biaya pendidikan dan penerimaan pemerintah tersebut ditentukan oleh aparat keuangan pemerintah ditingkat pusat maupun daerah yang
dipertimbangkan berdasarkan atas proritas-proritas pendidikan dibandingkan dengan kegiatan pemerintah dibidanglain. Pengeluaran
untuk pendidikan dapat diperbesar hanya bila penerimaan pemerintah meningkat atau bila bagian yang diperuntukan pendidikan
ditingkatkan, namun hal ini keduanya tidak gampang dilaksanakan dinegara-negara yang sedang berkembang, karena terbatasnya
kapasitas perpajakan, belum berkembangnya sistim fiscal serta banyaknya kebutuhan disemua bidang lain.
b. Penghasilan Pemerintah khususnya diperuntukan Pendidikan.
Meskipun itu merupakan dari penerimaan pemerintah, perlu dipisahkan dalam pembahasan ini. Termasuk dalam golongan ini
bantuan atau pinjaman luar negri yang diperuntukan untuk pemerintah, seperti UNICEF atau UNESCO, pinjaman dari Bank Dunia dan
Sebagainya usaha khusus pemerintah untuk mengumpulkan dana pemerintah seperti pajak-pajak khusus yang sebagian atau seluruh
hasilnya diperuntukan sekolah.
c. Iuran Sekolah
Yang termasuk dalam golongan ketiga ini ialah pembayaran orangtua murid langsung kepada sekolah, berdasarkan jumlah anak
mereka yang dididik disekolah tersebut. Keputusan mengenai sekolah yang mana anak mereka akan didik da apakah iuran disekolah itu akan
dibayar adalah hak orangtua murid, walaupun jmlah iuran itu biasaya itentukan oleh pemerntah, sekolah atau yayasan. Peranan orang tua
murd dala menentukan jumlah-jumla itu biasanya terbatas kepada keanggotaan badan sekolah, yayasan, POMG, dan sebagainya.
d. Sumbangan-sumbangan Sukarela Lainnya.
Sumbangan sukarela termasuk sumbangan perseorangan, sumbangan dari masyarakat, panti derma atau badan agama baik dalam
negeri maupun luar negeri, berupa uang tunai, barang atau jasa, hadiah-
hadiah, pinjaman dan segala usaha sekolah untuk mengumpulan dana sifat smbangan tersebut peningkatan smber pembiayaan ini tergantung pada
keinginan dan kemampuan masyarakat untuk memajukan pendidikan dan pada tim dapat mendorong oleh pemerintah, umpamanya keringan pajak
atau dana imbangan.
11
Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 dan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dana pendidikan selain gaji pendidikan dan
biaya pendidikan kedinasan mendapat alokasi minimal 29 dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Daerah APBN dan APBD.
Pembiayaan pendidikan sebesar 20 itu memang seharusnya dipenuhi dari anggaran belanja dan bukan dari anggaran pendapatan. Selanjutnya, hal
yang perlu dilakukan adalah menjabarkan anggaran pendapatan 20 tersebut sesuai dengan jalurnya. Hal ini dapat dilihat gambar dibawah ini:
Dalam situasi bagaimana pun, negara tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya terhadap pembiayan pendidikan. Pada sisi lain, negara
melalui pemerintah harus terus mensosialisasikan pembiayaan pendidikan dengan mengacu pada standar baku, terutama tentang komponen pendidikan,
proses-mengajar, kurikulum, dan target kompetensi lulusan. Pembiayaan pendidikan harus ditata penggunaannya karena selain
dari dana APBNAPBD, dana pendidiakn juga bisa dipungut dari masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan. Dana yang bersumber
dari APBN dan masyarakat harus diatur tentang pemungutannya, bagaimana menggunakannya, kemudian mempertanggungjawabkannya.
Pengaturan tetang pengelolaan pembiayaan pendidikan agar memiliki dasar hukuman yang kuat perlu diatur setingkat Peraturan Pemerintah PP.
12
11
Departemen Pendidikan, Sumber-sumber Pembiayaan,Jakarta: Diktorat Jendral Kebudayaan dan badan Pengembangan Pendidikan, hal21-23
12
Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan, Jakarta: Penerbit Erlangga, hal. 162