1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan yaitu faktor apa saja yang merupakan pendorong dan penarik petani melakukan alih
fungsi lahan dari tanaman Kopi Robusta ke tanaman Kopi Arabika.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor- faktor
pendorong dan penarik petani melakukan alih fungsi usaha dari tanaman Kopi Robusta ke tanaman Kopi Arabika.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian dalam hal ini diharapkan dapat berguna antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai bahan informasi dan masukan berupa pemikiran bagi setiap orang yang terkait dalam pengalihan lahan Kopi Robusta ke tanaman Kopi Arabika
secara khusus kepada petani di daerah penelitian. 2. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa khususnya di Jurusan Agribisnis.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dengan adanya kebijakan yang berpihak kepada petani sehingga keputusan petani dalam alih fungsi usaha
perkebunan menjadi keputusan yang tepat.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Kopi Arabika di Indonesia dengan luasan hanya 3,6 dari luas areal kopi, sedang
ditinjau letak geografisnya adalah merupakan daerah potensi tanaman Kopi Robusta dan Arabika. Produktivitas kopi rata-rata masih rendah, yaitu sekitar 564
KgHa. Selain itu kopi Indonesia umumnya dikenal mempunyai cita rasa yang rendah. Peningkatan produksi kopi dapat dilakukan melalui intensifikasi
pengelolaan kebun yang sudah ada, konversi dari komoditas lain menjadi kopi, serta pengembangan kopi di lahan baru. Upaya tersebut perlu didasari dengan
pengetahuan persyaratan lahan, teknis budidaya, maupun cara pengolahan yang tepat agar diperoleh mutu hasil yang baik, sehingga pekebun dapat memperoleh
harga yang tinggi Anonimus
1
, 2012. Jenis kopi yang tumbuh di sebagian besar Provinsi Sumatera Utara adalah
Arabika. Kabupaten penghasil Kopi Arabika terbaik dari Indonesia berada di Kabupaten Tapanuli Utara – Kopi Lintong, Kabupaten Mandailing-Kopi
Mandailing, dan Kabupaten Gayo-Kopi Gayo. Dari hasil pengamatan penulis terdapat dua kabupaten yang banyak mengalami perluasan areal perkebunan kopi
yaitu Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Samosir. Pada tahun 2006 luas areal perkebunan kopi di Sumatera Utara sekitar 51.044 hektar dengan jumlah produksi
mencapai 41.709 tontahun Panggabean, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Najiyati 2008, Lebih dari 90 tanaman kopi di Indonesia diusahakan oleh rakyat. Umumnya, tanaman kopi rakyat sudah berumur cukup tua sehingga
tidak produktif lagi. Penerapan teknologi pun masih sederhana. Sehingga produksi dan mutunya rendah. Untuk mengatasi hal ini maka langkah yang perlu ditempuh
oleh petani sebagai berikut: 1. Mengembangkan varietas Kopi Arabika unggul pada lahan yang sesuai.
2. Mengganti tanaman tua dengan tanaman muda varietas unggul yang dianjurkan peremajaan
3. Menerapkan teknik budidaya yang benar, baik sistem penanaman, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, maupun
pengaturan naungan 4. Menerapkan sistem pemanenan dan pengolahan yang benar, baik cara
pemetikan, pengolahan, pengeringan maupun sortasi. Perbedaan antara Kopi Robusta dan Arabika adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Perbedaan Kopi Arabika dan Kopi Robusta
Perbedaan Kopi Arabika
Kopi Robusta
Tahun Ditemukan
1753 1895
Kromosom 2n
44 22
Waktu dari berbunga sampai berbuah
9 bulan 10-11 bulan
Berbunga Setelah hujan
Tidak tetap
Buah Matang
Jatuh Dipohon
Akar
Dalam Dangkal
Temperatur optimalrata-
ratatahun
15-24 C
24-30 C
Universitas Sumatera Utara
Curah Hujan optimal
1500-2000mm 2000-3000 mm
Kandungan Kafein
0,8-1,4 1,7-4,0
Bentuk Biji
Datar Oval
Karakter Rebusan
Asam Pahit
Sumber: ICO, 2008 Tercatat, panen kopi 2011 turun menjadi 633.991 ton dibanding panen 2010 yang
mencapai 686.921 ton. Angka panen itu akan mempengaruhi produktivitas lahan pada 2011 yang hanya memproduksi 672 kilogram per hektar. Padahal pada 2010
mencapai 780 kilogram per hektare. Sesuai data Direktorat Jenderal Perkebunan melengkapi pencapaian panen pada 2011 sebanyak 487.230 adalah kopi jenis
Robusta. Sementara sisanya jenis Arabika. Kopi Arabika mengalami pertumbuhan yang lebih signifikan dibanding Robusta. Jenis Arabika mampu tumbuh 9,93 per
tahun sedangkan Robusta hanya 3,58 Purwo,2012. Ketepatan waktu panen sangat berpengaruh terhadap mutu kopi yang dihasilkan.
Oleh sebab itu kopi harus dipanen pada tingkat kematangan yang tepat. Tingkat kematangan yang tepat ditandai dengan buah yang telah berwarna merah terang.
Iklim dan jenis kopi mempengaruhi masa pembungaan sehingga waktu panen juga dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut Tim Karya Tani Mandiri, 2010.
Menurut Nurul 2008, untuk menghasilkan produk yang baik maka diperlukan
tenaga kerja wanita untuk melakukan grading yaitu memilih kopi tersebut sesuai dengan kelasnya. Untuk grading Kopi Arabika dengan kadar kering 13
berdasarkan kualitas di Sumatera Sumatera Utara dan Dataran Tinggi Gayo NADadalahsebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Grade Kopi Arabika di Sumatera Grade
Nilai 1
0-11
2 12-25
3 26-44
4a
45-60
4b
61-80
5
81-150
6
151-225 Sumber: Tim Karya Tani Mandiri, 2010
Dalam buku Tim Karya Mandiri 2011, yang berjudul Pedoman Budidaya
Tanaman Kopi dijelaskan bahwa standar mutu diperlukan sebagai tolak ukur
dalam pengawasan mutu dan merupakan perangkat pemasaran dalam menghadapi klaim dari konsumen dan dalam memberikan umpan balik ke bagian pabrik dan
bagian kebun. Standar ini harus dipenuhi agar kopi yang telah diolah oleh pabrik dapat diterima oleh konsumen dan sebagai tolak ukur apakah sudah memenuhi
kriteria yang telah ditentukan atau belum. Standar nasional Indonesia biji kopi menurut SNI No 01-2907-1999 adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Spesifikasi Persyaratan Mutu Biji Kopi
No Jenis Uji
Satuan Persyaratan
1
Kadar air bb Masksimum 12
2
Kadar kotoran berupa ranting, batu, tanah dan benda-benda asing lainnya
Masksimum 0,5
3
Serangga hidup -
Bebas
4 Biji berbau busuk dan berbau mjkapang
- Bebas
Universitas Sumatera Utara
5
Biji ukuran besar, tidak lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 7.5 mm bb
Maksimum lulus 2.5
6
Biji ukuran sedang lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 7.5 mm,tidak lolos
ayakan lubang bulat ukuran diameter 6.5 mm bb
Maksimum lulus 2.5
7 Biji ukuran kecil, lolos ayakan lubang bulat
ukuran diameter 6.5 mm, tidak lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 5,5 mm bb
Maksimum lulus 2.5
Sumber: Star Farm, 2009 Dalam penentuan harga maka kelas mutu adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi harga , semakin sedikit jumlah biji kopi yang cacat maka harganya pun semakin tinggi dan sebaliknya semakin banyak cacat kopi maka harganya
semakin rendah. Pada dasarnya kelas mutu satu dan dua adalah sebagai komoditi ekspor ke luar negeri Saragih, 2007.
