commit to user 27
2 Sedang, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima 12-
17 persen bagian pendapatan. 3
Rendah, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima lebih dari 17 persen bagian pendapatan.
Mengenai keadaan distribusi pendapatan di beberapa negara, analisanya memberi gambaran mengenai distribusi pendapatan relatif maupun
distribusi pendapatan mutlak. Yang dimaksud distribusi pendapatan relatif adalah perbandingan jumlah pendapatan yang diterima oleh berbagai golongan
penerima pendapatan, dan penggolongan ini didasarkan kepada besarnya pendapatan yang mereka terima. Sementara distribusi pendapatan mutlak
adalah presentasi jumlah penduduk yang pendapatannya mencapai suatu tingkat pendapatan tertentu atau kurang daripadanya. Diantara negara-negara
berkembang terdapat negara-negara yang distribusi pendapatannya lebih baik dari pada distribusi pendapatan rata-rata di negara-negara maju. Dan
sebaliknya, terdapat
negara-negara berkembang
yang masalah
ketidakmerataan pendapatan mereka sangat serius. Keadaan distribusi pendapatan mutlak di berbagai negara berkembang dengan melihat jumlah
penduduk yang menerima pendapatan di bawah ’garis kemiskinan’.
D. Indikator Kemiskinan
Indikator kemiskinan
umumnya menggunakan
kriteria garis
kemiskinan
poverty line
untuk mengukur kemiskinan absolut. Semua ukuran kemiskinan dipertimbangkan berdasarkan pada norma tertentu. Pilihan norma
commit to user 28
tersebut sangat penting terutama dalam hal pengukuran kemiskinan yang didasarkan konsumsi. Garis kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi
consumption-based poverty line
terdiri dari dua elemen, yaitu yang pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi minimum dan
kebutuhan dasar lainnya. Kedua, jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari. Garis kemiskinan yang digunakan setiap negara ternyata berbeda-beda.
Ini disebabkan oleh adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup. BPS menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per
kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan BPS, 1994. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan
patokan 2.100 kalori per hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka
barang dan jasa. Dengan kata lain BPS menggunakan dua macam pendekatan, yaitu: pendekatan kebutuhan dasar
basic needs approach
dan pendekatan
head count index
. Pendekatan yang pertama merupakan pendekatan yang sering digunakan. Dalam metode BPS, kemiskinan dikonseptualisasikan
sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Head Count Index
merupakan ukuran yang menggunakan kemiskinan absolut. Jumlah penduduk miskin adalah jumlah penduduk yang berada di
bawah garis kemiskinan yang merupakan nilai rupiah dari kebutuhan minimum makanan dan nonmakanan. Makanan dan non makanan
commit to user 29
mempengaruhi penentuan pemilihan komoditi. Harga, selera, dan pendapatan akan mempengaruhi pilihan komoditi yang akan dikonsumsi dan besarnya
nilai pengeluaran nonmakanan. Artinya, pengeluaran proporsi non makanan merupakan fungsi harga-harga, selera dan pendapatan.
Besar kecilnya penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-
rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Berdasarkan data dari Susenas selama Maret 2008-Maret 2009, Garis
Kemiskinan naik sebesar 9,65 persen, yaitu dari Rp182.636,- per kapita per bulan pada Maret 2008 menjadi Rp200.262,- per kapita per bulan pada Maret
2009.
E. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM