dasarnya merupakan sumber yang terpenting untuk pembiyaan pendidikan, dalam hal ini semua penerimaan pemerintah disemua tingkat pemerintahan baik pajak, bantuan luar negeri maupun pinjaman oleh pemerintah. Pemerintah khusus diperuntukan pendidikan dalam pembahasan ini. Termasuk dalam golongan ini bantuan atau pinjaman luar negeri diperuntukkan pendidikan seperti UNICEF, UNESCO. Pinjaman dari Bank dunia dan sebagainya, usaha pendidikan seperti pajak-pajak yang sebagian atau seluruhnya diperuntukkan sekolah.

Setiap unit kerja selalu berhubungan dengan masalah keuangan, demikian pula sekolah. Soal-soal yang menyangkut keuangan sekolah pada garis besarnya berkisar pada: uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), uang kesejahteraan personel dan gaji serta keuangan yang berhubunagan langsung dengan penyelenggaraan sekolah seperti perbaikan sarana dan sebagainya.13

6. Prinsip-prinsip Dasar Formula Pembiayaan yang Baik

Terdapat empat prinsip kunci dalam rumusan pembiayaan yang diperbaharui, pertama, metode pembiayaan sekolah sangat diperlukan untuk mengetahui “foundation level” atau standar pembiayaan minimal secara nasionalberdasarkan penghitungan per siswa untuk menjamin diselenggarakannya pendidikan yang “memadai” untuk setiap anak. Prinsip ini secara otomatis juga menyediakan keadilan yang lebih besar di antara siswa, keluarga, dan kabupaten/kota. Kedua, metode pembiayaan yang diuraikan dalam rumusan tersebut juga perlu mengundang unsure-unsur yang menjamin efesiensi pendidikan dan efesiensi ekonomis yang lebih besar, dan mengurangi pemborosan

13

Drs. B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di sekolah.( Jakarta : PT Rineka Cipta 2004 ), Cet ke-I, h 131

• 20% APBN dan 20% APBD

• Swadaya

Publik Prevate Parnership

• Pinjaman Domestik & luar negeri • Hibab Kurikulum Infrastruktur Peserta didik Pendidik Teknologi Pendidikan Ekstrakulikuler Fasilitas pendukung


(29)

dalam penggunaan sumbe-sumber keuangan. Lebih transparan dan sederhana dalam metode pembiayaan pendidikan merupakan suatu langkah kunci sehingga orangtua dan guru dengan mudah dapat mengetahui jumlah yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk setiap siswa. Menyusun pembiayaan atas dasar per siswa dengan jumlah siswa sesuai dengan, rata-rata kehadiran setiap harinya merupakan langkah kunci lainnya. Tanpa ini sejumlah besar pendapatan pemerintah pusat akan sangat mungkin diselewengkan maupun diboroskan. Ketiga, sistem pembiayaan sanagt perlu menyediakan insentif keuangan untuk mendorong kabupaten/kota agar membantu dalam pembiayaan pendidikan. Ini karena tingkat standar pembiayaan “memadai” yang disediakan oleh pemerintah pusat jumlahnya masih sangat minimal. Keempat, investasi pelayanan umum secara keseluruhan pada bidang pendidikan oleh Pemerintah Indonesia sekarang ini juga sangat rendah menurut standar internasional. Investasi pendidikan perlu pada tingkat yang mampu menyediakan pendidikan yang lebih memadai untuk setiap siswa. Juga dari segi efisiensi, karena nilai balik (rate of returns) pada pendidikan dasar sangat tinggi di Indonesia, dan nilai balik non-ekonomis, pendidikan dan efek berantai (spill-overs) juga lebih tinggi dari pada yang sering disadari, pendidikan perlu diberi prioritas yang lebih tinggi dalam dukungan dan keputusan-keputusan fiscal untuk mencapai tujuan pembangunan. Banyak siswa masih tanpa buku, dan wajib belajar 9 tahun, serta pembangunan sumber daya manusia secara umum masih belum tercapai. Hal ini sebagian disebabkan oleh terjadinya krisis keuangan tetapi, tetapi sebagian juga disebabkan karena sistem pembiayaab pendidikan.

7. Klasifikasi Biaya Pendidikan

Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjukan efektifitas dan efesiensi pengelolaan pendidikan.Uang merupakan bagian yang sangat penting bagi setiap lembaga atau organisasi termasuk sekolah tanpa uang semua kegiatan tidak mungkin dapat berlangsung.

Biaya uang dari suatu kegiatan ekonomi adalah biaya riil dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan seperti gaji tenaga kependidikan


(30)

dan gaji tenaga non pendidikan, biaya bahan dan peralatan serta biaya gedung. Sedangakan biaya kesempatan yang sering disebut sebagai biaya alternatif adalah biaya uang yang hilang karena sumber daya tersebut dialokasikan untuk penyelenggaraan pendidikan. Hal ini berarti bahwa biaya uang ini mempunyai penggunaan alternative di bidang yang lain di luar pendidikan, sehingga nilai yang hilang sebagai akibat melakukan pembiayaan pendidikan tersebut sebagai biaya kesempatan, jenis biaya ini memiliki teknik tersendiri dan jenis biaya ini tidak merupakan cangkupan analisis.

Klasifikasi biaya yang lain adalah biaya langsung oleh murid, biaya oleh sekolah maupun pemerintah. Biaya langsung murid adalah biaya riil yang dikeluarkan oleh murid untuk kegiatan proses belajar mengajar. Biaya langsung oleh sekolah adalah biaya yang langsung dikeluarkan aleh sekolah sebagai akibat dari kegiatan pendidikan.

Selain klasifikasi tersebut, biaya juga bisa dilihat dari biaya lancer (recurren Cost) atau biaya kapital (capital cost). Biaya lancer adalah biaya yang dikeluarkan untuk jangka waktu pendek dan relatif sering kali bisa diperbaharui atau habis pakai (perisable cost). Biaya Kapital adalah biaya investasi yang dikeluarkan untuk jangka waktu yang relative panjang dan peralatan, biaya penyelenggaraan dan pembinaan difokuskan ke biaya lancer.

Dalam kaitanya dengan dana pendidikan, Thomas (1985) mengungkapkan adanya klasifikasi dana dalam pendidikan seperti di bawah ini:

a. Dana Langsung dan Dana Tidak Langsung

Dana langsung ialah segala pengeluaran yang secara langsung menunjang penyelenggaraan pendidikan. Dana tidak langsung ialah pengeluaran yang secara langsung menunjang proses pendidikan, tetapi memungkinkan proses transportasi ke sekolah, biaya jajan, biaya kesehatan dan harga kesempatan.

b. Dana Masyarakat dan Dana Pribadi

Dana masyarakat ialah dana yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk pendidikan, baik melalui sekolah maupun melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah kemudian digunakan untuk membiayai


(31)

pendidikan. Dan pribadi ialah pengeluaran keluarga untuk pendidikan atau dikenal juga pengeluaran rumah tangga.

c. Dana Bentuk Uang dan Dana Bukan Bentuk Uang

Dalam konteks perencanaan pembiayaan pendidikan, pemahaman terhadap berbagai aspek pembiayaan pendidikan sangatlah penting. Pemahaman dimaksud merentang dari hal-hal yang sifatnya mikro (satuan pendidikan) hingga yang makro (nasional), antara lain meliputi sumber-sumber pembiayaan pendidikan, system dan mekanisme pengalokasiannya, efektifitas dan efesiensi dalam penggunannya, akuntabilitas hasilnya yang diukur dari perubahan-perubahan kuantitatif dan kualitatif.14

B. Implementasi Pembiayaan Pendidikan

Sumber-sumber keuangan sekolah dapat diklasifikasikan kedalam beberapa bagian, yaitu: 1) penerimaan dari masyarakat, 2) penerimaan dari siswa atau orang tua murid, 3) penerimaan dari pemerintahan, 4) penerimaan dari pengusaha.

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Dalam

Oxford Advance Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah :”put something into effect ”(penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak).

Implementasi biaya pendidikan meliputi biaya langsung (direct cos) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung terjadi dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji, guru, baik yang dikeluarkan pemerintah, orang tua, maupun siswa sendiri. Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang (earnig forgone) dalam

14

Dedi Supradi, Satuan Biaya Pendidikan dasar dan Menengah, ( Bandung, PT Rosdakarya, 2003 ), h. 4


(32)

bentuk biaya kesempetan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa selama belajar.15

C. Kerangka Berfikir

Untuk mengukur biaya pendidikan melalui konsep biaya pendidikan sifatnya lebih komleks dari keuntungan, karena komponen biaya terdiri dari lembaga jenis dan sifatnya. Biaya pendidikan bukan hanya berbentuk uang atau rupiah, tetapi juga dalam bentuk biaya kesempatan (opportunity coct). Biaya kesempatan ini sering disebut “income forgone”. Income forgone yaitu potensi pendapatan bagi seorang siswa selama ia mengikuti pelajaran atau menyelesaikan studi.

Ditinjau dari sudut human capital ( SDM sebagai unsur modal), pendidikan diperhitungkan sebagai faktor penentuan keberhasilan seseorang, baik secara sosial maipun ekonomi. Nilai pendidikan merupakan aset modal, dimana pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam pendidikan adalah upaya pengumpulan dan untuk membiayai operasianal dan pengembangan sektor pendidikan. Pendidikan merupakan unsur utama pengembangan SDM. SDM dianggap lebih bernilai apanola sikap, prilaku, wawasan, kemampuan, keahlian, serta keterampilan sesuai dengan kebutuhan sebagai bidang dua sektor. Pendidikan merupakan salah satu alat pengubah karakter manusia. Dengan pendidikan, manusia dapat mengetahuai segala sesuatu yang tidak atau belum diketahuai sebelumnya. Pendidikan merupakan hak seliruh umat manusia. Hak untuk memperoleh pendidikan harus diakui oleh kesempatan dan kemampuan serta kemaunanya. Denagn demikian, peranan pembiayaan pendidikan terlihat jelas dalam peningkatan kualitas SDM agar sejajar dengan manusia lain. Baik secara regiaonal (otonomi daerah), nasional, maupun internasional (global).

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah peneliti lakukan, peneliti berpikir bahwa sebuah pembiayaan merupakan salah satu hal yang penting dalam kegiatan pendidikan. Bisa dikatakan tanpa pembiayaan, pendidikan

15

Nanang Fattah, Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001 ), Cet Ke-1, h. 47


(33)

tidak akan mungkin berjalan sesuai dengan rencana dan mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Selain pendapat diatas bahwa pembiayaan bisa dilihat dari biaya lancar (recurrent cost) dan biaya kapital (capital cost). Biaya lancar adalah biaya yang dikeluarkan untuk jangka waktu pendek dan relatif sering kali bisa diperbaharui atau habis pakai (perisable cost). Biaya berkapital adalah biaya investasi yang dikeluarkan untuk jangka waktu yang relatif panjang dan tidak habis pakai (durable cost) seperti biaya investasi gedung dan peralatan, biaya penyelenggaraan dan pembinaan difocuskan kebiaya lancar.

Penelitian juga mempunyai anggapan bahwa pembiayaan suatu lembaga pendidikan memiliki hubungan terhadap pengelolan pembiayaan di SLTP Nurul Falah. Anggapan ini muncul karena dengan pembiayaan yang cukup suatu lembaga pendidikan dapat melengkapi segala yang dibutuhkan untuk memperlancar kegiatan berjalan mengajar yang diselenggarankan. Dengan demikian peneliti dapat menggambarkan kerangka berpikir penelitian, dimana Pengelolan Pendidikan akan sangat ditentukan oleh pembiayaan pendidikan.


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui gambaran mengenai sumber dana pendidikan di SLTP Nurul Falah Bojonggede Bogor.

2. Mengetahui kinerja tenaga pengelola pembiayaan pendidikan di sekolah tersebut.

3. Mengetahui mekanisme pengelolan sistem pembiayaan pendidikan di sekolah tersebut.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan pada waktu Semester Genap, penelitian ini bertempat di sebuah Yayasan Pendidikan Islam yaitu SLTP Nurul Falah Pabuaran Bojong Gede Bogor.


(35)

C. Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan metode penelitian deskriptip analisa, yaitu menggambarkan situasi apa adanya tentang gejala atau keadaan dari hasil temuan di lapangan.

Metode deskripsi merupakan metode penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitian.1

D. Sumber Data

Dengan metode diatas penulis menggambarkan mengenai Implementasi Sistem Pembiayaan Pendidikan yang diselenggarakan di SLTP Nurul Falah Bojong Gede Bogor.

Untuk memudahkan penelitianini karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka penelitian akan menggunakan populasi dan sampel untuk menentukan sasaran penelitian.

1. Populasi, menurut surjana adalah totalitas semua nilai hasil menghitung, hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif mengenai karakteristik tertentu dan semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatnya. Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan objek penelitiannya yakni SMP Nurul Falah Bojonggede. Yang meliputi kepala sekolah, pelaksanaan bidang keuanggan (TU) dan para guru.

2. Sampel adalah sebagian individu yang akan diteliti. Sampel penelitian adalah kepala sekolah, pelaksana bidang keuangan, dengan jumlah guru yang menjadi responden yaitu 25 orang guru.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam observasi penelitian penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data dengan :

1. Angket atau kuesioner penulis menyebarkan kepada guru berupa pertanyaan atau pernyataan

1


(36)

2. Obsevasi, penulisan mengadakan pengamatan langsung, guna mengetahui proses implementasi kurikulum yang dilakukan oleh SMP Nurul Falah.

3. Interview penulisan melakukan pengambilan data dengan menggunakan tanya jawab yang diajukan kepada kepala sekolah, pelaksana keuangan (TU), tenaga pendidika lainnya.

4. Dokumentasi yaitu denagn kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh SMP Nurul Falah.

F. Teknik Analisa Data

Seperti telah dijelaskan diatas, salah satu teknik satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket.

Angket terdiri dari pertanyaan yakni dengan menggunakan angket tertutup. Berdasarkan data yang dikumpulkan, selanjutnaya penulis akan menjabarkan tabel dengan menggunakan rumus prosentase, kemudian dari hasil penghitungan atau pengolahan data tersebut penulis akan memberikan interpretasi sesuai dengan analisis yang ada. Teknik pengukuran dari angket ini menggunakan penghitungan prosentasi sebagai berikut:

F Dimana : P = Prosentasi setiap katagori P = N x 100 f = Frekuensi jawaban N = Jumlah responden


(37)

Kisi-Kisi Istrumen Penelitian

No Varabel Sub Variabel indikator No

butir

jml

1 Implementasi Sistem Pembiayaan Pendidikan

a. Perencanaan Sistem

Pembiayaan Pendidikan

b. Pengorganisasian Sistem Pembiayaan Pendidikan.

c. Pengelolan / pelaksanaan pembiayaan pendidikan

1. Bagaimana sistem

perencanaan yang diterapkan disekolah

2. Kepala sekolah memberi pengarahan sebelum melaksanakan tugas 3. Kepala sekolah yang

menghargai pendapat bawahan.

4. Membuat RAPBS sebelum memulai pelaksanaan kegiatan

1. Petugas khusus yang

menangani masalah keuangan 2. Keterlibatan guru dalam

penyusunan masalah keuangan

3. Petugas atau lembaga secara Indivenden memantau kegiatan pengelolaan keuangan

4. Keterlibatan dewan guru dalam pembuatan penyusunan RAPBS 1. Bagaimana sumber dana

dikelola

2. Pengelola keuangan dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku 3. Sekolah melakukan

pengelolan dengan baik 4. Siapa yang di pertanggung

jawabkan untuk pengelolan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 4 4


(38)

d. Controling (pengawasan)

e. Sumber Dana

Pembiayaan Pendidikan

f. Evaluasi Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan

keuangan sekolah.

5. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan 6. Proses pelaporan keuangan 7. Sekolah mengalokasian biaya

pendidikan berdasarkan skala prioritas.

8. Pengalokasian biaya yang terbesar yang dilakukan sekolah dalam hal apa. 1. Kegiatan apa saja yang harus

diawasi yang berhubungan dengan pembiayaan 2. Tim pengawas berkordinasi

terlebih dahulu kepada pihak sekolah sebelum pengawasan. 3. Waktu kegiatan pengawasan 4. Kegiatan pengawasan

dilakukan secara berkala dan memiliki waktu yang telah ditentukan

1. Berasal darimana sumber-sumber pembiayaan pendidikan

2. Bagaimana proses pengalokasian biaya pendidikan tersebut

3. Partisivasi dewan guru dalam pengalokasian sumber dana 4. Pengalokasian biaya tepat

sasaran

1. Kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan pembiayaan pendidikan

2. Waktu pelaksanan evaluasi. 3. Siapa yang melakukan

evaluasi 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 8 4 4


(39)

4. Proses perbaikan perencanaan setelah evaluasi

5. Uapaya sekolah dalam peningkatan pengelolan pembiayaan.

6. Hasil Pelaksanaan pengelolan pembiayaan memberikan kontribusi terhadap keberhasilan sekolah.

28

29


(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMPI Nurul Falah

SMPI Nurul Falah adalah sekolah yang menyelenggarakan proses pembelajaran yang menekankan pada pembentukan proses pembelajaran yang menekankan secara pudemental bersifat mengembangkan segala potensi yang ada didiri peserta didik. SMPI beralamat di Jl Raya Bojonggede KM 18 Gg masjid Almuawanah No 8/68 Pabuaran Kecamatan Bojonggede Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor.

Pendiri Yayasan Pendidikan Islam Nurul Falah adalah H. Hasyim bin H lahab. H. Hasyim (Almarhum) memiliki 6 orang anak yaitu 3 anak laki-laki dan 3 anak perempuan, diantaranya H. Amsar, Amsir, H. Ahmad Dahlan, BA. (Pengelola/ Kepala sekolah MI dan SMPI Nurul Falah), Hj Ai, Nunung, Hj. Aslamiyah. H. Hasyim (Almarhum) adalah seorang petani yang ulet dan mau bekerja keras. H. Hasyim tumbuh dengan kepribadian yang agamis cerdas.

Dengan kerja keras dan keuletannya H. Hasyim, sehingga ia dapat memiliki beberapa bidang tanah, dan beberapa bagian bidang tanah tersebut diberikan kepada salah satu putranya yaitu H, Ahmad Dahlan (Pengelola/ Kepala sekolah MI dan SMPI Nurul Falah), untuk lembaga pendidikan Islam,


(41)

akan tetapi pendidikan Islam di sekolah pada waktu itu belum terealisasi secara akademik di wilayah Pabuaran Kecamatan Bojinggede-Bogor, maka H. Ahmad Dahlan berinisiatif untuk mendirikan lembaga pendidikan Isalam tersebut guna memberikan masukan bagi peserta dididik menjadi orang yang bersikap religius, bertanggungjawab, cerdas, disiplin dan kreatif.

Sebidang tanah yang telah didirikan sekolah dengan luas 850 m² dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan Islam, yaitu dibangunnya lembaga pendidikan Madrasah Diniaya Nurul Falah pada tahun 1980, namun pada saat itu statusnya belum diakui oleh pemerimtah dan hanya sebagai tambahan belajar bagi siswa yang telah sekolah di pendidikan umum.

Pada tahun 1990 yayasan pendidikan Madrasah Diniyah telah mengalami renovasi bangunan dan perubahan nama menjadi Madrasah Ibtidaiya Nurul Falah (MI), dan upaya pihak pengelola yayasan mengajukan secara izin kepemerintah guru statsus sekolah tersebut diakui sebagai pendidik yang syah.

Pada tahun 1997 Yayasan pendidikan Islam Nurul Falah mengembangkan lembaga pendidikan tersebut dengan mengadakan/ mendirikan pendidikan SMPI Nurul Falah ( YAPINA ), SMPI Nurul Falah sendiri masih menumpang dengan gedung MI ( yang kini 2 lantai setelah mengalami renovasi gedung bangunan dan sarana prasarana pendidikan lainnya dari Depdiknas, dan berdasarkan nomor stasistik : 20 4 02 05 26 232 : 7 Juli 1997 SMP Islam Nurul Falah ditetapkan dengan rombongan 1 kelas. Menurut data rekapitulasi Lembaga Pendidikan SMP Islam Nurul Falah (YAPINA) dari tahun 1997 – 2008 telah meluluskan sebanyak 415 siswinya, Hal berarti ini bahwa lembaga pendidikan yang mencetak siswa-siswinya pada perkembangan dan kemajuan sesuai dengan harapan agama dan bangsa.

Profil SMP Islam Nurul Falah Pabuaran Kecamatan Bojonggede

Nama Sekolah : SMP Islam Nurul Falah

Alamat : Jl. Raya Bojonggede KM 18 Gg Masjid Al-Muawanah No. 8/68 Pabuaran Kecamatan


(42)

Bojonggede Kabupaten Bogor Telp. (021) 8783933 Kode Pos 16320.

Yayasan Penyelenggara : Yayasan Islam Nurul Falah ( YAPINA )

Alamat Yayasan : Jl. Raya Bojonggede KM 18 Gg Masjid Al-Muawanah No. 8/68 Pabuaran Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor Telp. (021) 8783933 Kode Pos 16320.

Nama Ketua Yayasan : H. Ahmad Dahlan, S.Pd.I Nama Dewan Pengasuh : Jalaludin

Nama Kepala Sekolah : H. Ahmad Dahlan, BA Setatus tanah : Wakaf

Luas Tanah : 850 M2

2. Visi Dan Misi dan tujuan sekolah SMPI Nurul Falah

Dalam melaksanakan manajemen pendidikan, sekolah merumuskan visi dan misi terlebih dahulu dengan jelas agar arah, tujuan pendidikan terkontrol dan di evaluasi. Visi adalah sesuatu yang ideal yang akan dicapai oleh sekolah dimasa yang akan datang. Misi adalah layanan pendidikan seperti apa yang akan diberikan kepada siswa untuk mencapai misi ysng ditetapkan.

Sedangkan misi yang ingin dicapai oleh SMPI Nurul Falah dengan program pendidikan yang dilaksanakan adalah “menjadikan siswa dan siswinya unggul dalam ilmu pengatahuan, beriman dan bertakwa serta menjadi harapan umat disekitar sekolah.“

Dalam misi yang ngin dicapai oeh SMPI Nurul Falah adalah menyelenggarakan proses belajar mengajaryang bermutu, menginstrusikan kepada guru dan non guru untuk meningkatkan kwalitas baik melalui pendidikan formal dan non formal, menyelenggarakan hari besar islam dengan prestasi siswa dalam bidang keagamaan, serta secara umum tujuannya adalah meningkatkan iman dan amal soleh sehingga terlahir sumber daya manusia (SDM) yang being educated ( manusia yang memiliki kemampuan intelektual, kemampuan beramal social, kemampuan berdiri sendiri.


(43)

Sedangkan tujuan khususnya adalah membuat anak kreatif mandiri dan berfikir rasional.

3. Sarana dan Prasarana SMPI Nurul Falah Pabuaran Bojonggede

Sekolah SMP Islam Nurul Falah dibangun diatas luas tanah kurang lebih 850 M². dan memiliki sarana dan prasarana antara lain :

Tabel 4.1. Sarana dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Ruang Belajar 9 Lokal

2. Ruang Perpustakaan 1 Lokal

3. Ruang Bidang Kurikulum 1 Lokal

4. Ruang BP 1 Lokal

5. Ruang Kesiswaan 1 Lokal

6. Lab Komputer 1 Lokal

7. Kantor dewan Guru 1 Lokal

8 . Kantor Kepala Sekolah 1 Lokal

9. Kantor Tata Usaha 1 Lokal

10. WC Kepala Sekolah 1 Lokal

11. WC Dewan guru 1 Lokal

12. WC Siswa 1 Lokal

13. Dapur 1 Lokal

14. Gudang 1 Lokal

Dalam upaya meningkatkan kwalitas pendidikan maka sekolah perlu menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga mampu menujang dan meningkatkan mutu pendidikan disekolah tersebut. Karena dengan penyediaan sarana prasarana dalam pendidikan maka akan tersedia kwalitas-kwalitas pendidikan yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar dan dapat memberikan pengaruh yang baik pada peningkatan mutu serta kwalitas pendidikan tersebut.


(44)

Sarana memilikin peranan penting dalam keberhasilan suatu pendidikan karena sarana dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Di SMPI Nurul Falah keadaan sarana prasarana bisa dikatakan cukup memadai dalam keadaan baik untuk melaksanakan proses belajar mengajar seperti ruang praktek computer yang mempunyai yang mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar.

Ruang perpustakan yang kurang memadai jauh dari apa yang diharapkan meja, kursi, buku-buku referensi yang tidak memadai sehingga terjadi ketik nyamanan sehingga kurang diminati siswa untuk datang keperpustakaan untuk membaca buku.

4. Struktur Organisasi SMPI Nurul Falah

Komite Sekolah : Jalaludin

Ketua Yayasan : H. Ahmad Dahlan, S.Pd.I

Kepala Sekolah : H. Ahmad Dahlan, S. Pd.I

Urusan Kerikulum : Cucung Suryati, S.Pd.I

Bimbingan Konseling : Abdul Rozak, S.Pd.I

Urusan Kesiswaan : Amsori

Wali Kelas :

VII A : Ali Rhido, A. ma

VII B : Nadih

VII C : Taufiqqurrahman, S.Ag

VIII A : Topik

VIII B : Dewi Setiawati

IX A : Harni S. Pd.

IX B : Usman Toro

Tata Usaha

Bendahara : Hj. Aminah

Administrasi : Hamimah

Urusan Perpustakaan : Rizki Yanti Diani


(45)

SMPI Nurul Falah mempunyai pengurus-pengurus yang terorganisir meliputi beberapa bidang yang diwujudkan dengan struktur organisasi yang sistematis dalam ruang lingkup SMPI Nurul Falah, adapun pengurus yang dipilih adalah guru-guru yang kompeten dalam bidangnya masing-masing, yaitu dengan mengorganisasikan kegiatan yang ingin dicapai struktur organisasi dalam pendidikan dan pengajaran di SMPI Nurul Falah tujuannya untuk menyusun dan menetapkan orang-orang yang memiliki kemampuan tertentu sesuai dengan bidangnya, hal tersebut bertujuan agar mempermudah jalur kordinasi anatara pengurus atau bukan pengurus.

Kepala sekolah merupakan jabatan tertinggi disekolah menengah pertama (SMP) dimana kepala sekolah mempunyai peranan penting dalam mengorganisir segala sesuatu yang berhubungna dengan sekolah maupun luar sekolah.

Struktur organisasi sekolah islam yang didalamnya terdapat beberapa personal yang berbeda-beda dan memerlukan suatu wadah yaitu organisasi agar didalam menjalakan pendidikan disekolah islam dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai. Struktur sekolah menunjukan hubungan antara individu atau kelompok yang satu samalainya mempunyai hubungan kerjasama yang baik yaitu dengan memenuhi kewajiban, memenuhi haknya serta mempunyai tanggungjawab yang besar dalam tata kerja, guna untuk mencapai suatu tujuan.

Untuk menghasilkan itu semua perlu dijalankan tugas struktur organisasi di SMPI Nurul Falah yaitu dalam mengambil keputusan dalam suatu masalah harus selalu melalui rapat secara demokratis. Adapun setiap kegiatan yang dilakukan oleh kelompok maupun perorangan dalam rangka kegiatan sekolah merupakan hasil musyawarah yang telah diputuskan didalam rapat.

Adapun penyelenggaraan rapat disekolah sangat berpengaruh dalam menentukan lancer atau tidaknya program kerja yang ingin dicapai untuk itu perlu diperhatikan beberapa factor dalam penyelenggaraan rapat itu.

a. Perencanaan waktu dan acara rapat b. Pimpinan rapat


(46)

c. Susunan rapat d. Keputusan rapat

e. Penilaian (evaluasi) rapat.

5. Keadaan Guru

Keadaan para tenaga pengajar yaitu berjumlah 17 orang dan 2 pegawai SMPI Nurul Falah adalah lulusan D2, D3, S1 Dari Universitas negeri atau swasta. Adapun nama para pengajar sebagai berikut :

Tabel 4. 2 Keadaan Guru

N o

Nama Guru Tempat Tanggal Lahir

Status Pegawai

Jabatan Mata Diklat

1 H. Ahmad Dahlan, BA Bgr, 12-06-1957 GTY Kepsek -

2 C. Suryati Bgr, 29-07-1964 GTT Wakur / III B. Indo

3 Amsori Bgr, 02-09-1971 GTT P.Osis/I,II,III Matematika

4 Abdul Rojak Bgr, 01-09-1969 GTT BP / III PAI

5 Muhaya Bgr, 13-04-1970 GTT Guru A. Ahlak

6 Aswandi Bgr, 05-12-1971 GTT Guru PKN

7 Topik Tgrng, 08-05-1972 GTT Guru / VIII A IPA

8 Usman Ibrahim Bgr, 16-05-1967 GTT Guru / IX B IPS

9 Abdul Rahman Bgr, 06-10-1967 GTT Guru PLH

10 Munadih Bgr, 02-03-1974 GTT Guru / VII C IPA

11 Dewi Setiawati Bgr, 17-05-1965 GTT Guru / VIII B KTK

12 Taufiqurrahman Bgr, 25-11-1974 GTT Guru / VII C B. Indo

13 Farida Bgr, 07-07-1982 GTT Guru B. Inggris

14 Ali Ridho Jkt, 14-02-1985 GTT Guru / VII B Penjaskes

15 Rasuyin Handoko Pati, 27-12-1964 GTT Guru IPS

16 Harni Jkt, 25-12-1971 GTT Guru / IX A B. Inggris

17 Nuraidih Bgr, 15-04-1985 GTT Guru TIK

18 Jahrona Bgr, 21-10-1982 GTT Guru IPS

19 Siti Hindun Bgr, 12-05-1974 GTT Guru BK

20 Lusiana Bgr, 24-12-1975 GTT Guru PAI


(47)

22 Hamimah Bgr, 01-01-1971 GTT TU Bendahara

23 Nurmawan Bgr, 02-12-1975 GTT Satpam Satpam

24 Jaenabun Bgr, 02-18-1964 GTT Kebersihan Kebersihan

Dari jumlah guru disebutkan diatas baik guru agama taupun guru umumdibagi dalam 2 kelompok :

1. Guru tetap yayasan yaitu guru yang sudah ditetapkan secara resmi melalui SK yayasan.

2. guru honorer yaitu guru yang digaji berdasarkan mengajar perhari/jam. Guru tersebut digaji oleh sekolah

Para guru didalam melaksanakan proses belajar mengajar, tidak terlepas dari kurikulum yang telah ditetapkan sebagai pedoman disekolah tersebut. Akan tetapi para guru boleh mengembangkan metode sesuai dengan kondisi dan kecakapan siswa.

6. Keadaan Siswa

Dari tahun ketahun, jumlah siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah ini terts bertambah, saat ini secara keseluruhan siswa SMPI Nurul Falah Pabuaran Kecamatan Bojonggede berjumlah 276 orang dengan perincian sebagai berikut

Tabel 4. 3 Keadaan Siswa

No Kelas L P Jumlah

1 VII A 20 27 47

2 VII B 22 24 46

3 VIII A 20 21 41

4 VIII B 20 20 40

5 VIII C 21 22 43

6 IX A 15 18 33

7 IX C 18 14 32


(48)

B. Analisa dan Intersprestasi Data

Data Analisis data merupakan bagian penting dalam metode penelitian untuk memberikan arti dan makna dalam menjabab masalah penelitian. Seperti yang telah dikemukan pada bab sebelumnya, salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan metode angket, untuk memperoleh data tentang Implementasi Sistem Pembiayaan Pendidikan.

Angket yang disusun berdasarkan pokok penelitian dan indikator dari variabel yangditeliti, yaitu dengan sistem pembiayaan yang diterapkan, proses pelaksanaan sistem pembiyaan pendidikan, perencanaan pembiayaan, pengelolaan, pelaksanaan, kendalala, pertanggungjawaban dan keterlibatan guru dalam Imlementasi sistem pembiayaan pendidikan.

Data yangdikumpulkan dari hasil angket yang disabarkan kepada guru,Diolah dengan menggunakan rumus distribusi prosentasi. Maksud dari pengelolaan tersebut agar data yang di peroleh dapat memberikan arti dan penjelasan untuk memudahkan menganalisisa dari hasil penelitian tersebut, maka setiap item disebutkan suatu tabulasi yang disesuaikan dengan teknik analisa data sehingga dengan demikian dapat ditarik kesimpulan dari masalah yang diteliti.

Untuk lebih jelas dapat diperhadikan tabel berikut :

1. Sistem Perencanaan yang diterapkan disekolah. Tabel 4. 4

Mengetahui Sistem Perencanaan Pendidikan

No Item Alternatib Jawaban F %

1 Selalu 13 52

Sering 5 20

Kadang-kadang 5 20

Pernah 2 8

Tidak pernah - -

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 52 % responden menyatakan bahwa mengetahui sistem perencanaan pembiayaan pendidikan. Sementara 20% sering, 20% menyatakan kadang-kadang, dan 8%


(49)

menyatakan pernah. Dengan demikian 72% menyatakan mengetahui sistem pembiayaan pendidikan di sekolah.

Tabel 4.5

Sekolah memberikan pengarahan sebelum melakasanakan pembiayaan

No Item Alternatib Jawaban F %

2 Selalu 12 48

Sering 8 32

Kadang-kadang 3 12

Pernah 2 8

Tidak pernah - -

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 48 % responden menyatakan bahwa sekolah memberi pengarahan sebelum pelaksanaan pembiayaan pendidikan. Sementara 32 % sering, 12 % menyatakan kadang-kadang, dan 8% menyatakan pernah. Dengan demikian 80 % menyatakan sekolah memberikan pengarahan sebelum pelaksanaan pembiayaan.

Kepala sekolah adalah admistrator oleh karena itu dalam setiap kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan berkaitan dengan proses implementasi sistem pembiayaan pendidikan perlu diberi pengarahan soal Biaya pendidikan harus dikelola dengan baik, yang dimulai dari kegiatan pengalokasian biaya dan sumberdaya pendidikan untuk kegiatan oprasional terutama yang terkait dengan proses belajar-mengajar agar dapat dipergunakan secara efektif dan efesien.

Tabel 4. 6

Kepsek menghargai pendapat bawahan

No Item Alternatib Jawaban F %

3 Selalu 14 56

Sering 5 20

Kadang-kadang 4 16

Pernah 2 8

Tidak pernah - -

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 56 % responden menyatakan bahwa sekolah memberi pengarahan sebelum pelaksanaan


(50)

pembiayaan pendidikan. Sementara 5 % sering, 20 % menyatakan kadang-kadang, dan 8 % menyatakan pernah. Dengan demikian 80 % menyatakan. Kepala sekolah dalam menyikapai pendapat bersikaf demokratis.

Masukan mapun kritikan dari para guru untuk kepala sekolah bersifat membangun baik untuk kepenting kepala sekolah sendiri maupun untuk kepentingan sekolah, namun adakalanya pendapat dapat menimbulkan kontrak atau masalah internal, oleh karena itu perlu adanya penyaringan yang cukup selektif agar pihak sekolah dapat menerima berbagai masukan yang positif serta membangun.

Tabel 4. 7

Membuat RAPBS Sebelum memulai KBM

No Item Alternatib Jawaban F %

4 Selalu 8 32

Sering 5 20

Kadang-kadang 8 32

Pernah 4 16

Tidak pernah - -

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 32 % responden menyatakan bahwa sekolah memberi pengarahan sebelum pelaksanaan pembiayaan pendidikan. Sementara 20 % sering, 32 % menyatakan kadang-kadang, dan 4 % menyatakan pernah.

Sebelum memasuki tahun ajaran baru, kepala sekolah dan guru bersama orang tua bersama oarang tua (Pengurus BP3) biasanya mengadakan rapat untuk menyusun rencana kegiatan sekolah, meliputi kegiatan akdemik dan kegiatan admistratif dan besarnya biaya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan tersebut. Rancangan tersebut dituangkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah.


(51)

Tabel 4.8 Pengorganisasi

No Item Alternatib Jawaban F %

5 Selalu 12 48

Sering 4 16

Kadang-kadang 7 28

Pernah 2 8

Tidak pernah - -

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 48 % responden menyatakan bahwa sekolah memberi pengarahan sebelum pelaksanaan pembiayaan pendidikan. Sementara 16 % sering, 28 % menyatakan kadang-kadang, dan 8 % menyatakan pernah.

Ketika proses pengorganisasian para guru memang pasti mendapatkan tugas mengajar sesuai dengan kompetensi serta bidangnya masing-masing. Bahkan ada sebagian guru ada yang menjabat sebagai wakil kepsek, Waka Kurikulum, Wali Kelas sehingga dalam melakukan sistem pembiayaan guru yang menjabat menjadi salah satu bagian dalam perencanaan.

Tabel 4.9

Keterlibatan dan Pengelolaan

No Item Alternatib Jawaban F %

6 Selalu 12 48

Sering 7 28

Kadang-kadang 2 8

Pernah 3 12

Tidak pernah 1 4

Jumlah

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 48 % responden menyatakan bahwa sekolah memberi pengarahan sebelum pelaksanaan pembiayaan pendidikan. Sementara 28 % sering, 8 % menyatakan kadang-kadang, 12 % menyatakan pernah dan yang menyatakan tidak 4 %, mereka yang terlibat dalam proses pengelolaan pembiayaan pendidikan hanyalah guru yang menjabad bidang tertentu.


(52)

Tidak semua guru terlibat dalam dalam pengelolan sistem pembiayaan dikarenakan tugs dan kewajiban guru-guru berbeda dan tidak semua guru masuk dalam struktur sekolah.

Tabel 4.10

Memantau Kegiatan Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan

No Item Alternatib Jawaban F %

7 Selalu 6 24

Sering 6 24

Kadang-kadang 8 32

Pernah 4 16

Tidak pernah - -

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 24 % responden menyatakan bahwa sekolah memberi pengarahan sebelum pelaksanaan pembiayaan pendidikan. Sementara 24 % sering, 32 % menyatakan kadang-kadang, dan 4 % menyatakan pernah

Tabel 4.11

Berpartisifasi dalam penyusunan RAPBS

No Item Alternatib Jawaban F %

8 Selalu 11 44

Sering 7 28

Kadang-kadang 5 20

Pernah 2 8

Tidak pernah - -

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 44 % responden menyatakan bahwa sekolah memberi pengarahan sebelum pelaksanaan pembiayaan pendidikan. Sementara 28 % sering, 20 % menyatakan kadang-kadang, dan 8 % menyatakan pernah


(53)

2. Pengelolan Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan Tabel 4.12

Sumber Pembiayaan dikelola dengan baik

No Item Alternatib Jawaban F %

9 Selalu 11 44

Sering 7 28

Kadang-kadang 5 20

Pernah 2 8

Tidak pernah - -

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 44 % responden menyatakan bahwa sekolah memberi pengarahan sebelum pelaksanaan pembiayaan pendidikan. Sementara 28 % sering, 20 % menyatakan kadang-kadang, dan 8 % menyatakan pernah.