Dengan pertimbangan harga jual yang lebih mahal dibanding Kopi Robusta dan
dengan melihat minat yang tinggi di pasaran, pengembangan Kopi Arabika dinilai sangat menguntungkan. Di daerah Sumatera Utara banyak lahan yang cocok untuk
ditanami Kopi Arabika. Sebaiknya pemerintah di masing- masing daerah sentra kopi melirik peluang tersebut. Jika luas areal pertanaman Arabika dikembangkan
sejalan dengan peremajaan Kopi Robusta, maka produksi kopi dalam negeri akan banyak. Dengan kemampuan untuk memproduksi kopi yang meningkat maka
akan memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu negara penghasil kopi Silalahi, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Pakpahan, et.al 1993 dalam Munir 2008, membagi faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan dalam kaitannya dengan petani, yakni faktor tidak langsung dan
faktor langsung. 1. Faktor tidak langsung antara lain perubahan struktur ekonomi, petumbuhan
penduduk, arus urbanisasi dan konsistensi implementasi rencana tata ruang. 2. Faktor
langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan pembangunan sarana transportasi, pertumbuhan kebutuhan lahan untuk industri,
pertumbuhan sarana pemukiman dan sebaran lahan sawah prasarana dan sarana transportasi dan komunikasi yang memadai telah membuka wawasan penduduk
pedesaan terhadap dunia baru di luar lingkungannnya. Dari hasil penelitian Tarwyati 1991, yang berjudul” Evaluasi Proyek Konversi
Tanaman Kopi Menjadi Tanaman Teh” dijelaskan pada proyek konversi tanaman
kopi menjadi tanaman teh menunjukan penggantian atau pembongkaran areal tanaman kopi dan diganti dengan penanaman tanaman teh. Hal ini disebabkan
siklus produksi tanaman kopi sudah mencapai tahap penurunan dengan bertambahnya waktu, dengan kata lain umur tanaman kopi telah tua sehingga
produktivitas tanaman menurun. Penurunan produktivitas kopi akan menurunkan pendapatan dari usaha tanaman kopi sedangkan pendapatan dari tanaman kopi
akan meningkat sejalan dengan peningkatan produktivitas tanaman cateris paribus
. Usaha peremajaan atau konversi tanaman dengan tanaman lain dianggap lebih menguntungkan dalam hal ini adalah tanaman teh.
Berdasarkan hasil penelitian Hutasoit 2010 yang berjudul “ Faktor-Faktor Yang
Melatarbelakangi Petani Mengganti Tanaman Coklat Ke Tanaman Sawit di Desa
Universitas Sumatera Utara
Blok X Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai ” bahwa faktor
yang mempengaruhi alih fungsi lahan adalah modal dan cara kerja, harga sawit yang terus meningkat dan akibat pengaruh adanya masyarakat yang telah
menanam sehingga ada keinginan untuk mengikutinya. Dalam penelitian Purba 2009, yang berjudul” Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun
” faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan dari teh menjadi kelapa sawit yaitu harga teh,
yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap alih fungsi lahan. Berarti penurunan harga teh mengakibatkan peningkatan alih fungsi lahan. Dan pengaruh
harga TBS berpengaruh positif dan signifikan terhadap alih fungsi lahan dan faktor selanjutnya adalah jumlah tenaga kerja. Dimana perubahan alih fungsi
lahan secara langsung merespon ketiga variabel tersebut. Dari hasil penelitian Supriadi 2010 di Desa Kubu, Kecamatan Lawe Alas
Kabupaten Aceh Tenggara, diketahui bahwa faktor penyebab yang paling dominan menjadi faktor penyebab adalah harga, yang selanjutnya pendapatan
yang lebih tinggi, modal, pengetahuan dan pendidikan petani itu sendiri. Pada hasil penelitian Aprianita 2011 “Alih Fungsi Lahan Tebu Menjadi Lahan
Kelapa sawitdi PTPN II Unit Kebun Tandem ”bahwa faktor- faktor yang
mempengaruhi kebun kelapa sawit diganti menjadi tanaman kelapa sawit di PTPN II unit tandem adalah pengaruh tingkat pendapatan. Dimana pendapatan
dipengaruhi oleh rendemen. Dalam hal ini rendemen tebu mengalami penurunan
Universitas Sumatera Utara
6 sedangkan kelapa sawit rendemennya sekitar 22 untu CPO dan PKO sekitar 4.
Pada dasarnya adanya konversi tanaman Kopi Robusta ke Kopi Arabika dilakukan dengan berbagai pertimbangan antara lain adanya perbedaan harga kopi dimana
harga Kopi Arabika lebih tinggi dibandingkan Kopi Robusta secara khusus di pasar dunia. Pada dasarnya secara global komposisi kopi dunia masih didominasi
oleh Kopi Robusta, sedangkan Kopi Arabika hanya mencapai 6 persen. Banyak lahan yang ditanami Kopi Robusta yang sebenarnya sesuai syarat kesesuain lahan
lebih cocok untuk pertanaman Kopi Arabika. Tanaman Kopi Arabika yang merupakan hasil konversi dengan proses penyambungan dapat menghasilkan lebih
awal dibandingkan dengan tanaman kopi yang dihasilkan dari penanaman biji. Harapannya Kopi Arabika dapat mencapai 30 persen dari produksi kopi nasional.
Diasumsikan produksi kopi nasional saat ini 450.000 ton per tahun, dan diharapkan terjadi peningkatan sekitar 30 persen per tahun pada produksi Kopi
Arabika serta selisih harga nominal antara Kopi Robusta dan Kopi Arabika minimal US 1, dengan demikian diharapkan adanya peningkatan devisa hingga
mencapai US 67.500 juta atau sekitar Rp 141.750 milyar. Pendapatan petani juga akan meningkat dengan penanaman Kopi Arabika dibandingkan jika petani
menanam Kopi Robusta Tim Karya Tani Mandiri, 2010.
Untuk peningkatan nilai ekspor komoditi kopi, pemerintah sedang menggalakkan program pengembangan Kopi Arabika yang dikaitkan dengan tanaman Kopi
Robusta. Yaitu dengan melihat lahan areal pertanaman Kopi Robusta yang sesuai untuk pertanaman Kopi Arabika. Dalam artian akan dilakukan perluasan areal
Universitas Sumatera Utara
pertanamanan Kopi Arabika dengan pemanfaatan lahan yang digunakan sebelumnya untuk pertanaman Kopi Robusta.Dimana areal yang sesuai untuk
pertanaman Kopi Arabika yaitu daerah yang memiliki ketinggian tempat 700 m dpl atau lebih. Dimana aspek budidaya Kopi Arabika meliputi pemilihan bahan
tanam, persiapan lahan, penanaman pohon penaung, dan teknik pemangkasan tanaman kopi Anonimus
2
, 2012. Menurut Muljana 2010, bahwa 80 terdiri dari Kopi Arabika dan 20 jenis
Kopi Robusta. Sebenarnya memang ada lagi jenis Kopi Liberika, akan tetapi jenis ini sekarang tidak lagi banyak ditanam oleh orang karena banyak mengandung
rasa asam hingga tidak begitu disukai. Kopi yang banyak ditanam di Indonesia adalah jenis dari Arabika dan Robusta. Akan tetapi sebenarnya jenis kopi tersebut
bukanlah merupakan tanaman asli Indonesia. Asal dari kopi tersebut dari Benua Afrika.
Utomo dkk 1992, mendefinisikan alih fungsi lahan adalah adanya perubahan
pada fungsi lahan dari fungsi sebelumnya baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian dari lahan menjadi fungsi lain yang akan memberikan dampak negatif
baik pada lingkungan maupun pada potensi lahan itu sendiri. Sehingga dilakukan dua pendekatan yang dapat ditempuh untuk tindakan pengendalian proses alih
fungsi lahan yaitu pendekatan secara kelembagaan dan pendekatan secara ekonomi. Adapun pendekatan kelembagaan menyangkut pembuatan larangan alih
fungsi lahan untuk jenis lahan tertentu, sedangkan untuk pendekatan secara ekonomi menyangkut tindakan pemberian insentif bagi petani sehingga petani
tidak menjual lahan mereka kepada para investor.
