Interval antara panen yang satu dengan panen yang lainnya akan menjadi satu jaminan hidup bagi petani karena dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari- hari
petani tetap dapat menunggu dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini akan menjadi faktor yang sangat penting dan menguntungkan bagi petani untuk lebih
cenderung menanam Kopi Arabika. Dan dengan adanya interval panen yang relatif singkat dapat menjamin petani dapat melakukan pemeliharan tanaman kopi
yang teratur dengan adanya ketersediaan dana untuk biaya penyediaan input produksi.
Intensitas panen yang lebih tinggi pada Kopi Arabika juga akan berpengaruh pada jumlah produksi dalam satu tahun yang lebih tinggi. Dan intensitas panen yang
lebih tinggi juga mengakibatkan penggunaan tenaga kerja yang lebih besar untuk panen dengan jam kerja untuk panen yang lebih besar. Namun dalam pengolahan
meskipun intensitas panen yang lebih tinggi penggunaan jam kerja pasca panen masih lebih tinggi pada pengolahan Kopi Robusta. Sehingga petani tetap lebih
tertarik dalam pengusahaan Kopi Arabika sehingga keputusan dalam alih fungsi usaha tanaman perkebunan Kopi Robusta ke Kopi Arabika dianggap sebagai
keputusan yang tepat.
5.1.3. Harga Jual
Harga jual yang dimaksud yaitu harga yang diterima petani atau harga yang berada di tingkat produsen. Pada umumnya harga Kopi Arabika lebih tinggi
dibandingkan dengan harga Kopi Robusta, karena permintaan akan Kopi Arabika jauh lebih tinggi baik domestik maupun internasional.
Universitas Sumatera Utara
Harga jual kopi Arabika yang lebih tinggi dibanding kopi Robusta menjadi satu faktor yang menjadi penarik bagi petani untuk melakukan alih fungsi usaha
perkebunan. Dengan beda harga rata- rata sekitar Rp 2.500. Namun meski perbedaan harga tersebut relatif kecil namun jika petani menjual dalam volume
yang besar maka dampak nya juga sangat lah besar. Dan bagi petani beda harga yang sedikit juga sangat lah berarti. Dan ini akan berdampak ke penerimaan usaha
tani. Harga jual kopi rata- rata Kopi Arabika Rp 17.716 Sedangkan untuk tanaman
Kopi Robusta rata-rata Harga Jual Kopi Robusta sekitar Rp 15.333. Terlihat juga nilai tingkat signifikansi Sig. 2 –tailed rata-rata harga jual adalah 0,000. Karena
nilai Signifikansinya 0,000 0,05, dan nilai t tabel 8,14 t hitung 2,001717 maka H
tolak dan H
1
terima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata pada Harga Jual antara Kopi Arabika dan Kopi
Robusta. Di daerah penelitian masyarakat menjual hasil panennya pada pedagang yang
berbeda namun harga relatif sama, sehingga petani tidak terlalu mempermasalahkan untuk menjual ke pedagang yang mana saja, namun ada
kecenderungan pada petani untuk menjual dengan sistem langganan kepada pedagang yang sama karena merasa sudah dekat dan percaya terhadap pedagang
tersebut. Pedagang pengumpul akan datang ke tempat tinggal petani biasanya di hari sabtu.
Sehingga petani selalu mengatur semua jam kerja dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai kondisi panen dengan tujuan dapat memasarkan hasil produksi
Universitas Sumatera Utara
pada hari tersebut. Pedagang akan menentukan harga sesuai dengan kondisi biji kering kopi milik petani dengan penilaian secara sederhana saja. Untuk pemasaran
hasil petani tidak mengalami kesulitan dikarenakan pedagang pengumpul selalu menampung setiap hasil usaha tani petani di daerah penelitian.
Perbedaan harga antara Kopi Robusta dan Kopi Arabika diakibatkan permintaan
Kopi Arabika lebih tinggi baik domestik maupun internasional. Harga jual yang berbeda di antara petani diakibatkan pada perbedaan kualitas biji yang dihasilkan,
misalnya biji ada yang rusak, biji yang masih banyak terdapat sisa kulit buah tidak bersih, biji yang pecah akibat penggilingan yang tidak tepat dan biji yang
sudah berwarna kusam. Secara umum perubahan harga Kopi Arabika di daerah penelitian tidak terlalu
berfluktuasi atau dapat dikatakan harga relatif stabil. Harga yang diterima petani masih berada dalam kisaran yang wajar sehingga petani tidak pernah mengalami
kerugian dengan mengusahakan komoditi ini. Jika dalam kondisi petani merasa harga yang turun maka petani mengatasinya dengan mengupayakan penggunaan
tenaga kerja yang hanya tenaga kerja dalam keluarga sehingga dapat meminimalisasi biaya.
Dengan adanya perbedaan ini maka para pedagang memberlakukan harga yang
berbeda meskipun standard yang digunakan oleh pedagang tidak sama atau tidak baku. Petani juga menyadari jika kopi yang akan dijual memiliki kualitas yang
rendah atau pun banyak biji yang rusak sehingga pada saat pedagang membedakan harga jual untuk hasil usaha tani nya petani dapat menerima nya
dengan baik. Karena pada saat panen pun petani secara kasat mata mengetahui
Universitas Sumatera Utara
bahwa kualitas kopi yang sedang dipanen sudah menurun misalnya dengan melihat buah kopi banyak yang terserang lalat buah. Demikian halnya pada saat
petani melakukan pengolahan pasca panen, maka setiap kualitas perlakuan yang dilakukan petani pada setiap tahapan pengolahan akan mempengaruhi kualitas
kopi yang akan dipasarkan.
5.1.4. Waktu Kerja Usaha Tani