Sumber pembiayaan yang baik adalah pembiayaan yang dilihat dari bagaimana sekolah melakukan kegiatan yang menunjang akademik maupun non akademik yang dapat menarik minat masyarakat serta kwalitas layanan yang diberikan oleh sekolah kepada masyarakat, sehingga masyarakat sebagai pelanggan sekolah menentukan pilihannya.

Tabel 4.13

Pengelolan Pembiayaan

No Item Alternatib Jawaban F %

10 Selalu 12 48

Sering 5 20

Kadang-kadang 5 20

Pernah 3 12

Tidak pernah - -

Berdasarkan tabel 4.13 mengetahui bahwa 48% responden menyatakan bahwa sekolah malksanakan pengelolaan pendidikan dengan baik berdasarkan RAPBS. Sementara 20 persen sering, 20% menyatakan kadang-kadang, dan 12 persen menyatakan pernah.


(54)

Tabel 4.14

Melaksanakan Pengelolaan Pembiayaan

No Item Alternatif Jawaban F %

11 Selalu 14 56

Sering 5 20

Kadang-kadang 5 20

Pernah 1 4

Tidak pernah - -

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 56 % responden menyatakan bahwa Selalu Melaksanakan Pengelolan Pembiayaan pembiayaan pendidikan. Sementara 20 % sering, 20 % menyatakan kadang-kadang, dan 4 % menyatakan pernah

Tabel 4.15

Pembiayaan Pendidikan di Pertanggungjawabkan

No Item Alternatif Jawaban F %

12 Selalu 15 56

Sering 5 20

Kadang-kadang 3 12

Pernah 2 4

Tidak pernah - -

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel di atas bahwa pembiayaan pendidikan perlu dipertanggungjawabkan 56% selalu, 20% sering, 12% kadang-kadang, dan 4% pernah.

Proses pertanggung jawabkan diberika kepada yayasan serta sekolah sedangkan dana yang diperoleh dari pemerintah dipertanggung jawabkan kepada pemerintah.

Tabel dibawah ini mengetahui tentang kendala pada pelaksanaan pembiayaan


(55)

Tabel 4.16

Kendala pada Pelaksanaan Pembiayaan

No Item Alternatif Jawaban F %

13 Selalu 14 56

Sering 6 24

Kadang-kadang 5 20

Pernah - -

Tidak pernah - -

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 56 % responden menyatakan bahwa sekolah memberi pengarahan sebelum pelaksanaan pembiayaan pendidikan. Sementara 20% sering, 24 % menyatakan kadang-kadang.

Dalam setiap pelaksanan pembiayaan, kendala pasti ada nanum setiap kendala tergantung pada situasi serta kondisi yang ada disekolah. Namun pelaksanaan pembiayaan biaya selalu berkaitan dengan pembiayaan entah biaya yang di dapat dari pemerintah maupun dari masyarakat.

Tabel 4.17 Proses Pelaporan Biaya

No Item Alternatif Jawaban F %

14 Selalu 11 44

Sering 5 20

Kadang-kadang 7 28

Pernah 2 8

Tidak pernah - -

Jumlah 25 100

Di lihat dari data tabel 4.17 yang menyatakan bahwa bapak/ibu guru mengetahui proses pelaporan pembiayaan pendidikan dan yang menyatakan bahwa 44 % responden menyatakan bahwa sekolah melakukan pelaporan biaya kepada yang bersabgkutan. Sementara 20 % sering, 28 % menyatakan kadang-kadang, dan 8 % menyatakan pernah


(56)

Proses pelaporan biasanya dipertanggung jawabkan kepada yayasan serta sekolah sedangkan dana yang diperoleh dari pemerintah dipertanggung jawabkan kepada pemerintah.

Tabel 4.18

Pengalokasian Pembiayaan Sesuai KBM

No Item Alternatif Jawaban F %

15 Selalu 13 52

Sering 5 20

Kadang-kadang 5 20

Pernah - -

Tidak pernah 2 8

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 52 % responden menyatakan selalu melakukan pengalokasian biaya dengan KBM yg berlangsung. Sementara 20 % sering, 20 % menyatakan kadang-kadang, dan 8 % menyatakan tidak pernah.

Ketika KBM dilaksanakan maka proses pembiayaan harus disesuikan dengan kegiatan yang sudah di rencanakan dalam RAPBS. Karena dalam kegiatan KBM banyak mengeluarkan biaya yang harus terpenuhi semua kegiatan yang mendukung KBM.

Tabel 4.19

Pengalokasian Pembiayaan Terbesar

No Item Alternatif Jawaban F %

16 Selalu 10 40

Sering 6 24

Kadang-kadang 7 28

Pernah 2 8

Tidak pernah - -

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 40 % responden menyatakan bahwa sekolah mengalokasian biaya terbesar adalah untuk KBM. Sementara 24 % sering, 28 % menyatakan kadang-kadang, dan 8 % menyatakan pernah


(57)

Dalam pengalokasian pembiayaan terbesar adalah pada kegiatan KBM karan kegiatan ini mencakum semua bakat dan minat siswa sehingga siswa memiliki kemampuan belajar dengan baik dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung dalam setiap aktifitas siswa disekolah

3. Controling ( Pengawasan )

Tabel 4.20 Kegiatan yang Diawasi

No Item Alternatif Jawaban F %

17 Selalu 14 56

Sering 8 22

Kadang-kadang 2 8

Pernah 1 4

Tidak pernah - -

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 56 % responden menyatakan bahwa setiap kegiatan diawasi. Sementara 22 % sering, 8 % menyatakan kadang-kadang, dan 4 % menyatakan pernah

Dalam setiap kegiatan pasti diawasi awal tidak langsung karena kegiatan disekolah sangan mendukung bagus atau tidaknya sekolah itu sehingga menimbulkan simpatik bagi masyarakat untuk memilih sekolah tersebut.

Tabel 4.21

Kordonasi antara Pengawas dan Sekolah

No Item Alternatif Jawaban F %

18 Selalu 6 24

Sering 7 28

Kadang-kadang 7 28

Pernah 5 20

Tidak pernah - -

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel 4.21 mengetahui bahwa 24 % responden menyatakan bahwa sekolah berkordinasi dengan pengawas. Sementara 28 % sering, 28 % menyatakan kadang-kadang, dan 20 % menyatakan pernah


(58)

Dalam setiap pengawasan dilakukan kordinasi antara sekolah dan petugas karna dengan adanya kordinasi semua kegiatan sekolah berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapakan.