Universitas Sumatera Utara
Adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran lahan akan
memacu terjadinya alih fungsi lahan dimana permintaan lahan tidak terbatas sedangkan penawaran lahan terbatas. Menurut Barlowe 1978, faktor- faktor
yang mempengaruhi penawaran lahan adalah karakteristik fisik alamiah, faktor ekonomi, faktor teknologi, dan faktor kelembagaan. Selain itu, faktor- faktor
yang mempengaruhi permintaan lahan adalah adalah populasi penduduk, perkembangan teknologi, kebiasaan dan tradisi, pendidikan dan kebudayaan,
pendapatan dan pengeluaran, selera dan tujuan, serta perubahan sikap dan nilai – nilai yang disebabkan oleh perkembangan usia.
Perkembangan luas lahan Kopi Robusta yang semakin menurun 5 tahun terakhir
di daerah penelitian disebabkan oleh beralihnya petani menanam Kopi Arabika karena pengaruh harga Kopi Arabika lebih tinggi, umur tanaman yang singkat.
Dan kebanyakan tanaman Kopi Robusta sudah lebih tua dan tidak ada yang menanamnya lagi hanya melakukan perawatan terhadap tanaman yang masih
ada dan banyak tanaman Kopi Robusta yang ditebang karena tidak produktif Sinaga, 2008.
2.2.Landasan Teori
Alih fungsi lahan atau yang lazimnya disebut konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula seperti yang
direncanakan menjadi fungsi yang lain yang berdampak negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian
perubahan penyesuaian, peruntukan penggunaan disebabkan oleh faktor-faktor
Universitas Sumatera Utara
yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu
kehidupan yang lebih baik Ningrum, 2011. Menurut Nasution dan Winoto 1996 dalam Alamsyah 2010 dikatakan bahwa
secara langsung dan tidak langsung ditentukan oleh faktor: sistem kelembagaan yang dikembangkan masyarakat dan pemerintah dan faktor non lembaga yang
berkembang secara alami di masyarakat. Menurut Suwandi 2002 dalam Prakarsa 2010, bahwa alih fungsi itu pada
dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan situasi ekonomi. Pertumbuhan ekonomi mengakibatkan penggunaan lahan yang lebih luas. Hal ini disebabkan nilai land
rent dari aktivitas yang baru lebih tinggi daripada aktivitas sebelumnya.
I’adjarajani 2001, menjelaskan bahwa alih fungsi lahan pertanian diakibatkan
perubahan kondisi sosial rumah tangga petani tersebut, yang diidentifikasikan dari adanya: 1 perubahan jenis mata pencaharian pokok di bidang pertanian, 2
penurunan konsumsi kebutuhan pokok sehari-hari keluarga, 3 Penurunan kemampuan pemenuhan kebutuhan kesehatan keluarga 4 Penurunan pemenuhan
kebutuhan tempat tinggal keluarga, 5 Penurunan kemampuan pengembangan pendidikan keluarga, 6 Penurunan kemampuan mobilitas.
Wahyunto et al, 2001 dalam Purba 2009 menyatakan bahwa pada dasarnya
perubahan penggunaan lahan tidak dapat dihindari dalam pelaksanaan pembangunan. Perubahan tersebut dapat diakibatkan oleh dua hal. Yang pertama
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan yang kedua untuk memenuhi tuntutan
Universitas Sumatera Utara
kehidupan yang lebih baik. Dan pendapat para ahli menyatakan bahwa perubahan itu cenderung diakibatkan oleh keinginan dan kebutuhan manusia.