Tabel 4.22

Mengetahui Kapan Kegiatan Pengawasan

No Item Alternatif Jawaban F %

19 Selalu 5 20

Sering 12 28

Kadang-kadang 5 20

Pernah 2 8

Tidak pernah - -

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel 4.22 mengetahui bahwa 20 % responden menyatakan bahwa sekolah mengetahui kapan kegiatan pengawasan dilakukan. Sementara 28 % sering, 20 % menyatakan kadang-kadang, dan 8 % menyatakan pernah

Setiap guru yang ada disekolah tidak semua mengetahui kapan kegiatan pengaeasan dilakukan hanya guru-guru tertentu yang mengetahui kegiatan pengawasan titu dilakukan dan biasanya kegiatan ini dilakuakn 2 kali dalam satu semester.

Tabel 4.23

Pengawasan di Lakukan Secara Berkala

No Item Alternatif Jawaban F %

20 Selalu 9 36

Sering 8 32

Kadang-kadang 5 20

Pernah 2 8

Tidak pernah 1 4

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 36 % responden menyatakan bahwa pengawasan dilakukan dengan secara berkala. Sementara 32 % sering, 20 % menyatakan kadang-kadang, dan 8 % menyatakan pernah

Dapat dilihat dari proses kegiatan bahwa pengawasan dilakukan secara berkala karena tidak mungkin pengawasan itu dilakukan setiap saat karna


(59)

mengingat waktunya tapi setelah kegiatan dilakukan diadakan evaluasi untuk mengetahuai hal-hal apa yang sudah dikerjakan.

4. Sumber Dana Pembiayaan Pendidikan Tabel 4.24

Sumber Pembiayaan Pendidikan

No Item Alternatif Jawaban F %

21 Selalu 10 40

Sering 6 24

Kadang-kadang 5 20

Pernah 3 12

Tidak pernah 1 4

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 40 % responden menyatakan bahwa sumber pembiayaa pendidikan berasal dari pemerintah dan siswa . Sementara 24 % sering, 20 % menyatakan kadang-kadang, dan 12 % menyatakan pernah

Tingkat kepuasan masyarakat ini akan ikut menentukan besar-kecilnya pran yang akan diberikan masyarakat kepada sekolah. Di sisi lain, untuk dapat melakukan kegiatan yang dapat memberikan layanan yang baik dan memuaskan masyarakat, diperlukan dana yang cukup dan kemampuan personil yang baik. Untuk ini lah kepala sekolah perlu untuk merencanakan sumber dana mana saja yang dapat digali untuk kegiatan sekolah sesuai dengan rencana. Sekolah mempunyai sumber dana dari masyarakat dan dari pemerintah. Biaya yang berasal dari pemerintah menjadi andalan bagi sekolah dengan adanya dana BOS akan tetapi biaya yang berasal dari masyarakat juga sangat membantu terbentuknya layanan yang baik

Tabel 4.25

Proses Pengalokasian Pembiayaan

No Item Alternatif Jawaban F %

22 Selalu 9 36

Sering 3 12

Kadang-kadang 12 48

Pernah 1 4

Tidak pernah - -


(60)

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 48 % menyatakan kadang-kadang, 36 % responden menyatakan selalu melakukan proses pengalokasian pembiayaan pendidikan. Sementara 12 % sering, , dan 4 % menyatakan pernah.

Pimpinan sekolah harus memeriksa dengan cermat setiap RAPBS, sehingga alokasi anggaran hanya membiayai kegiatan sekolah yang tercantum di dalam rencana kegiatan yang telah disusun, kecuali dalah hal yang sangat insidental, rencana kegiatan dapat dilakukan revisi untuk disesuikan dengan perubahan yang terjadi.

Tabel 4.26 Partisifasi Guru

Proses Pengalokasian Pembiayaan

No Item Alternatif Jawaban F %

23 Selalu 6 24

Sering 6 24

Kadang-kadang 9 36

Pernah - -

Tidak pernah 2 8

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel di atas mengetahui 36 % menyatakan kadang-kadang 24 % responden menyatakan selalu bahwa melaksanakan proses pengalokasian pembiayaan pendidikan. Sementara 24 % sering, dan 8 % menyatakan tidak pernah

Dalam hal pelaksanaan pengelolan pembiayan partisifasi guru dan komitesekolah sangat dibutuhkan karena semua bertangung jawab dalam kegiatan sekolah

Tabel 4.27

Pengalokasian Pembiayaan Tepat Sasaran

No Item Alternatif Jawaban F %

24 Selalu 8 32

Sering 8 32

Kadang-kadang 5 20

Pernah 3 12

Tidak pernah 1 4


(61)

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 32 % responden menyatakan selalu melakukan pengalokasian pembiayaan tepat sasaran. Sementara 32 % sering, 20 % menyatakan kadang-kadang, 12 % menyatakan pernah dan 4% menyatakan tidak pernah.

Antara alokasi dengan jenis kegiatan harus sama, artinya apa yang tertuang di dalam mata anggaran merupakan gambaran dari semua kegiatan sekolah yang dilakukan pada tahun ajaran.

5. Evaluasi Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan Tabel 4.28

Mengetahui Pelaksanaan Evaluasui

No Item Alternatif Jawaban F %

25 Selalu 9 36

Sering 5 20

Kadang-kadang 9 36

Pernah 1 4

Tidak pernah 1 4

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel di atas mengetahui bahwa 36 % responden menyatakan selalu mengetahui pelaksanaan evaluasi di sekolah. Sementara 20 % sering, 36 % menyatakan kadang-kadang, 4 % menyatakan pernah dan 4%menyatakan tidak pernah.

Tabel 4.29 Pelaksanaan Evaluasi

No Item Alternatif Jawaban F %

26 Selalu 13 52

Sering 6 24

Kadang-kadang 4 16

Pernah 2 8

Tidak pernah - -


(1)

59

4 4 4 5 5 5 3 4 5 97

5 5 5 4 4 2 5 5 4 96

3 2 5 5 3 4 3 3 4 95

5 4 3 3 3 3 4 4 4 95

4 5 4 3 4 3 5 3 5 94

5 3 3 5 1 5 3 4 5 95

5 3 5 5 5 3 5 5 4 98

4 3 5 4 5 4 5 5 4 97

4 4 5 5 5 4 2 4 5 99

5 3 4 3 4 4 5 5 4 115


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)