Menurut Lestari 2009 dalam Prakarsa 2010 menyatakan bahwa alih fungsi yang merupakan perubahan fungsi seluruh atau sebagian lahan menjadi fungsi
yang lain. Perubahan fungsi ini disebabkan oleh faktor- faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin
bertambah dan hidup yang lebih baik. Dalam kegiatan usaha tani keputusan petani dipengaruhi karakteristik sosial
ekonomi. Pada dasarnya produksi dan pendapatan petani merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Untuk peningkatan pendapatan petani kopi maka
diperlukan suatu tindakan pengelolaan sehingga kegiatan usaha tani dapat dilakukan secara efisien dengan biaya yang diminimalisir. Jika pengelolaan usaha
tani kopi sudah dilakukan dengan benar maka usaha tani kopi akan layak dilakukan secara finansial Rahma, 2012.
Pokok persoalan ekonomi yang dihadapi produsen adalah bagaimana dengan
sumberdaya yang terbatas dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Produsen dikatakan berhasil secara ekonomi apabila usahanya itu rendabel atau
menghasilkan laba. Untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan seorang produsen harus bertindak secara ekonomis, artinya mesti mempertimbangkan
hasil dan pengorbanan. Hasil yaitu produk barangjasa yang dihasilkan yang dinilai dengan uang menurut harga pasar menimbulkan penerimaan. Pengorbanan
yaitu faktor-faktor produksi yang digunakan: bahan tenaga kerja, mesin dan
Universitas Sumatera Utara
peralatan dan sebagainya yang dinilai dalam uang yang menurut harga pasar adalah biaya Gilarso, 2003.
Dalam keputusan memproduksi suatu barang masyarakat selalu dihadapkan pada
masalah yang harus dipecahkan. Masyarakat ekonomi dihadapkan pada pilihan diakibatkan sumberdaya untuk memproduksi suatu barang bersifat terbatas atau
langka. Dengan adanya kendala ataupun keterbatasan ini maka masyarakat harus mempertimbangkan barang atau jasa yang akan diproduksi. Dan tidak hanya jenis
barang atau jasa apa saja yang menjadi pertimbangan bagi masyarakat, tetapi juga menyangkut jumlah yang akan di produksi. Pada kenyataannnya tidak ada
perekonomian yang mampu memproduksi sejumlah yang diinginkan masyarakat. Jika terjadi penambahan jumlah yang diproduksi pada suatu barang jasa maka
akan terjadi pengurangan jumlah pada barang jasa yang lain. Hal ini lah yang menjadi pertimbangan bagi masyarakat dalam mengambil keputusan barang apa
yang akan diproduksi dan berapa jumlah barang tersebut Salvatore, 2006. Menurut Suwandi 2002 dalam Matondang 2011, model klasik dari alokasi
lahan adalah model Ricardo Ricardian Rent. Menurut model ini, alokasi lahan akan mengarah pada penggunaan yang menghasilkan surplus ekonomi land
rent yang lebih tinggi, yang tergantung pada derajat kualitas lahan yang
ditentukan oleh kesuburannya serta kelangkaan lahan. Dalam model Ricardian rent dijelaskan bahwa adanya alokasi penggunaan lahan
ke penggunaan lain dikarenakan adanya perbedaan land rent yang memberikan penggunaan lebih menguntungkan. Oleh karena itu adanya alih fungsi komoditi
yang disebabkan oleh perbedaan land rent komoditi pertanian komoditi pengganti
Universitas Sumatera Utara
yang secara ekonomis dianggap lebih menguntungkan.Dalam model ini dijelaskan adanya alokasi penggunaan lahan dikarenakan adanya perbedaan land rent yang
menghasilkan keuntungan lebih. Dan hal ini adalah pemicu alih fungsi lahan komoditi yang dianggap lebih menguntungkan secara ekonomis.
Menurut Winoto 2005 dalam Prakarsa 2010, hubungan antara land rent yang
dapat dikatakan surplus ekonomi merupakan kelebihan produksi diatas biaya total dan alokasi sumberdaya lahan memiliki hubungan yang sangat erat dikarenakan
adanya kompetisi antara berbagai sektor yang strategis. Jika sektor tersebut memiliki nilai komersial yang tinggi sektor tersebut dikatakan memiliki land rent
yang tinggi dan pada keadaan stategis, sedangkan apabila sektor tersebut memiliki nilai komersial yang rendah dikatakan memiliki land rent yang kecil.
Universitas Sumatera Utara
2.3.Kerangka Pemikiran
Gbr 2. Skema Kerangka Pemikiran
ALIH FUNGSI TIDAK ALIH
FUNGSI
Faktor Pendorong dan Penarik
1. Umur Panen I 2. Intensitas
Panen 3. Perbedaan
Harga Jual 4. Waktu
Pengerjan Usaha Tani
5. Perbedaan Produktivitas
6. Waktu pengeringan
7. Jam Kerja Pasca Panen
8. Biaya Pupuk 9. Pengalaman
Usahatani 10. Luas Lahan
11. Umur Petani 12. Umur
Tanaman Faktor Pendorong dan
Penarik
1. Umur Panen I 2. Intensitas
Panen 3. Perbedaan
Harga Jual 4. Waktu
Pengerjan Usaha Tani
5. Perbedaan Produktivitas
6. Waktu pengeringan
7. Jam Kerja Pasca Panen
8. Biaya Pupuk 9. Pengalaman
Usaha Tani 10. Luas Lahan
11. Umur Petani 12. Umur
Tanaman
Uji Beda Rata-Rata
Universitas Sumatera Utara
Dalam mempertahankan hidupnya penduduk menggunakan lahan sebagai sumberdaya baik dalam pertanian, peternakan, kehutanan, pertambanagan,
perindustrian dan perdagangan, dan lain sebagainya. Sehingga sering terjadi perubahan bentuk penggunaan lahan pertanian yang dilakukan oleh penduduk.
Lahan merupakan input produksi yang sering mengalami konflik diakibatkan
ketersediaan yang terbatas sedangkan kepentingan atau kebutuhan akan lahan yang meningkat dari tahun ke tahun. Lahan merupakan suatu input produksi yang
sangat berpengaruh pada keberlanjutan produksi pertanian . Lahan Kopi Robusta yang luas sangat penting untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal.
Namun seiring dengan alih fungsi lahan Kopi Robusta menjadi lahan Kopi Arabika yang terjadi maka luas lahan Kopi Robusta semakin menurun. Dan hal
ini akan mengakibatkan penurunan produksi Kopi Robusta yang harus diperhitungkan sebagai dampak negatif alih fungsi Kopi Robusta menjadi Kopi
Arabika. Daerah Kecamatan Raya adalah daerah yang produktif untuk usaha tani Kopi
Robusta tetapi saat ini pertanian Robusta mengalami alih fungsi lahan menjadi komoditi Kopi Arabika. Pada daerah ini petani yang pada awalnya menggunakan
lahan nya untuk pertanaman Kopi Robusta kini mengubah fungsi lahan tersebut menjadi areal penananaman Kopi Arabika. Berdasarkan penelitian-penelitian
terdahulu, maka dalam penelitian ini diduga bahwa ada faktor-faktor yang menjadi penarik dan pendorong petani melakukan alih fungsi lahan. Faktor-
faktor tersebut adalah Umur panen I, Intensitas Panen, Perbedaan Harga Jual, Waktu Pengerjaan Usaha Tani, Perbedaan Produktivitas, Waktu Pengeringan ,
Universitas Sumatera Utara
Jam Kerja Pasca Panen, Biaya Pupuk, Pengalaman Usaha Tani, Luas Lahan, Umur Petani, dan Umur Tanman antara Kopi Robusta dan Kopi Arabika.
Dari hal tersebut perlu adanya usaha pemilihan jenis kopi yang mempunyai nilai
ekonomis dan rasa yang relatif baik serta yang tahan terhadap penyakit karat daun. Usaha untuk merebut peluang pasar kopi antara lain dengan pengembangan
tanaman Kopi Arabika melalui kegiatan peremajaan, peluasan dan rehabilitasi tanaman kopi dari Kopi Robusta menjadi Kopi Arabika.
2.4. Hipotesis Penelitian